-LDB. 10-

22 2 0
                                    

Saat ini siswa-siswi kelas XI Mipa 3 tengah sibuk menghafal beberapa rumus fisika. Bagaimana tidak, Pak Azis selaku guru fisika tiba-tiba meminta untuk ulangan dadakan. Untung saja Pak Azis memberikan waktu keringanan untuk belajar sebentar.  Walaupun begitu tetap saja, mereka satu kelas kompak tidak belajar. Ralat, mungkin ada beberapa anak ambisius yang sudah belajar sejak semalam. Namun tidak dengan Bintang, Sinta dan Zea.

Waktu sepuluh menit untuk belajar pun habis. Soal ulangan fisika mulai dibagikan.

"Buset, ini soal atau Gen Halilintar. Banyak bener" gumam Bintang.

"Sabar. Nikmati aja" ucap Sinta yang duduk dibelakang Bintang

"Nikmati gimana coba? Mending gua disuruh ngehafal kosakata bahasa inggris satu kamus dah" sahut Zea yang duduk disamping kiri Bintang.

Dikelas XI Mipa 3, semua siswa-siswi disuruh untuk duduk sendiri-sendiri. Ya..beginilah, agar saat ulangan tidak ada contek-contekan. Namun, bukan siswa namanya jika tidak pernah menyontek. Lihat saja Satria, Ervin, dan Faris. Ketiganya sedang sibuk melempar kertas diam-diam. Bintang hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala.

"Jangan ada yang diskusi!" Pak Azis memperingatkan.

"BAIK PAK.."

***

Berbeda halnya dengan kelas XI Mipa 3, kelas XI Ips 3 justru sedang merdeka. Merdeka bagi anak sekolah saat jam kosong bukan?

"Woi, maen ludo kuy" ajak Diaz disaat kegabutan melanda.

"Ogah. Mendingan duduk didepan kelas, noh ada adek kelas yang lagi olahraga" balas Rhama.

"Inget Sinta Rham" Lintang mengingatkan. Sinta dan Rhama memang sedang dekat, bisa disebut dengan istilah pdkt. Memang nama keduanya bak Kisah Cinta Rama dan Sinta.

"Baru pdkt Tang" ucap Rhama.

"Eh, sunmori kapan sih? Gua udah gak sabar" ucap Diaz. Tumben hari ini ia belum mengeluarkan pertanyaan konyolnya.

"Ntar, tunggu Luppy diservis dulu" balas Lintang.

"Emang Luppy kenapa?" Tanya Diaz.

"Sakit jiwa" jawab Indra.

"Wah, motor bisa sakit jiwa juga?" Tanya Diaz lagi.

"Bisalah. Lo pikir manusia doang yang sakit jiwa?"

Perdebatan unfaedah mulai terdengar diantara keduanya. Tak lama kemudian, seorang siswi dengan gaya rambut digerai, bedak yang tebal, dan lipstik yang merah menghampiri Lintang dkk.

"Hai my baby Lintang"

"Buset. Lo mau kondangan apa sekolah Nab?" Tanya Diaz ketika melihat penampilan Nabila yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Alhasil Diaz pun mendapat tatapan tajam dari Nabila.

"Sewot banget sih jadi orang"

Nabila si cewek kecentilan ini selalu mendekati Lintang. Dan Lintang tetaplah Lintang yang tidak akan mudah hangat, kecuali kepada orang-orang tertentu.

"Lintang, liat aku dong" Nabila memegang pipi Lintang agar menoleh ke arahnya.

Namun dengan cepat Lintang menepis tangan Nabila. "Gak usah pegang-pegang!"

Nabila mengerucutkan bibirnya. "Kamu kok galak banget sih sama aku"

Diaz mendekat kepada Rhama dan Indra, kemudian berbisik. "Dikira dia cakep kali ya,"
Rhama dan Indra kompak mengedikkan bahu.

Karena malas meladeni Nabila, Lintang beranjak dan berniat untuk bolos.

"Ehh Tang, mau kemana?" Tanya Diaz setengah berteriak.

"Mushola" jawab Lintang.

"Ceilah, sejak kapan mushola jadi tempat pelarian" cibir Diaz.

***

Koridor kini mulai dipenuhi siswa-siswi yang lewat untuk pulang. Bintang, Sinta dan Zea sepakat untuk mengerjakan tugas bersama sepulang sekolah. Namun, rencana mereka akan sedikit terlambat karena Sinta harus mengikuti rapat Osis terlebih dahulu. Bintang dan Zea memutuskan untuk menunggu Sinta didekat pos satpam sekolah yang sedang kosong, mungkin Pak Amir--satpam sekolah sedang istirahat karena sekolah pun sudah mulai sepi.

"Kalian nunggu dulu gak papa kan?" Sinta merasa tak enak.

"Gak papa kok, santai aja" balas Bintang.

"Yaudah, gue ke ruangan Osis dulu ya" pamit Sinta, lalu dibalas anggukan oleh Bintang dan Zea.

Sepergian Sinta, Zea tak henti-hentinya membicarakan para lelaki tampan yang ada disekolah ini. Mulai dari Reza si Ketua Osis, Aldo si anak pmr, Fery si kapten sepak bola, hingga Lintang si berandalan.

"Tapi ya Bi, gua heran deh" ucap Zea ketika ia telah selesai membicarakan para lelaki itu.

"Kenapa?" Tanya Bintang.

"Dari sekian banyak cowo-cowo beserta bakatnya, kenapa yang jadi Most Wanted sekolah itu Lintang and the genk"

"Mungkin karena mereka ganteng," balas Bintang yang terfokus pada ponselnya.

"Lo ngakuin Lintang dkk ganteng? DEMI APA?"

Bintang terperanjat mendengar suara Zea yang nyaring. "Biasa aja kali Ze, sakit nih kuping gua"

Zea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menunjukkan cengiran kudanya.

Beberapa menit kemudian keadaan kembali hening. Keduanya tengah sibuk pada handphone masing-masing. Namun perut Zea terasa sakit, alhasil ia memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu.

"Bi, gue ke toilet dulu ya. Gue sakit perut,"

"Mau ditemenin?"

Zea menggeleng. "Jangan kemana-mana Bi" Setelah itu Zea langsung berlari menuju toilet.

Sejak Zea pergi ke toilet beberapa menit yang lalu, Bintang merasa ada yang aneh. Ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Karena sedikit takut, Bintang memutuskan untuk berjalan keluar gerbang sebentar sembari mencari udara segar.

Namun tiba-tiba, sebuah mobil berhenti tepat disamping Bintang. Dua orang lelaki pun keluar dari mobil tersebut.

"Hai cantik, belum pulang?" Salah satu lelaki bermaksud menggoda Bintang.

Bintang bergidik ngeri dan mempercepat langkahnya untuk kembali ke lingkungan sekolah, namun tangannya ditahan oleh salah satu lelaki itu.

"Eitss, mau kemana?"

"Apaan sih, lepasin!" Bintang berusaha melepaskan tangannya yang sedang di tahan oleh lelaki itu.

Dua orang lelaki itu saling melempar pandang seakan saling memberi kode. Dengan cepat salah satu lelaki mengeluarkan sapu tangan yang beraroma obat bius dan langsung membekapnya ke wajah Bintang. Alhasil Bintang pun tak sadarkan diri. Kedua lelaki itu dengan cepat membawa Bintang masuk kedalam mobil.

Dari kejauhan, Zea yang hendak menghampiri Bintang pun terkejut. Ia segera berlari menuju mobil tersebut.  Namun upayanya sia-sia, mobil tersebut telah melaju dengan cepat.

Karena panik, Zea langsung menelpon Faris dan bermaksud meminta tolong kepada Lintang untuk menyelamatkan Bintang.

Telepon pun tersambung, terdengar suara Faris diseberang telepon.

"Ris, Lintang mana?"

"Lu apaan dah, nelpon gua kok nanyain Lintang"

"Cepetan Ris, ini penting!"

"Iya-iya bawel"

Sepertinya Faris telah memberikan ponsel tersebut pada Lintang.

"Ada apa Ze?"

"Tang tolongin gue Tang"

"Kenapa?"

"Bintang..di-dia.."

"Bintang kenapa?"

Suara Lintang terdengar jauh lebih khawatir dari sebelumnya.

"Bintang diculik!"

***

Jangan lupa vote☆

Lintang dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang