Chapter 68

1.6K 97 16
                                    

Suara tangisan mengisi kediaman Millanez. Sudah ada dua kotak tisu yang terbengkalai di lantai.

Semua orang yang berkumpul di ruang utama merasa sedih dan panik secara bersamaan. Kabar kecelakaan pesawat yang dinaiki Devlin membuat mereka semua melonjak tak percaya.

Sebelum pergi kemarin, Devlin memang memberitahukan maskapai mana yang ia naiki. Maka dari itu Angelica yang juga mengetahui hal tersebut menangis lebih dulu.

Seth mengusap pundak sang ibu dengan lembut. Matanya sembab dan memerah karena menangis terus-terusan. Bagaimana perasaan sang ibu tentang berita mengejutkan itu, pasti dapat dirasakan semua orang.

Di sofa seberang, Allyssa mengusap pundak calon suaminya. Ia terisak pelan terlebih lagi kondisi William saat ini jauh dari kata baik. Noah dan Molina merasakan hal yang sama. Mereka berdiri tak jauh dari Angelica. Sedangkan Charly dan Hansel diam saling bertatapan.

Kedua orang lainnya, Mark dan Dave tidak terlihat sejak tadi. Sepertinya Dave pergi ke taman belakang untuk menyendiri. Charly tadi melihatnya, apalagi wajah shock berat itu terpampang di wajah. Kalau Mark, tidak ada satupun yang tahu kemana pria itu pergi.

"Kenapa ini bisa terjadi?" tanya Angelica masih menangis histeris. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Dimana Valeria?" tanya Hansel berbisik pada Charly. Sang istri menggeleng tidak tahu.

Keberadaan Valeria sejak tadi tidak disadari oleh siapapun. Tetapi Hansel baru menyadarinya. Charly pun begitu. Keduanya tidak tahu kemana perginya Valeria.

Di kamar, pria itu menatap pantulan wajahnya dari cermin. Sudah jelas matanya memerah karena tangis. Perasaannya kacau balau membuat ia menjadi ceroboh.

Tiba-tiba suatu hal terlintas di pikirannya. Mengapa ia bisa lupa? Mark buru-buru keluar dari toilet dan mengacak-acak laci nakasnya. Ia meraih sebuah tablet beberapa inci.

Jemari besarnya bergerak lincah di touchscreen membuka software yang menunjukkan operasi pada sebuah mikrocip. Ya. Mark baru ingat kalau ia pernah menanamkan benda kecil itu ke tubuh Devlin. Dan mikrocip itu terhubung dengan software.

Dengan begini ia dapat menemukan keberadaan Devlin.

Setelah berkutat dengan alat komunikasi di tangannya, akhirnya ada secercah harapan saat melihat notice. Dari titik hitam, ia dapat mengetahui keberadaan Devlin.

Untungnya, titik hitam yang merupakan keberadaan anaknya ternyata masih berada di bandara John F. Kennedy. Mark membuang napas panjang seraya mengusap wajahnya. Ekspresi tegangnya berubah menjadi kelegaan yang mendalam.

Kemudian ia meraih ponselnya, mendial nomor gadis itu dan tersambung begitu cepat. Panggilan tersebut diangkat setelah beberapa detik menunggu.

***

Devlin menyewa sebuah kamar hotel yang tak jauh dari bandara. Ia terpaksa menunda keberangkatan selama empat jam dikarenakan kecelakaan maskapai sebelumnya. Membuat pengoperasian penerbangan di undur beberapa saat.

Berita kecelakaan itu sungguh mengejutkan sekaligus melegakan. Ternyata perasaan buruk yang dirasakannya sejak kemarin adalah maskapai ini. Ia curiga ada seseorang yang mencoba memanipulasi pesawat.

Tiga jam yang lalu...

"Semua penumpang diharapkan duduk di kursi yang telah ditentukan. Beberapa menit lagi pesawat akan melakukan penerbangan."

Langkah kakinya memelan saat merasakan seseorang mengikutinya dari belakang. Netra birunya melirik dari sudut mata kemudian meneruskan langkahnya menuju kursi miliknya.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang