Kejelasan

15 3 0
                                    


“Aku tidak tahu banyak tentang Shei.” Kata Alden. “Yang jelas, Shei membuat Sid terlibat
dalam urusan bisnis si Bos.”

“Bisnis apa… maksudku, bisnis macam apa yang Bos jalankan? Apa ada hubungannya
dengan mayat?”

“Hal terkeji sepanjang masa, menjual manusia.”

“Menjual?”

“Ya, mereka menculik, membunuh, lalu menjual organ tubuh mereka. Pada suatu waktu,
Shei diculik oleh mereka. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya pada Shei, yang aku
tahu Sid merekrutku untuk menggantikan posisinya di keluarga angkatnya sementara ia
mencari Shei.” Alden mengambil jeda sejenak.

“Semua jadi membingungkan, kau tidak sendirian Nisya. Aku juga kebingungan. Terlebih
lagi seseorang yang mengaku sebagai Shei menelepon Sid tadi malam.”

“Apa?” Disha terkejut bukan kepalang.

“Ya.” Tegas Alden. “Ia mengawasi keadaan entah darimana, dan anehnya ia tahu juga tentang Nisya.”

Disha semakin gelisah, raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran. “Kau sudah mencoba meneleponnya lagi?”

Alden menggeleng. “Tidak bisa, ia pasti langsung membuang kartu teleponnya setelah menelepon kami.”

TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK!

“Bolehkah kita tidak usah membuka pintunya?” Alden bertanya, sebagai orang terdekat dari pintu ia merasa sungkan untuk membiarkan tamu yang ingin membesuk itu.

“Memangnya siapa?” Tanya Disha.

TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK!

“ALDEENNN!!!! BUKA PINTUNYAAA!!!!”

“Zeline?” Ucap kedua gadis itu serempak.

Alden heran. “Kalian mengenalnya?”

TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK! TUK!

“BUKA ATAU AKU AKAN MENDOBRAK PAKSA! KUHITUNG SAMPAI TIGA! SATU!”

Alden tidak bergerak, ia tidak berniat membiarkan Zeline masuk.

“DUAA!!” Zeline masih menghitung dari balik pintu.

“Sebaiknya.” Disha berpendapat.

“Kau biarkan saja wanita itu masuk, tulangnya bisa patah
jika dia memaksa membuka pintu itu.”

Alden meletakkan tangannya di kunci pintu.

“TIGAA!!!” Klik! Pintu terbuka, Zeline terkejut karena pintu terbuka tiba-tiba, tubuhnya
terayun jatuh, mendarat sempurna di….

BRAK!!!

… badan Alden yang malang

Alden meringis kesakitan, Zeline menyeringai senang melihat Alden lagi. “Alden! Jahil
sekali kau menggodaku!”

Lalu Zeline menoleh ke arah lain.

“NISYA SAYANGKUUU!!!” Zeline menghambur, memeluk Nisya dengan erat.

“Ah, betapa malangnya si manis kecilku ini! Tega sekali mereka melukaimu!” Zeline mencubit pipi Nisya dengan gemas.

“Therimha khasih shudah mhengkhawhathirkhankhu….”

Disha masih tercengang melihat kehebohan Zeline, sekarang ia mengerti alasan Alden tidak
membiarkan Zeline masuk. Mata mereka bertemu.

“Oh!” Zeline melepaskan pipi Nisya. “Kau yang tadi pagi!”

“Ya.” Disha tersenyum sopan.

“Maaf karena mencekikmu dan membawa kabur mobilmu.”

“Tidak masalah!” Zeline tersenyum riang.

“Kau bisa membawa mobil, Disha?” Alden bangun dengan bantuan Yumda dan Hamdi.

Lalu ia pergi ke jendela untuk mengintip tempat Disha memarkir mobil.

Pipit masuk dengan takut-takut.

“Ya, tapi tidak sehandal yang kau bayangkan.” Disha menoleh ke arah Zeline, wajahnya tampak canggung dan menyesal.

“Aku membuat lecet mobilmu, maafkan aku… Aku akan
bertanggung jawab.”

“Tidak perlu!” Kata Zeline ringan.
“Tidak masalah, lagipula…”

“DISHA!!! DASAR ANAK NAKAL, ITU MOBILKU, KUNYUK!!!”

Perkataan Zeline dipotong
oleh amukan Alden yang membara tatkala ia telah melihat mobil yang dimaksud Disha.

“Tapi, Zeline….” Disha menunjuk wanita itu.

Zeline tergelak. “Aku tadi hendak menyusul Alden dan Sid, aku tidak bawa mobil. Aku baru
saja mengambil kunci mobilnya dan kau datang merebut kunci mobil itu dariku.” Kata
Zeline, masih tertawa.

Disha menelan ludah, menghadapi Alden itu mudah saja.





Mudah jika ia sedang tidak marah.


“HOI, ANAK NAKAL! KEMARI KAU!”

Draft Ver: Potrait (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang