"Apa maumu, Enye?"
Elsie menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Memandang Enye dengan raut wajah angkuh. Dia benar-benar tidak menyukai Enye, meskipun tidak tahu alasannya apa.
"Aku mendengar ada seseorang di dalam kamarmu," sahut Enye.
Tanpa permisi, Enye mendorong bahu Elsie dan masuk ke dalam. Matanya memandang ke sekeliling kamar dengan sorot menyelidik. Tidak memedulikan tatapan heran dan bingung dari Elsie. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di dalam kamar itu, dia berbalik dan memandang sang empunya.
"By the way, tadi Leon minta tolong aku supaya bilang ke kamu, kalau dia menunggumu besok di kolam belakang sekolah." Enye berujar santai sambil memainkan jarinya.
"Beri tahu dia, aku sibuk," sahut Elsie ketus.
"Well, temui saja, daripada nanti kamu menyesal," ucap Enye tersenyum sinis. "Takut kalau nanti kalian tidak punya kesempatan untuk saling mengungkapkan perasaan."
"Apa maksudmu?" tanya Elsie kebingungan.
"See you tomorrow!" Tanpa memedulikan kebingungan Elsie, Enye berlalu dari kamar musuhnya itu.
Elsie memandang kesal kepergian Enye. Dia menutup pintu agak keras dan menguncinya. Sejenak dia diam bersandar di pintu. Ada beberapa keanehan dan kejanggalan di sini. Pertama, kamar Kelompok Diamonds itu dibuat sedikit kedap suara, bagaimana bisa Enye mendengar suara dari sini? Jarak kamar mereka terpaut tiga kamar jauhnya! Kedua, apa maksud kalimat kedua Enye?
Dia menggeleng pelan, mengusir pusing di kepalanya. Setelah itu, beranjak ke arah jendela dan membukanya. Kepalanya melongok keluar untuk memastikan sahabatnya masih berada di situ. Namun, sosok sahabatnya tak lagi tampak. Sejenak dia diam berpikir, lalu menoleh sekilas ke arah pintu.
Dia memutuskan untuk keluar dan memeriksa ke kamar Clary. Kamarnya terletak di lantai tiga sayap kiri. Ada semacam jalan kecil di atap. Dia menyusuri jalan itu dan berhenti di ujung. Perlahan, kakinya menjejak batang pohon yang tumbuh menempel di tembok. Kamar Clary ada di lantai dua tengah, dan jendelanya tepat di sebelah batang pohon itu.
Itu adalah jalur rahasia yang hanya diketahui olehnya dan Clary. Mereka sering menggunakannya untuk berkunjung ke kamar masing-masing. Posisi Elsie memudahkannya untuk meminta apa pun pada Madam Dogwood, termasuk mengatur posisi kamar Kelompok Flowers dan Four Seasons.
Sampai di dekat jendela, Elsie membungkuk dan mengetuk pelan kacanya. Tuk! Tuk! Dia menunggu agak lama sampai terdengar kunci jendela dibuka. Clary membantunya untuk turun dan masuk ke dalam kamar. Teman sekamar Clary masih belum tidur semua. Mereka menyapanya dengan senyuman, lalu bergabung duduk di karpet.
"Aku pikir kamu tidak akan datang mencariku ke kamar," ucap Clary, sambil menutup kembali jendela.
"Mau kue, Elsie?" tawar Ella.
"Boleh," sahut Elsie, kemudian menoleh pada Clary. "Boleh kulihat simbol di belakang telingamu, Clare?"
Clary berbalik dan berdiri diam. Elsie menyentuh perlahan simbol itu. Setangkai mawar merah yang cantik. Anehnya, ketika ibu jari Elsie menyentuhnya, darah mengalir keluar. Hal itu jelas mengejutkan Elsie yang langsung menarik jarinya. Dia mengusap darah itu, lalu memandang Clary yang kebingungan.
"Kenapa, El?" tanya Clary.
"Tidak sakit, Clare?" Elsie balik bertanya dengan kening berkerut.
"Tidak sama sekali," jawab Clary.
"Hm ... aku harus mencari tahu lebih banyak soal simbol itu," gumam Elsie pelan.
"Memangnya kamu mau mencari tahu di mana? Aku lihat, kamu sudah menggeledah hampir semua buku di perpustakaan sekolah." Clary mengambil sepotong kue di piring yang disodorkan Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARK FOREST (Terbit Sistem POD!)
FantasyTidak ada yang tahu apa yang ada di dalam hutan belakang sekolah. Peraturannya sudah jelas: TIDAK ADA YANG BOLEH MASUK KE DALAM HUTAN! Aturan itu dibuat seolah-olah untuk melindungi semua orang, tapi ada rahasia di baliknya. St. Anysia Senior High S...