Pagi hari sudah tiba.
Saatnya semua orang kembali beraktivitas dengan kegiatan nya masing-masing, sama hal nya dengan Dafania yang sedang bersiap akan berangkat ke sekolah.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk selalu bangun pagi dan berangkat sekolah lebih awal agar ia tidak ketinggalan bus.
Ia sudah rapih dengan seragam yang melekat ditubuhnya dan tas yang sudah ada di bahu nya itu. Ia langsung memutuskan untuk langsung turun kebawah.
Dafania keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah, ia melihat ke arah meja makan disana sudah ada Dean bersama asisten rumah tangganya tanpa keberadaan kedua orangtuanya disana.
"Pagi iyan sayang," Sapa Dafania sambil mengecup kedua pipi sang adiknya yang bernama Dean Anindika Athalla.
"Pagi kakak iya,"
Yapp panggilan itu yang buat adalah Dean. Ia menyebut dirinya dengan panggilan Iyan, sedangkan Dafania Iya dan Dylan Ilan.
"Mami sama papi udah berangkat ya bi?," Tanya Dafania.
"Sudah non," Jawab Inah, asisten rumah tangganya. Sedangkan Dafania hanya bisa tersenyum kecut melihat rumah ini yang semakin sepi dan kosong.
"Tumben iyan udah bangun?," Tanya Dafania sambil duduk tepat disampingnya Dean.
"Iyan mau sarapan sama kakak iya, makanya iyan udah bangun," Jawab Dean sambil tersenyum manis pada Dafania.
Dafania tersentuh dengan ucapan sang adiknya itu, adiknya itu selalu kesepian dirumah sebesar ini. Keluarganya semua telah sibuk dengan dunianya masing-masing, bahkan Dafania sendiri hanya bertemu dengan Dean saat sudah pulang dari sekolahnya.
"Maafin kakak," Batin Dafania.
"Yaudah yuk sarapan," Ajak Dafania.
"Iyan mau sarapan apa nih? Disini lauk nya ada banyak loh, iyan suka apa?," Tanya Dafania.
"Hmm iyan suka sama semuanya," Jawab Dean sambil tertawa, membuat Dafania tidak bisa berkata-kata lagi, ia tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
Dafania dan Dean menghabiskan waktu sarapannya, Dafania lebih dulu menyelesaikan sarapannya karena ia sudah kesiangan untuk berangkat.
"Iyan, kakak mau berangkat sekolah dulu ya," Ucap Dafania.
"Iyan selesaiin sarapannya dan harus habis loh yaa jangan dibuang-buang," Peringat Dafania.
"Iyan masih mau kakak temanin Iyan sarapan," Pinta Dean.
"Gak bisa sayang, kakak harus berangkat ke sekolah nanti telat," Ucap Dafania membuat Dean menundukkan kepalanya.
"Kenapa murung hmm? Jangan sedih gitu kakak iya kan mau ke sekolah," Ucap Dafania sambil mengusap puncak kepala Dean dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Semua orang gak sayang sama iyan," Ucap Dean yang sudah mengeluarkan air matanya.
"Semua sayang kok sama iyan, iyan akan mengerti kalau iyan sudah dewasa nanti,"
"Kakak janji hari ini dan seterusnya akan pulang lebih cepat, habis itu kita main dan jalan-jalan diluar gimana?,"
"Janji?," Tanya Dean sambil menjulurkan jari kelingking di hadapan Dafania, sedangkan Dafania menautkan jarinya itu.
"Iyan tunggu kakak pulang, kak iya jangan pulang lama-lama yaa," Ucap Dean.
"Iyaa, Iyan tunggu kakak pulang yaa, sekarang kakak harus berangkat ke sekolah,"
"Yaudah Iyan lanjut sarapan nya yaa, kakak iya berangkat dulu, Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam, dadah kakak iya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Voli
Teen FictionKevin Addison Pratama si kapten voli yang sangat dingin, bad dan tentunya sangat famous di sekolahnya itu, banyak sekali perempuan yang mengejar cinta seorang Kevin, namun tidak ada satupun yang bisa menaklukan hati nya. Suatu hari saat ia bertemu d...