05. [Cafe]

32 6 0
                                    


Jarum pendek menuju pukul 22.00. kini Radit sedang berada di sebuah cafe yang cukup terkenal di daerah sekitar sana. ia hanya sedang menikmati secangkir kopi hangat sendirian sembari mendengarkan musik menggunakan earphone.

"permisi kak, Ini minuman keluaran terbaru dari cafe kami silahkan di coba dan berikan kritik sarannya"

ia tidak menghiraukan bahkan tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang itu, ia hanya terdiam menikmati musik yang mengalun didalam earphonenya.

"M-maaf kak aku ga sengaja."
lelaki yang sedari tadi menawarkan minuman itupun menjatuhkan minumannya di meja sehingga membuat celana Radit kotor.

Dengan sigap lelaki itu mencari tisu dan mengelap meja yang tertumpah kopi hangat, Radit hanya meliriknya tajam. Kesal? Pasti kesal, namun tidak mungkin ia marah-marah disini.

"gapapa." Ketus Radit.

Lelaki itu tak mendengarkan kata Radit, ia kekeh membersihkan meja dan celana Radit yang kotor, Menurut Radit lelaki itu terlalu keras kepala sehingga membuat Radit menghela nafas panjang.

"sudahlah. Gua maafin"

"Lo baik banget bro, kenalan lah. Nama gua Alvin"

Aku hanya mengangguk dan mengalihkan pandanganku ke celanaku yang kotor terkena minuman.

Apa apaan ini yang awalnya numpahin malah kenalan-Batin Radit.

"Nama lo siapa?" dia menjulurkan tangannya

"Raditya." Radit membalas juluran tangannya lalu melepaskannya kembali.

"Temenan?"

"lu mau temenan sama gua? emang lu gak punya temen?"

"Kaga, dulu gua dituduh maling si jadi kaga ada yang mau temenan ama gua, padahal muka tampan, imut, lucu yakali maling, Gila kali"

Ni anak peri peri prenlii -batin Radit.

"emang dia gak tau? kalo lu pemilik Cafe yang cukup terkenal disini? kalo mereka tau seharusnya mikir lah gak mungkin kalo seorang pemilik cafe terkenal maling gitu aja di sekolahnya" Radit menatap sorot matanya.

"Ngapain gua kasi tau? Kalo pada tau mah yang ada gua dimanfaatin doang. jaman sekarang temenan pada mandang duit"

Aku menghela nafas panjang "bener juga sih, yaudah."

Heran kenapa gua punya temen pada gini banget dah nasibnya satu gak bisa ngeliat satu nya lagi dituduh maling,tapi temen yang kaya gini nih enak gak bakal nyakitin hati-batin Radit.

"yaudah Al, besok mau ikut sama gua? Gua kenalin sama temen gua"

Dia duduk di kursi sampingku "Iya bang. tapi Panggil gua alpin aja bang biar imut, gua bakal panggil lu bang Adi biar cool"

Aku menatapnya dengan tatapan sinis "Gegaya anjir baru juga kita kenalan udah sok imut lu, najis gua"

Gua bakal kenalin dia ke Sera tapi gua takut kalo seandainya gua kenalin Si Alvin ke Sera nanti dia malah deket lagi-batin Radit.

"Gua pulang dulu udah malem"

"Iya bang hati-hati".

Raditya pulang dengan motor ninja kesayangannya. Ia tidak memakai mobil karena mobilnya sudah tertidur pulas digarasi. Malas rasanya kalau mau mengambilnya. Apalagi disana katanya ada kuntilanak suka nampakin diri. Seandainya kuntilanaknya cantik sih mungkin dia fine-fine aja. Lah ini mukanya hancur gitu.

ia memasuki rumahnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Disana ia melihat tantenya sedang mengambil air di dapur. Dia melihat Radit dengan tatapan yang tajam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dalam Gelap, Aku Melihatmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang