1 : Menghilang(?)

383 24 1
                                    

Seperti biasa, jalanan malam pada jam-jam segini memang ramai. Ada yang baru pulang main bersama teman-temannya, ada yang baru akan berpergian bersama keluarganya, dan ada yang sedang menghabiskan waktu bersama kekasihnya.

Oh jangan lupakan Chaeri yang juga sedang bersama bayangannya saat ini.

Malam yang ramai ini sama sekali tak mengubah suasana sepi dan beban-beban dipikirannya.
Tentang tugas sekolahnya yang menumpuk, pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan, juga tentang seragam sekolahnya didalam totebag yang ia bawa ditangan kanannya. Bau busuk dari dalam sana membuat Chaeri ingin muntah sekarang juga.

Lagi dan lagi. Anak-anak disekolahnya melempari nya lagi dengan telur busuk. Mencaci nya, dan mengejeknya perihal tidak punya orangtua.

Memangnya apa yang salah dengan itu? Memangnya aku mau gapunya orangtua?!, batinnya bersuara, tapi tidak dengan mulutnya.

Dia memang tidak pernah melawan saat menjadi korban bully anak-anak disekolahnya. Menurutnya, diam lebih baik. Atau lebih tepatnya, Chaeri takut, ia tidak punya siapapun untuk melindunginya, berbeda dengan anak-anak beruntung yang masih punya orangtua itu.

Chaeri melihat jam tangannya, sudah pukul 21.30 malam. Lelah sekali rasanya beraktivitas dari pagi sampai jam segini. Mulai dari sekolah, sampai harus berkerja paruh waktu untuk memenuhi kehidupannya. Seperti saat ini, Chaeri baru saja menyelesaikan pekerjaannya disebuah minimarket tempatnya mencari uang.

Ah, jam tangannya. Hadiah yang ia dapatkan saat ulangtahun kemarin. Dari neneknya. Sebenarnya sejak dulu, Chaeri tidak pernah melihat neneknya. Tapi setiap tahun, neneknya selalu mengirim hadiah didepan rumahnya, tepat saat hari ulang tahunnya.

"Kenapa nenek nggak pernah ngasih langsung ke Chaeri? Nenek malu ya punya cucu kayak Chaeri?" tiba-tiba suasana hatinya semakin memburuk. "Padahal nilai Chaeri selalu bagus, anak-anak disekolah aja sampai iri."

BYURRR

Chaeri terkejut bukan main. Air es yang sekarang perlahan meresap dibajunya benar-benar melengkapi kesialannya hari ini.

"Ups! Maaf, nggak sengaja. Aku kira tempat sampah." setelah kalimat itu, terdengar suara tawa mengejek dari dalam mobil yang sekarang ada disebelahnya.

Lagi. Anak-anak disekolahnya berulah lagi. Apa mereka tidak cukup mengotori seragam nya? Sekarang harus membasahi bajunya juga.

Kenapa mereka ada dimanapun?

"Mau kemana? Pulang ya? Jangan buru-buru, emangnya ada yang nungguin kamu dirumah?", suara tawa itu terdengar lagi, sampai kemudian perlahan menghilang seiring mobil mereka yang sudah melaju.

Chaeri menangis, meledakkan apa yang seharian ini ia tahan. Melempar tas berisi seragam busuk itu, lalu berjongkok ditengah jalan. Tidak perduli dengan tanggapan orang lain yang sedang lewat, Chaeri hanya tidak kuat lagi untuk berdiri. Lagipula, memangnya ada oranglain yang perduli?

Dunia ini keterlaluan, tidak adil. Seluruh kebahagiaan hanya diberikan pada orang yang memiliki orangtua. Yang hidup sendirian seperti Chaeri bahkan tidak diizinkan memiliki teman. Chaeri benar-benar sudah sampai dibatas kesabarannya. Ia ingin mati saja, ah bukan. Ia ingin menghilang, dari dunia ini, dari ingatan seluruh orang.

Kalau aku mati, aku hanya akan menjadi mayat terlantar disini. Aku tidak punya siapapun, siapa yang akan repot-repot mengubur mayat bocah SMA tak dikenal seperti aku?

Chaeri mengerjapkan matanya. Semuanya buram, akibat ia menangis tadi. Ia tidak bisa melihat jelas cahaya didepannya. Lalu ia menyipitkan matanya, berusaha untuk mencari tahu cahaya apa itu.

Oh, ternyata itu cahaya dari lampu mobil.

Sebentar- lampu mobil?!

Mobil itu benar-benar melaju sangat cepat kearahnya. Apa supirnya tidak melihat gadis malang ini? Apa segitu sampahnya Chaeri sampai cahaya terang ini saja tak mampu memperlihatkannya? Atau, apa secepat itu Tuhan mengabulkan permintaannya?
Chaeri ingin menghindar, tapi gerakannya tak secepat mobil yang sekarang sudah ada didepan matanya.

BRUKK

Semua pandangan Chaeri gelap. Tuhan benar-benar mengabulkan permintaannya.

_____

_____

Thanks for reading!
©Glopeachy

DISTANCIA • Cha Junho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang