- LDB. 01-

77 11 5
                                    

Tiinn tiinn

Kepadatan jalan raya dipagi hari, membuat klakson kendaraan saling bersahutan satu sama lain. Seorang gadis menghela napas berat saat melihat banyaknya kendaraan yang ikut mengantri untuk melewati jalan raya. Sudah hampir dua puluh menit gadis itu menunggu dalam sebuah mobil taksi yang ia pesan, dan sesekali melirik jam yang ada dipergelangan tangannya.

"Pak macetnya masih lama gak sih? Saya bisa telat nih"

Pak supir taksi pun ikut cemas melihat raut kegelisahan diwajah penumpangnya.

"Maaf neng, saya juga gak tau bakal semacet ini" balas pak Supir taksi.

Tiba-tiba terlintas ide cemerlang dalam otak gadis itu. Ia tau jika keputusan ini akan membuatnya lelah, namun jika terus menunggu ia akan semakin terlambat kesekolah.

"Ini pak uangnya, saya turun disini aja ya. Makasih bapak udah mau ikutan macet" ucap gadis itu lalu segera turun dari taksi dan berlari semampunya.

***

Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi namun seorang lelaki masih setia duduk dibasecamp bersama teman-temannya. Basecamp ini adalah tempat berkumpul favorit Most Wanted SMA Tunas Harapan Bangsa. Anggota MosWar yang terdiri dari Lintang, Indra, Rhama, Dias, Faris, Ervin, dan Satria.

"Guys, sepuluh menit lagi masuk nih. Kuy kesekolah, gue gak mau ketemu istri sah-nya Iqbal hari ini" ucap Rhama sembari melihat jam yang tertera dilayar handphonenya.

Istri sah-nya Iqbal adalah sebutan anak-anak SMA Tunas Harapan Bangsa untuk Bu Nurani, karena kejadian yang sempat viral beberapa bulan yang lalu. Juga Bu Nurani yang memiliki suami bernama Iqbal.

"Kualat lo ntar" Ervin terkekeh.

"Lo duluan aja" kata Lintang.

"Yaelah Tang, mau berangkat jam berapa sih? Lo mau dihukum lagi?" Tanya Indra yang sudah lelah jika ikut-ikutan dengan Lintang saat kesekolah.

Lintang masih menyesap rokoknya dengan santai. "Udah biasa gue kena hukumannya Bu Nurani."

"Yaudah, terserah lu aja dah Tang. Kita semua duluan ya" final Faris.

Ketika teman-temannya mulai meninggalkan basecamp, tinggalah Lintang sendirian. Sebenarnya masih ingin berlama-lama disini, dan enggan untuk berangkat sekolah. Namun ucapan sang ibu kembali terlintas dibenak Lintang.

"Kalau bukan demi mami, gue gak bakalan mau sekolah" Lintang beranjak lalu segera membuang puntung rokoknya lalu memakai hoodie berserta helmnya, dan segera melanjukan motor kesayangannya.

***

Diperjalanan menuju sekolah, Lintang melihat seorang gadis yang sedang mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. Gadis itu memakai seragam yang sama dengannya. Tapi tunggu, apakah Lintang pernah melihat gadis itu sebelumnya? Dengan iba, Lintang pun memberhentikan motornya, tepat disamping gadis itu.

Sementara gadis itu terlonjak kaget. "Astaga, lo ngagetin aja"

Lintang masih terdiam tanpa membuka helm fullfacenya.

"Lo kenapa berhenti disini? Kekeringan bensin ya?" Tanya gadis itu polos.

Lintang membuka kaca helm fullfacenya dan melirik name tag milik gadis itu.

"Ayo naik" ajak Lintang.

"Naik? Naik apaan? Kan gak ada pohon disini. Lo nyuruh gue manjat?" Tanya gadis itu lagi.

"Naik ke motor gue, Bin-tang" jawab Lintang penuh penekanan saat menyebutkan nama gadis itu.

"Emangnya kita satu sekolahan ya?" Dan lagi-agi gadis itu melontarkan pertanyaan konyolnya.

Lintang dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang