02. Kehidupan Baru

103 10 0
                                    

Sera termenung sembari menikmati angin malam di tepi pantai. Ia tau, bahwa dirinya hanya bisa mendengar, meraba, dan merasakan saat ini. Walaupun begitu, ia masih bisa menikmati sejuknya angin malam yang menyentuh tubuhnya.

Ia masih belum ikhlas akan kepergian sesosok kakeknya. Jika ia harus mengingat kejadian itu lagi, ia akan menangis, terus saja menangis. Bahkan, sekarang ia tidak bisa melihat keindahan bulan purnama ditepi pantai yang sering ia dan kakeknya kunjungi, sungguh hampa rasanya.

Kehidupannya sekarang hanyalah melihat kegelapan. Kuliah? Sera berhenti, sebab ia tidak bisa melihat apa-apa lagi. 

Sekarang Sera mempekerjakan seseorang untuk membuatkannya makanan saja. Ia tidak bisa hidup sendiri dengan keadaannya yang seperti ini.

"Kalau tau gini, mending aku ikut kakek aja" ucap Sera dengan mata yang berkaca-kaca. Tak kuasa ia menahan tangisnya. Tetes demi tetes air mata sudah membanjiri pipi Sera.

"Duh.. jujur aja Sera takut sendirian disini, tadi aja minta bantuan ke orang-orang buat ngarahin jalan." Sera melingkarkan tangan di tubuhnya. Angin pantai terasa sangat dingin, ia lupa menggunakan jaket.

Sera menghela nafas panjang, saat ini ia bingung bagaimana dirinya bisa balik kerumah.

Hembusan angin yang kencang membuat Sera tidak tahan lagi berada di sana. Sera beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah perlahan menuju suara ombak dengan tongkat dihentak-hentakan kepasir pantai.

Suara ombak semakin terdengar dibenak telinganya. Sera makin lama semakin merasakan air menerjang kakinya.

"Woy! Woy! Woy! Lepasin!!"

Sera menepis tangan seseorang yang bahkan tak tahu dia siapa. Sera terus memberontak karena ketakutan. Namun nihil, orang itu belum juga melepaskan genggaman tangannya.

Satu gigitan Sera tepat mengenai tangan yang sedari tadi masih menggenggam tangan Sera. Sera perlahan mundur dengan tangan sekujur tubuh gemetar ketakutan.

"Arghh" suara laki-laki itu mendengus kesakitan.

Karena rasa takut yang amat mendalam, Sera berteriak dengan semua suara yang ia punya.

"Tolongg!!"

Lelaki itu mendekap mulut Sera kasar. Sera memberontak lagi, dalam benak pikiran Sera saat ini hanyalah lelaki itu pasti lelaki bejat yang ingin berbuat jahat.

"Gua mau bunuh lu" bisik lelaki itu.

Bulu roma Sera seketika dibuat berdiri. Kini, seluruh tubuh Sera benar-benar gemetar.

"G, Gua ga pernah berurusan sama orang ya! Jauhin gua. Gua mohon."

Kekehan tawa terdengar, lelaki itu menjulurkan tangannya dan tersenyum manis kearah Sera.

"Jadi perempuan jangan sok jual mahal, gua lagi julurin tangan" Ucap lelaki itu

"Bodoh! Gua buta pe'ak." Bentak Sera

Mendengar hal itu lelaki itu sontak meraba rambutnya tersenyum bodoh.

"Sorry-sorry, gua Ditya." Lelaki bernama Ditya menarik tangan Sera agar juluran tangannya dibalas. Sera dengan cepat melepaskan kedua tangan mereka yang saling bertemu.

Sera ingin cepat pergi dari sana. Namun, Ditya menarik tangan Sera lalu menyuruh Sera untuk meraba wajahnya.

Sera hanya mengikutinya. Dalam benak pikiran Sera setelah meraba wajah lelaki didepannya ia merasa lelaki itu tampangnya anak baik, hidung mancung, bibir mungil. Tapi, dengan gayanya yang seperti itu membuat Sera ketakutan.

Dalam Gelap, Aku Melihatmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang