7.40 p.m. | Keputusan

5 3 9
                                    

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku pada Kana yang sudah menunggu di kejauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku pada Kana yang sudah menunggu di kejauhan.

"Maaf, ya jadi lama nunggu. Barusan ada pesanan dari ojek online banyak banget, jadi harus bantu teman dulu sebelum tukar shift. Kamu ke sini naik apa?" tanyaku sembari meraih kunci motor di dalam saku.

Hari ini terhitung satu minggu dua hari setelah aku menyatakan perasaan pada Kana. Kami menjalani hari seperti biasanya, tidak ada yang berubah. Tapi, intensitas kami menjalani waktu berdua menjadi lebih sering. Aku pun, masih mengikuti saran Jaya untuk sabar.

"Nggak lama kok. Aku baru sampai juga. Barusan habis main sama Laila, terus dia antar ke sini sekalian," jawab Kana santai. Dia tersenyum manis dan mengenakan helm yang kuberikan. Aku sengaja bawa helm dua hari ini karena harus bonceng Kana. Keselamatan kan nomor satu.

"Biru," panggil Kana.

"Hmm? Ada apa, Kan?" tanyaku sambil menghidupkan mesin motor. "Yuk, naik. Nanti ngobrolnya sambil di jalan aja."

"Jaya bilang, dia ketemu sama kamu. Itu beneran?" tanya Kana, memastikan.

Wah wah, si Jaya ini.. semoga saja dia tidak cerita yang aneh-aneh ke Kana.

Aku mengangguk. "Dia beli kopi sambil nugas. Terus.. ya kita ngobrol sih sebentar."

"Bi, makasih ya," ucap Kana tiba-tiba.

Aku takut. Aku benar-benar tidak siap kalau Kana mau memutuskan semuanya hari ini. Keputusannya mungkin bisa baik, bisa buruk. Tapi, aku tak siap menerima kemungkinan terburuk. Kalau dia sudah berkata begitu, bukankah itu artinya dia akan memutuskan semuanya hari ini?

"Kamu mau makan apa?" tanyaku, berusaha mengalihkan pembicaraan. "Makan pecel lele mau? Aku ada langganan yang enak."

"Aku udah memutuskan, Bi," ucap Kana, tetap pada topik yang sama, tak peduli dengan usahaku mengalihkan topik pembicaraan.

Aku menghentikan motorku, bersamaan dengan lampu hijau yang dengan cepat berganti dengan lampu merah. Aku menghela napas panjang dan menaikkan kaca helm. Kutatap Kana dari kaca spion. Rupanya, dia juga melirik ke arahku.

"Kamu bilang makasih untuk apa?" tanyaku.

"Karena udah sabar nunggu keputusan aku, Bi. Kita udah jalanin ini kurang lebih satu minggu kan? Aku rasa, nggak perlu lebih lama lagi. Aku udah ada jawabannya," ujar Kana.

"Apa keputusannya?" Aku berdeham pelan, memberanikan diri untuk bertanya pada Kana. Seperti yang sering kukatakan, apa pun hasilnya, aku akan menerimanya.

Diary of EverydayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang