Freya berjalan melewati dermaga ke bagian bawah tebing tempat Kastel Scorpio berdiri. Mereka tiba di depan sebuah lubang besar yang dapat dimasuki, ujung akhir dari saluran air Kastel Scorpio.
"Ayo." Freya mengisyaratkan agar Valda dan Reddick mengikutinya.
Freya menahan dirinya agar tidak muntah. Ia sudah bisa mencium baunya dari bagian depan terowongan, tapi ia tidak menduga bahwa di dalam baunya akan sebusuk ini.
"Ugh, aku benci ini. Kenapa tempat ini harus bau dan pendek?" Reddick yang berjalan di belakang Freya bergumam kesal.
"Kau yang terlalu tinggi untuk terowongannya, Reddick. Lihat aku? Aku baik-baik saja," balas Valda.
"Bisakah kalian berdua diam? Kita harus masuk ke dalam dengan diam," bisik Freya.
Setelah perjalanan yang terasa terlalu lama, mereka akhirnya tiba di ujung terowongan.
"Naik." Freya menunjuk sebuah tangga yang mengarah ke atas.
Freya naik setelah Reddick dan Valda, dan ia tiba di dalam sebuah ruangan lembap. Sebuah pintu tertutup yang mengarah entah ke mana adalah satu-satunya hal yang ada di ruangan itu.
Freya mengisyaratkan pada Reddick dan Valda untuk diam dan berjalan perlahan ke arah pintu. Ia menarik-narik gagang pintu yang menolak untuk bergerak. Freya bergumam kesal sambil terus mencoba untuk membuka pintunya.
Setelah beberapa saat, Freya menggenggam kapaknya di tangan, kemudian menghantamkannya ke pintu. Matanya membelalak saat pintu menyerpih dengan suara yang cukup keras.
Freya membuka pintu perlahan dan menengok keluar. Ia menoleh ke kanan-kiri, memastikan tidak ada siapapun di luar.
"Aman, ayo." Freya berjalan keluar.
Mereka mengendap-endap menyusuri lorong, mengecek setiap belokan, hingga akhirnya mereka tiba di kaki sebuah tangga.
"Tangga ini mengarah ke kamar Darya di menara. Mereka pasti menempatkan setidaknya seorang pengawal untuk menjaga pintu masuknya." Freya menatap Reddick. "Aku ingin kau menyingkirkan penjaganya,"
Reddick mengangguk. Ia munghunuskan pedang yang tersandang di punggungnya, kemudian menaiki tangga perlahan.
Freya mengetukkan jarinya ke gagang kapak yang tersandang di pingganggnya. Ia menghitung setiap detik yang berlalu, hingga akhirnya terdengar percakapan singkat dan kelontang nyaring. Ia bertukar pandang dengan Valda sesaat sebelum berjalan cepat menaiki tangga.
Pintu di puncak sudah terbuka, dan Freya melihat Reddick menggulingkan tubuh seorang penjaga ke bawah Kasur.
"Dia tidak mati, sepertinya. Sebaiknya kita sembunyi sampai Darya tiba di sini,"
Freya mengangguk dan berjalan ke arah lemari pakaian di satu sisi ruangan. Ia membukanya, masuk, kemudian menutup pintu.
Freya berdiri dalam kegelapan yang hening. Reddick maupun Valda tidak bersuara sama sekali, setidaknya tidak terdengar oleh Freya. Ia mengetukkan jarinya ke gagang kapaknya dengan gugup, semakin cepat dalam setiap detik.
Akhirnya, setelah waktu yang terasa seperti berjam-jam, Freya mendengar pintu kamar terbuka dan Langkah kaki teredam dari luar lemari. Ia membuka pintu lemari perlahan dan melihat Darya yang sedang duduk di bingkai jendela.
Freya membuka pintu lemari lebar-lebar dan melangkah keluar.
Darya melompat turun dari bingkai jendela dan meraih senjata yang tergantung di atas tempat tidurnya, sebuah palu perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elements
FantasíaDiawali dengan kematian ibunya, Freya Solandis, seorang gadis muda dari Kastel Taurus, berusaha untuk membalaskan dendam. Dimulainya kembali perang yang pernah berlangsung ratusan tahun lalu. Dilaluinya berbagai cobaan, penderitaan, dan patah hati u...