Bismillahirrohmanirrohim
***
Hari telah berganti, tak ada yang asik dari keseharianku. Kesibukanku hanya bersih-bersih rumah di pagi hari. Terkadang aku membantu jualan di warung bakso Ayah. Dan cara yang paling ampuh mengisi waktu luangku adalah membaca novel dari salah satu aplikasi berwarna orange.Tapi, disisi lain aku juga merindukan sahabatku. Mutiara Putri Utami. Dia adalah sahabatku ketika aku masih di Pondok dulu. Namun, rumahnya lumayan jauh dari rumahku. Hanya sekitar satu jam perjalanan jika menggunakan motor.
Hari ini aku berjanji untuk mengunjungi rumah Putri. Masih ada sekitar satu jam untuk bersiap-siap. Aku sudah meminta izin ke ayah dan mamah. Namun, sepertinya mamah sedikit tidak ikhlas. Karena dari tadi mamah sesekali melirikku. Apalagi ketika meminta izin mamah hanya berdeham tapi tidak meng-iyakan.
Aku memutuskan untuk ke kamar untuk bersiap-siap. Namun, perkataan mamah menghentikan langkahku.
"Sebenernya mamah gak suka kalau kamu pergi-pergi gitu. Takutnya nanti kenapa-napa di jalan. Kamu bakal paham apa yang mamah omongin kalau nanti kamu udah punya anak perempuan."
Aku tersentak. Namun, di sisi lain kesal karena mamah selalu overprotektif. Tanpa menjawab atau menoleh aku melanjutkan langkahku ke kamar.
Kalau kalian kira aku tetap keukeuh untuk pergi. Jawabannya salah, aku memilih untuk membatalkannya. Karena firasat orang tua kadang benar. Jadi dengan terpaksa aku mengirim pesan kepada Putri.
Me.
Assalamu'alaikum, Put. Maap yah, aku ga jadi main ke rumah kamu. Soalnya mamah aku gak ngasih izin.
:( semoga kita bisa ketemu yah?Putri.
Wa'alaikumsalam.
Ya udah deh. Kapan-kapan lagi aja yah? Maafin, aku ga bisa kesana. Adik aku yang lima tahun sendirian di rumah. Kalau bawa dia ke rumah kamu malah ribet di jalan.Aulia.
Iya gapapa.Aku menghela nafasku. Aku selalu merasa bosan jika sudah tidak ada kegiatan seperti ini. Akhirnya aku memilih untuk membaca novel di aplikasi berwarna orange lagi. Lumayan waktu shalat Dzuhur masih dua jam lagi.
***
"Kamu gak jadi pergi ke rumah Putri?" tanya mamah padaku ketika akan berwudhu.
"Tadi mamah bilang gak boleh."
"Mamah ngomong gitu bukannya gak boleh. Tapi kamu yang harus hati-hati. Mamah cuma khawatir." Mamah masih berusaha mengelak dengan pura-pura sibuk menyiapkan makan siang. Sedangkan aku menahan kesal, padahal tadi mamah melarangku secara tidak langsung.
Tapi kalau aku meluapkan emosiku tidak ada manfaatnya. Yang ada aku malah jadi anak durhaka lalu dikutuk menjadi ikan. Aku menggelengkan kepalaku pelan, melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda.
Selesai shalat aku merenung sendirian di kamar. Sepertinya kalau aku menjadi anak solehah tidak akan selalu dimarahi, dilarang ini itu, atau mungkin akan menuruti semua keinginanku.
Aku berniat besok hari minggu akan mulai shalat Tahajud dan setelah membantu mamah membereskan rumah, aku akan mengajak Hana lari pagi. Aku harus memulai hal-hal baik.
"Aul, belum makan yah? Makan dulu, itu mamah udah masak," ujar mamah sekilas lalu berlalu begitu saja. Dalam hati aku bertekad tidak akan mengekang anakku nanti. Lihat saja janji sepuluh tahun yang akan mendatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel Lovers
Spiritual{INI CERITA PERTAMA AKU.. SEMOGA KALIAN SUKA... MASIH ON GOING} Cover by: rahmath_15.. Maacih😄 Selamat menikmati cerita tentang diriku. Dimana aku hidup sembilan belas tahun, hidupku tidak pernah dekat sama mahkluk bernama 'laki-laki'. Waktu aku ke...