Epilogue

3.2K 167 6
                                    

"Sebenarnya, lo mau bawa gue ke mana?" tanya gue yang masih dibawa oleh Sarawat ke suatu tempat di festival. Dia bahkan ga ngelepasin tangan gue walaupun gue udah berontak minta dilepaskan. Dia malah makin mempererat genggamannya.

"Ouch. Bentar, tangan gue sakit."

Sarawat menghentikan langkahnya saat kami berdua sudah sampai di depan bianglala. Sarawat melepaskan tangan gue dan kali ini dia nyuruh gue buat masuk ke bianglala.

"Bang, gua mau naik sama pacar gua. Bayarnya nanti aja ya. Diskon pasangan."

"Yaelah, ngebon lagi ngebon lagi. Kemarin sama cewe dan sekarang sama siapa lagi? Ini pacar kamu, dek? Mending jangan mau jadi pacarnya dia, dia kikir. Pelit banget jadi orang." Abang-abang penjaga bianglala tersebut menolehkan pandangannya ke gue dan berkata seperti itu. Sontak gue mengelak dan mengatakan bahwa Sarawat bukan pacar gue.

"Ehh? Bukan, pak. Saya adeknya dia."

"Oh, adeknya. Syukurlah kalau bukan pacarnya. Betah dek punya kakak kaya dia?"

"Ya gitu deh, bang. Ini aja saya dipaksa naik walaupun saya ga mau."

"Cih, udah cepet masuk!" Suruh Sarawat saat dia mulai keliatan kesel.

Sarawat membuka pintu bianglala tersebut dan menarik tangan gue agar masuk. Gue duduk berhadap-hadapan dengan Sarawat. Kami diam selama beberapa menit menikmati pemandangan festival dari atas sini. Semua tampak indah, banyak lampu-lampu yang berkelip di bawah sana dan gue suka.

"Jadi?"

"Apanya?"

"Lu suka?"

"Suka sama apa?"

"Karena gua bawa lu kemari."

"Ouw... Suka"

Krik krik! Krik krik!

"Kenapa jadi garing gini, seh? Gua kan pengen ngebuat suasana romantis gitu, tapi kenapa malah garing?" ucap Sarawat ngeluh. Wajahnya terlihat sangat kesal dan hal itu membuat gue tertawa karena tingkahnya. Ternyata dia bisa sereceh ini orangnya

"Denger ya, romeo. Gue bukan juliet dan gue ga pernah punya pengalaman kaya gini sebelumnya. Jadi, maaf-maaf aja kalau gue ngebuat lo jadi garing gini," kata gue menjelaskan. Gue bukan tipe-tipe orang yang suka digombalin atau dirayu secara langsung. Gue lebih suka— entahlah? Digombalin secara tidak langsung, mungkin? Seperti yang Sarawat lakukan tadi waktu jemput gue. Hal itu ga disengaja, namun sukses membuat wajah gue memerah, jantung gue juga berdetak kencang karena syok.

"Ah, gagal romantis kan gua," ucapnya sambil menggusarkan rambut kepalanya. Dia terlihat kesal ckck.

"Lagian lo kenapa pake sok jadi romantis segala? Lo pikir gue cewe? Gue juga cowok jika lo lupa!" kata gue menjelaskan. Gue ini cowok, bukan cewek yang suka digituin sama cowok fuckboy macam Sarawat.

"Karena gua... Gua mau... Eum..." Sarawat berbicara dengan terbata-bata, wajahnya memerah karena sesuatu, dan berkeringat.

"Lo mau?—"

"Gua mau..."

"Apa?"

"GUA MAU LO JADI PACAR GUA!"

HAHHH?

"Apa? Pacar? Barusan lo minta gue buat jadi pacar lo? Apa? Gue ga salah denger, kan?"

Kali ini wajah gue yang tiba-tiba memerah tanpa sebab, kedua tangan gue juga ikut merasakan keanehan saat Sarawat mengatakan hal tersebut. Badan gue mematung kaku, bahkan gue rasa jantung gue ga berfungsi sebagaimana mestinya. Gue kacau ckck!

VACHIRAWIT - BRIGHTWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang