بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
.....
aku minta maaf jika terdapat kesalahan makna dan arti didalam ceritaku🙏🙏. Aku masih pemula dalam menulis sebuah cerita islami. Jika memang terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan bisa diingatkan di kolom komentar🙏😊.....
Drrrtt!
Drrttt!
Getaran itu berhasil menghentikan langkah gadis berjilbab itu. Ia ia membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu mengapa ponselnya begetar. Saat ini ia sedang berada di trotoar menunggu angkutan umum.
Ah ternyata Abi yang menelpon. Namun, Ia tersenyum lembut saat mengetahui bahwa Abinya yang menelpon. Ia sempat mengerutkan keningnya bingung, pasalnya Abinya sangat jarang menghubunginya, palingan meminta Bang Panji untuk menelponnya. Dengan cepat ia menggeser tombol hijau.
"Hallo, Assalamualaikum Fasya" ucap Yusuf-Abi dari sebrang sana langsung
"Waalaikumsalam Abi. Ada apa Abi? Abi kok tumben nelpon Fasya?" balas Gadis itu.
"Astagfirullah Fasya, emang Abi nggak boleh telpon anaknya sendiri" canda Yusuf.
"Hahaha, Abi aneh deh. Ya masak nggak boleh"
"Ouh ya Sya kamu dimana nak?"
"Dijalan Bi mau pulang, habis dari rumah Zarah" Zarah-sepupu Fasya"
"Klo gitu Abi bisa minta tolong?!"
"Boleh dong abi, apa pun untuk abi pasti Fasya perjuangin"
"Bisa aja kamu, klo Abi suruh nikah sekarang emang mau??"
"Emang beneran Abi mau nikahin Fasya sekarang, Bang panji aja dulu, Fasya nyusul insya allah hahaha. Ouh ya Abi mau minta tolong apa??"
"Abi minta tolong beliin Abi obat yang seperti biasa di apotek ya Fasya. Obat abi udah habis"
"Iya Abi Insya allah"
"Yaudah abi tutup ya telpon nya. Kamu jangan lupa mampir sholat Ashar dulu Assalamualaikum"
"Iya Abi, makasih udah ingatin Fasya Waalaikumsalam"
Tut.
Fasya mematikan telponnya lalu kembali memasukkannya kedalam tas. Ia menarik napas lega mengingat ayahnya baik-baik saja. Ia bersyukur masih diberikan keluarga yang lengkap meski nanti pada akhirnya mereka semua akan kembali pada sang pencipta begitupun dengan dirinya. Karena setiap yang bernyawa juga akan akan kembali padanya
“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Terj. QS. Ali Imraan: 185)
Jadi, apapun yang kita miliki didunia harus kita syukuri dan manfaatkan sebaik-baik mungkin untuk persiapan kelak diakhirat. Termasuk umur.
Fasya menarik napas pelan lalu menatap jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya. Cewek itu membulatkan mata.
"Astagfirullah, udah hampir jam tiga" ujar Fasya terkejut.
"ya ampun untung aja ada abi ngingetin, klo nggak pasti kelupaan" Lanjutnya.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar
Adzan Ashar sudah berkumandang dan Alhamdulillah ternya ada mesjid disebelah jalan. Tanpa berpikir panjang, Fasya langsung menyebrangi jalan dan memasuki masjid untuk melaksanakan sholat Ashar.
Bagi Fasya apapun yang terjadi dan sesibuk apa pun dirinya, ia tak boleh meninggalkan sholat. Prinsip itu yang ia pegang selama ini. Kedua orang tuanya mengajarkan untuk selalu mendirikan sholat bagaimana pun kondisinya. Karena hal dunia tak boleh menjadi penghalang untuk beriman kepada sang pencipta apalagi melanggar perintah sang pencipta.
Fasya mulai mengambil air wudhu dan melakukan sholat berjamaah dimasjid. Ia tak ingin meninggalkan solat, selain karena itu perintah allah, rasanya seluruh jiwa dan raganya menjadi damai. Segala sesuatu yang ia kerjakan terasa ringan. Ia juga merasa bahwa sholat benar-benar obat penenang baginya. Dengan sholat ia bisa bercerita pada sang pencipta tentang segala hal yang pernah ia alami. Apa lagi saat hatinya sedang dalam rapuh-rapuhnya maka ia tak akan segan untuk mengeluarkan di depan allah. Ia tahu allah dekat dengannya.
Beberapa saat kemudian setelah usai ia melaksanakan sholat Ashar. Tak lupa ia juga berzkir menyebut nama Allah. Setelah itu tanpa sadar orang-orang sudah mulai menghilang dan tersisalah berbeda orang didalam masjid.
Fasya lalu merapikan kembali mukenah dan sajadah yang telah ia bentangkan didalam lemari.
Namun, sebelum itu terjadi pergerakannya tiba-tiba berhenti saat sebuah salam benar-benar menggema didalam telinganya.
"Assalaamu'alaikum"
Deg!
Deg!
Deg!
"Wa'alaikumus salam " ujarnya spontan membalas salam itu dengan pelan.
Dalam islam kita memang diwajibkan untuk selalu membalas salam seseorang. Namun, kali ini terasa berbeda.
Ia tak tahu, ia bingung dengan dirinya sendiri. Ia tak tahu mengapa hatinya seakan luluh. Suara briton nan lembut itu seakan baru saja mengalihkan dirinya.
Ia tak bisa berbohong, dalam hati ia terus saja mengagumi suara itu. Baginya, itu adalah salah paling indah yang pernah ia dengar meskipun kenyataannya salam memanglah indah. Tak hanya itu, salam juga akan membawa rasa damai.
Dengan cepat ia berbalik kearah depan dimana shaf laki-laki tertutupi eh tirai. Meski tak melihat siapa pemilik dari salam itu. Matanya terus menatap tirai itu.
Rasanya ia ingin sekali rmngetahu siapa pemilik salam itu. Karena salam itu sudah menjadi suara yang paling ia kagumi.
"Masya allah" ujarnya tersenyum.
Sejak tadi matanya tak lepas dari tirai itu. Ia ingin sekali menembus dan melihatnya. Salahkah jika ia mengatakan bahwa ia menyukai suara itu?
Beberapa detik kemudian. Fasya gelagapan, ia tak menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Dengan cepat ia beristigfar banyak-banyak mengingat allah.
"Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah. Ingat Fasya kamu nggak boleh ginih" Ujarnya.
Fasya kembali merapikan kembali mukenah yang ia gunakan, ia tak ingin berlama-lama memikirkan siapa pemilik suara itu meski pikirannya tak bisa lepas dari salam itu.
"Allahu akbar"
Deg!
Suara itu. Sekali lagi berhasil menghentikan pergerakannya. Dengan cepat kembali berbalik pada tirai dan menatap kearah shaf laki-laki.
Ia tahu, orang itu sedang mendirikan sholat Ashar. Setiap kata yang keluar menyebut takbir hatinya terasa lebih sejuk. Ia terus menikmati suara itu sampai akhir.
"Ya allah, sungguh indah ciptaanmu. Engkau adalah sebaik-baik tempat meminta"
"Bisakah hamba berharap sesuatu padamu?"
Fasya tertunduk, lalu menutup matanya. Tak lupa mengangkat kedua tangannya.
Beberapa saat kemudian, ia mengusap tangannya depan wajahnya dengan mengucapkan "Aamiin"
Ia tak tahu, ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ia kembali tersenyum.
Seakan teringat sesuatu, senyuman seketika berubah menyajadi ketegangan.
"Astagfirullah, obat Abi" Tanpa berpikir panjang lang, ia akhirnya berhasil menyimpan mukenahnya di lemari mesjid terletak terakhir karena suara merdu yang ia dengar.
Ia harus segera membeli obat untuk Abi. Kasian dia jika harus menunggu lama karena kelalaiannya.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Intuition
Teen FictionBerawal dari niat shalat Ashar yang berhasil menuntunnya mendengar suara salam paling indah yang pernah ia dengar. Dimasjid itu, ia menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Semenjak saat itu, ia berhasil mengagumi suara sekaligus pemili...