𝐉𝐀 。JAE ADALAH JAE

757 122 200
                                    

pada ahkirnya tidak ada yang berubah sama sekali, kecemasan yang brian pikirkan semalaman utuh tidak terjadi bahkan setelah brian mengatakan yang sebenarnya kalau ia sudah memiliki pacar.

iya pacar, baru dua hari sebelum ujian brian memiliki pacar.

tidak tau apa yang ada dipikiran brian saat itu, dia hanya lelah terus menunggu jae pekaㅡyang sebenarnya hanya kesalah pahaman saja selama ini, ternyata jae jauh lebih dulu menyukai dirinya.

brian hanya ingin mencari pelampiasan saja hari itu, tapi tidak memikirkan kalau malam dimana mereka saling mengungkapkan apa yang mereka rasakan akan terjadi juga. brian terlalu terburu-buru.

kenyataannya jae adalah jae, tidak pernah berubah. pemuda itu masih terus bersikap manis padanya, menghujatnya bila perlu, mencerewetinya bila brian melakukan kecerobohan, menunggu brian saat pulang dari acara jalan bersama pacarnya, bahkan rasa sayangnya juga tidak pernah berubah sama sekali, brian tau itu.

coba lihat, pemuda itu bahkan dengan semangat menyambut brian yang baru saja pulang jalan bersama pacarnya padahal jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam tapi jae masih diluar rumah hanya untuk dirinya?

"gimana jalan jalannya hari ini?" tanya jae yang ikut duduk disebelah brian. mereka ada di teras rumah brian sekarang.

"ya begitu begitu aja, nggak ada yang beda." jawab brian seadanya.

memang tidak pernah ada yang spesial dalam hubungannya, hanya pacarnya saja yang menikmati kencan mereka setiap malamㅡkatanya sih untuk merefreshingkan otak yang nyatanya malah membuat otak brian tambah pusing karena menambah pengeluarannya. ya bagaimana tidak kalau setiap malam jalannya ke mall?

"kenapa nggak coba lo bawa ketempat yang lo suka aja kaya misalkan kota lama? atau jembatan yang waktu itu?" jae terkikik mengingatnya saat mereka malah ke jembatan yang melintang di atas jalan tol.

brian lantas tersenyum kecut. "nggak mungkin gue ajak dia ketempat yang kaya begitu, lo tau sendiri dia cewek yang kaya gimana kan?"

"ya justru itu dia harus tau lo suka apa, bukannya malah tiap hari jalan jalan ke mall nurutin kemauan dia. gue kaya bukan ngeliat brian banget lagi yang suka keluyuran di angkringan, jadi kaya anak kota banget lo tiap jalan ke mall." cibirnya merotasikan bola mata.

"gini ya bri, gue emang nggak apa apa kalaupun lo jadiannya sama orang lain, gue masih bisa nunggu. tapi kalo sampe dia ngerubah lo begini, gue jadi nyesel sempet ngelepasin lo." lebih baik waktu perempuan itu datang menjenguk brian, jae mengaku saja kalau dia pacarnya brian juga biar mereka bertengkar terus sekalian putus. 

tapi untungnya jae masih punya hati, kondisi brian juga sedang tidak baik-baik saja nanti yang ada kalau mereka putus malah tambah sakit.

brian tersenyum geli menaruh tangannya diatas kepala jae menepuk-nepuknya gemas. 

"terus kenapa lo ngelepasin gue begitu aja? apa lo nggak mau kalau gue putus sama dia? padahal itu lo tinggal bilang aja kalo lo pacar gue--atau calon istri gue lebih bagus."

jae mencebik kesal lalu menyandarkan kepalanya pada pundak brian. "gue nggak sejahat itu kali," posisinya sekarang brian tengah merangkul jae yang bersandar padanya menatap langit malam yang agak kemerahan menandakan mendung. 

"kenapa masih diluar sih jam segini? ini udah larut dan anginnya juga gede karna mau hujan, nanti kalau lo sakit gimana?" tangan dinginnya mengusap pipi halus jae. 

"mau nungguin lo lah, lagian gue juga nggak bakal sakit udah biasa. kapan lagi ada waktu ngobrol selain nunggu lo pulang."

brian menarik pipi jae, "kalau kangen mah bilang aja. kan tadi gue bisa batalin jalan" lalu menepuknya pelan.

𝘁𝗲𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗮 𝗴𝗶𝘁𝘂「 JAEHYUNGPARKIAN 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang