-LDB. 07-

15 2 0
                                    

Ada rasa yang beda yang tak pernah ku temukan saat bersamamu

-Lintang Arshaka Virendra-

***

Tiga puluh menit sudah Lintang dan Bintang menelusuri toko bunga tersebut. Awalnya Bintang berencana akan bertanya perihal tanaman janda bolong itu kepada salah satu pegawai ditoko bunga tersebut, namun hal itu tidak terjadi. Bintang keukeuh, ralat lebih tepatnya sok tahu tentang tanaman itu.

Bintang menghela napas berat. "Kok gak ada bolongnya sih"

Lintang menoleh pada Bintang, sepertinya wanita itu mulai menyerah.

"Mau tau gak gimana caranya supaya semua tanaman disini ganti nama jadi janda bolong?"

Bintang mengerutkan alis, firasatnya mulai mengatakan bahwa Lintang akan melakukan hal yang gila.

"Bawa peniti gak? Atau mungkin jarum pentul?" Bintang menggeleng.

"Yah, gak jadi deh."

Syukurlah ide gilanya tergagalkan.

"Emangnya buat apa?" Tanya Bintang.

"Buat bolongin tanamannya biar jadi janda bolong semua, hehe" Lintang menunjukkan cengiran kudanya.

"Hahaha. Garing" balas Bintang.

Mereka berdua kembali menelusuri toko tanaman tersebut.

Tak lama kemudian, handphone Lintang berdering. Tertera nama Satria dilayar handphone tersebut.

"Hallo" ucap Lintang ketika telepon mulai tersambung.

"Hallo Tang" balas Satria diseberang sana.

"Hm. Kenapa?"

"Lu dimana? Sinilah, anak-anak lagi pada disini"

"Dimana?"

"Dirumah Indra"

"Gua lagi nyari janda bolong"

"Buset, udah nyari janda aja si Lintang" sepertinya itu suara Diaz.

"Bacot lu upil kerang"

"Sama siapa Tang?" Nampaknya ponsel tersebut sudah kembali pada pemiliknya.

"Calon pacar"

Diseberang sana Satria dkk ber-oh ria.

"Gua bingung nih, janda bolong yang mana ya?" Lintang sedikit mengecilkan suaranya, takut terdengar oleh Bintang yang masih sibuk menelusuri letak bolong disetiap tanaman.

"Kan bisa searching bos"

Lintang refleks menepuk jidatnya. Kenapa dari tadi ia tidak kepikiran untuk menggunakan teknologi yang ada diponselnya.

"Iya, gua lupa. Udah ya, gua sibuk. Bye!" Lintang segera memutuskan sambungan telepon tersebut dan segera mencari foto tanaman tersebut diinternet.

Setelah ketemu, Lintang mengedarkan pandangannya. Mencari tanaman yang mirip dengan foto tersebut. Dan akhirnya ia pun menemukannya, lalu segera menghampiri Bintang.

"Yuk,"

Bintang kembali dibuat bingung.

"Janda bolongnya sebelah sana."

"Ta--" baru saja Bintang ingin mengajukan pertanyaan, dengan cepat Lintang memotong ucapannya.

"Gak usah nanya gua tau dari mana" Lintang segera berjalan dan meninggalkan Bintang yang masih mematung.

Beberapa menit kemudian, janda bolong pun didapatkan dan mereka berdua keluar dari toko tanaman.

"Makasih ya udah mau bantuin nyari tanaman ini" ucap Lintang berterima kasih.

Bintang mengangguk dan tersenyum ramah. "Anggap aja itu sebagai tanda balas budi gue ke lo waktu itu, karena lo mau ngasih tumpangan ke gue"

"Yaelah, gua ikhlas kali."

Drrtt

Drtt

Ponsel milik Bintang bergetar. Ternyata telepon dari sang mamah.

"Bentar ya, gue jawab telfon dulu" Lintang membalasnya dengan anggukan.

Tak beberapa lama kemudian, Bintang kembali. "Gue balik duluan ya, nyokap gue udah nungguin"

Lagi-lagi Lintang mengangguk. Satu detik kemudian, ia berpikir kenapa ia tidak menawarkan diri untuk mengantar Bintang pulang?

"Pulang naik apa?" Tanya Lintang.

"Mau pesen taksi online" jawab Bintang.

"Gue anter! Ga pake nolak."

Bintang membisu. Laki-laki itu kemudian berjalan dan membalikkan badannya.

"Lo tunggu disini, gue ambil mobil dulu disana. Jagain calon adik-adik gue" ucap Lintang dan bergegas menuju tempat ia memarkirkan mobilnya.

***

"Didepan ada pertigaan, belok kiri" kata Bintang ketika mobil yang dikendarai Lintang hampir sampai disebuah pertigaan jalan.

Tidak ada percakapan yang menemani keduanya, hanya ada lagu anak-anak yang sengaja Lintang putar. Awalnya keduanya sempat memperdebatkan lagu tersebut, namun Bintang mengalah. Ia tak mau Lintang menyuruhnya untuk turun dipinggir jalan.

"Balonku ada lima"

Lagu yang berjudul Balonku mulai dinyanyikan Lintang setelah lagu Pelangi selesai.

"RUPA-RUPA WARNANYA" nyanyian Lintang mulai ia kuatkan.

"Sabar Bi sabar... jangan sampe lo diturunin makhluk nyebelin ini dipinggir jalan cuma gara-gara lagu balonku doang, suaranya bagus banget lagi. Saking bagusnya suara Afgan juga lewat" batin Bintang.

"HIJAU KUNING KELABUU,.."

Bintang mulai mengusap dadanya perlahan. Telinganya bisa rusak jika Lintang terus-terusan berteriak.

"MERAH MUDA DAN BIRU"

"MELETUS BALON HIJAU"

"DOR!" Mungkin ini puncak dari teriakan Lintang.

"Allahuakbar!! Telinga gue bisa rusak, Lintang!" Pekik Bintang.

Lintang hanya menunjukan wajah tanpa dosanya.

Beberapa menit kemudian

Mobil Lintang telah berada didepan gerbang rumah Bintang.

"Makasih ya udah mau nganterin gue pulang, gue harap lo tanggung jawab" ucap Bintang.

Alis Lintang saling bertautan, masih tidak mengerti maksud Bintang.

"Gara-gara suara perunggu lo, telinga gue jadi pengang gini"

Mendengar itu Lintang sontak tertawa terbahak-bahak. "Suara perunggu mana ada sih? Konyol deh kamu, jadi sayang"

"Gak tau deh!" Bintang kemudian turun dari mobil dan membawa bunga-bunga yang tadi ia beli dan membuka gerbang lalu masuk kedalam rumah.

Lintang terus memperhatikan punggung Bintang yang semakin lama kian menjauh, dan ia tersenyum. Ia merasa semenjak kehadiran Bintang, hari-harinya menjadi berwarna.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Lintang menepuk jidatnya. "Mampus! Janda bolongnya mau nginep dimanaa??"

***

Jangan lupa vote teman-teman





Lintang dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang