Berubah

8 4 9
                                    

Hello everyone :3
Makasih telah membaca cerita random aku
"Bist of destiny"
Jgn lupa vote untuk mendukung Author agar lebih giat menulis wattpad lgi yah :) happy reading guys

~•••••••••••••••••~

Ariani yang nampak membereskan baju-bajunya untuk di masukkan ke koper dan di bantu oleh putri cantiknya.

"Ibu serius berangkat hari ini ya?" Tanya Feli dengan wajah melasnya.

"Iya nak maafin ibunya ini demi kebutuhan kita juga. Apalagi kita udah gak sama ayahmu itu." Ucap Ariani

"Udah bu ga usah bahas ayah. Hm gppa bu feli bisa kok ngurus rumah." Jawab feli.

"Iya."

Seketika terdengar suara mobil kantor dari luar rumah mereka. Lalu Ariani bergegas menuju keluar rumah dengan membawa koper coklat miliknya.

"Ibu hati-hati ya." Ucap Feli langsung memeluk erat ibunya itu. Betapa sedih hatinya harus ditinggalkan malaikat kesayangannya itu.

"Iya kamu juga ya nak." Balas ibunya

Ariani melepas perlahan lalu melangkahkan kaki berjalan menuju mobil hitam yang terparikir di depan rumahnya. Feli hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum kearah ibunya.

Keheningan mulai terasa saat ibunya pergi. Sudah satu jam sejak kepergian, feli merasa rindu. Padahal baru sejam.

Karena ia tidak tau harus berbuat apa, ia mencoba melakukan kerjaan di rumahnya dari menyapu halaman, nge-pel lantai, dan membersihkan seisi rumah.

Sesaat ia menjemur pakaian di luar rumahnya, ia  melihat sepasang wanita-pria yang berada di depan pagarnya.
Ya, itu Alwi dan Nurul pasangannya. Melihat mereka, Feli merasa sesak. Namun ia berusaha tegar dan baik-baik saja.

"Hay fel, rajin ya cucian di depan rumah." Ucap Nurul sembari tersenyum kearah feli.

Feli hanya memberi senyum palsu tanpa jawaban. Karena pakaianny telah selesai ia jemur,

"Aku masuk dulu." Ucap feli dengan wajah yang datar. Namun seketika matanya tak lepas dari sosok alwi. Ia menatap tajam lalu mengalihkan. Begitu juga dengan Alwi yang bingung dengan sikap Feli yang berbeda dari sebelumnya namun ia tak memperdulikan hal itu.

Feli melengos masuk kedalam rumahnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Membuat Nurul bingung, ia fikir feli memang seperti itu.

****

Feli berlari menaiki tangga menuju pintu kamar yang berwarna biru muda yang di hiasi berbagai gantungan kecil. Ia membuka lalu masuk dan menutup pintu tersebut dengan kuat hingga memberi suara yang keras. Brakk!!

Air mata mulai membanjiri pipinya. Isak tangis diiringi sesenggukan yang membuat napasnya semakin sesak.

Ia hanya terbaring menatap plafon rumah yang berwarna biru laut itu sambil sesekali melirik kearah jendela. Menatap langit luar yang begitu cerah.

"AKU BENCI KAMU ALWI!!" Teriak Felicia hingga terlihat urat-urat lehernya. Ia terus menjerit menahan sakit yang benar-benar menusuk.

"Harusnya aku gak ketemu sama kamu wii." Ucap feli yang perlahan menurunkan nada suaranya.

Ia terus menangis. Ingin mengungkapkan namun tidak tau harus pada siapa. Ia hanya bisa memendam perasaannya yang terlalu menyiksa batinnya.

Tidak terasa hari semakin sore. Langit merubah warnanya menjadi kuning kemerahan. Feli mulai membuka kelopak matanya. Matanya terasa perih akibat tangisannya yang begitu hebat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ar-Rahman Untuk MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang