Day 7

12 5 4
                                    

Kalopsia

I don't know if delusion is more beautiful than reality

Day 7 || Waktu

|| 568 words ||

ヾ(*'▽'*) Happy reading (^0^)ノ

.
.

( ・∀・)・・・--------☆


Arba mencoba menenangkan dirinya sekali lagi. Segera berdiri dari duduknya—sejenak oleng. Dia terlalu lama duduk. Matanya sayu menatap pusara itu untuk yang terakhir. Hari sudah benar-benar malam saat ini. Dia harus segera pulang. Pulang? Untuk apa?

Arba berjalan kuyu di trotoar. Duduk sejenak di kursi panjang. Diantara gemerlap Kota Pelajar. Pelancong-pelancong sama sekali tidak peduli. Menikmati liburannya. Bercengkrama bersama di angkringan atau menaiki delman menuju Alun-Alun Utara.

Matanya kuyu, dia bingung hendak pergi kemana. Entah kenapa kakinya malah melangkah jauh menuju tempat ini. Menuju jajaran toko-toko ramai Yogyakarta.

Meski tempat ini memang cukup dekat dengan pemakaman istrinya, tapi setidaknya tempat ini cukup jauh dari Tempat Kejadian Perkara yang tepat ada di persimpangan rumahnya.

Sesekali terdengar orang-orang yang menawarkan barang dagangannya. Atau sepasang kekasih yang sibuk menikmati malam indah mereka. Arba menelan ludah. Dia seharusnya juga mengalami malam yang indah bersama istrinya saat ini.

“Paman,” seseorang membuyarkan lamunannya. Sesosok gadis kecil bersama satu temannya berdiri di sebelahnya.

“Boleh numpang tanya?” Dia bertanya takut-takut. Arba menatapnya bingung, lalu segera mengangguk.

“Paman tahu gang Suronatan ada dimana?” Temannya bertanya. Arba menelan ludah. Apa mereka tersesat?

“Dimana orang tua kalian?” Arba ganti bertanya, menoleh kesana-kemari. Gadis kecil itu menggigit bibir.

“Kami jalan-jalan sendiri.” Gadis itu berujar takut-takut. Digenggamnya buku gambar dan sepaket pewarna. “Tapi kami sudah berani kok, Paman, kami tidak takut.” Tambahnya. Arba tersenyum, setidaknya dia akan menemani mereka menuju Gang Suronatan.

Mereka bertiga berjalan kaki menuju gang Suronatan. Tidak menggunakan TransJogja. Malam-malam seperti ini lebih nyaman berjalan kaki di sini. Menikmati gemerlap kota Jogja.

Mata Arba menangkap sepasang kekasih bersama satu anaknya. Harmonis sekali. Dia menggigit bibir, tak kuasa mengingat apa yang terjadi pada istrinya.

“Hima, biar aku yang belikan, kamu tunggu saja dulu di sini bersama Lili.” Suaminya berseru pada istrinya, segera menuju penjual siomay. Istrinya mengangguk sembari mendengarkan ocehan Lili tentang sekolah pertamanya tadi pagi.

Arba tersenyum. Mengantar dua anak ini membuatnya merasa seperti memiliki anak.

“Siapa nama kalian?” Arba memecah hening. Temannya segera menoleh.

“Aku Johan, dia Isa,” Ujarnya sembari menunjuk gadis kecil ini. “Kakak sudah menikah?”

Arba hampir tersedak salivanya sendiri setelah mendengar pertanyaan itu. Alih-alih bertanya siapa namanya malah bertanya sudah nikah belum. Tapi Arba mencoba tersenyum. Dia lalu mengangguk. Johan hanya mengangguk lalu kembali memandangi gemerlap kota ini.

“Kalian ingin ke Gang Suronatan untuk apa?” Arba mencoba membuka obrolan.

“Kata Johan, di sana ada banyak kakak-kakak yang pinter melukis, tapi melukisnya di dinding.” Isa berseru semangat. Arba tersenyum—paham mengapa gadis ini membawa sepaket pewarna.

“Tapi bukankah ini sudah malam? Kakak-kakak itu masih melukis malam-malam begini?” Arba bertanya.

“Kami tersesat tadi, paman, makannya jadi begini.” Johan yang menjawab. Arba mangut-mangut. “Kalian tidak pulang ke rumah saja?”

Isa menggeleng cepat. “Ayah dan ibu tidak peduli jika aku ada di rumah atau tidak.”

Percakapan itu terus berlanjut. Arba sejenak bisa melupakan beberapa kejadian yang terjadi padanya. Hanya soal waktu dia akan menerima semua yang ada. 

Thanks for reading
ヽ(>∀<☆)ノ

Terimakasih sudah mau membaca kisah Arba

Yang ditinggal mati oleh Lia

Yang untungnya datang Johan dan Isa

yah sajaknya aneh ya:"

Hope u like it \(^ヮ^)/

Sampai jumpa besok ' ')/
Krisar boleh banget soalnya azzah adalah penulis yang belum masak

#Challenge10daywriteAR
#AR_Rainbow
#SiapMenulisSiapBerkarya
#Day7
#Waktu

AR_Rainbow

(ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧

Kalopsia: 10 day writing challenge AR Rainbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang