1. What Kind of Marriage is This?!

1K 122 23
                                    

⚠️ Sebelum dilanjutkan, mohon dibaca beberapa hal yang ingin kusampaikan:

1. Fiksi ini aku buat dan publikasikan pada tahun 2012, di mana aku masih bocah baru lulus SMP jadi gaya bahasa dan alurnya masih ... yagitu deh wkwk. Mohon harap maklum.

2. Lah kok menikahnya begitu, emangnya nggak menyalahi aturan? Wkwkwk kembali ke pasal satu, aku masih bocah baru lulus SMP yang sok tau. Dan karena ini cuman fiksi, mohon jangan terlalu dianggap serius.

3. Alurnya ... kupertegas, alurnya.... (aku speechless sendiri wkwk).

Kalau sudah bisa mengerti dan dimaklumi....

Happy reading!

.

.

.

Tadi Haruno Sakura sedang asyik-asyiknya menonton acara gosip tentang keluarga kerajaan di kamar, sampai tiba-tiba Tousama-nya memanggilnya ke ruang keluarga. Saat ini, perasaannya mendadak aneh. Karena baik ibu maupun ayahnya hanya bungkam sejak tadi.

Ah, ia jadi takut.

Anak tunggal Haruno itu mulai memberanikan diri, membuka suara untuk memecah keheningan. "Tousama, ada apa memanggilku? Apa ada yang ingin dibicarakan?"

Haruno Mebuki dan Haruno Kizashi saling melempar tatapan aneh. Tatapan yang sarat akan ragu dan gugup. Mau tak mau Sakura ikut menelan ludahnya nervous. Apa nilai raport-nya jelek? Atau ia membuat malu keluarga, mungkin?

Ayah membersihkan tenggorokannya. "Begini, Sakura." Begitu Sakura meletakkan penuh atensinya pada sang pemimpin keluarga, Kizashi melanjutkan. "Maksudku memanggilmu ke mari untuk memberitahukan perihal...."

Lagi-lagi jeda itu menyelimuti atmosfer ruang keluarga mereka. Kini jantung Sakura semakin semangat bermain trampolin di balik rusuknya.

Sementara, Haruno Mebuki memberikan sinyal pada suaminya untuk melanjutkan ucapannya.

Kizashi menerima sinyal yang dikirim oleh istrinya. Laki-laki itu kembali memandang emerald anak gadisnya sebelum melemparkan satu kata ber-impact fatal bagai bom.

"Perjodohanmu," lanjutnya kemudian.

Kedua mata Sakura melebar seketika. Pupilnya bereaksi. Tunggu, sepertinya ia membutuhkan cottonbud. Bisakah ia mengorek telinganya terlebih dahulu?

Sakura tertawa hambar, terdengar dipaksakan. "Apa hari ini ulangtahunku? Jangan bercanda, Tousama! Masa kau tega menyerahkan putrimu yang cantik di usia yang semuda ini?"

Ayolah, dia hanya seorang perempuan berusia enam belas tahun. Masa iya sudah harus mengurus suami?

Sakura berharap bahwa detik ini, ibu dan ayahnya ikut tertawa tapi sayangnya mereka tidak. Mereka hanya mentapi anak tunggal mereka dengan intens, mengirimkan alarm kalau ini serius.

Haruno Sakura menghela napas pasrah. "Baiklah, maafkan aku Tousama dan Kaasama."

Kizashi kembali memimpin jalannya diskusi. Ia memaparkan informasi, "Dengar, Sakura. Besok upacara pernikahanmu akan diadakan. Sore ini kau harus ikut dengan ibumu ke suatu tempat."

Tunggu, tunggu. Ayahnya pasti baru saja bercanda. Apa-apaan ini?! Seolah belum cukup, kenapa petir terus-terusan menyambarnya di siang bolong?!

"Secepat itu? Tousama! Apakah tidak bisa bertunangan dulu?" cicit Sakura kontra dengan gusar.

Who is My Husband?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang