Prolog

82 8 2
                                    

Kisah yang bertahan selama lima tahun dengan cinta pertamaku kandas begitu saja. Aku merasa kecewa dan hacur berantakan, terutama karena hal itu terjadi bukan dengan maksud yang jelas. Pada dasarnya semua alasan yang dia kemukakan tertuju pada satu kalimat, "dia tidak merasa cukup denganku". Dan janjinya selama ini yang menyebutkan bahwa aku akan dijadikan sebagai wanita pertama dan terakhir dalam hidupnya, berakhir dalam sebuah omong kosong yang sangat besar. Hingga membuat lubang besar juga dalam rongga dadaku.

Tidak terasa setahun berlalu dari hari itu. Aku yang selama ini selalu berpikir bahwa "tidak akan mampu hidup tanpanya", masih bisa hidup dan bernapas, bahkan masih bisa bebas membuka dan menutup 'café' kecilku seperti biasa. Aku yakin Daniella Arisha orang yang kuat.

Aku semakin menyadari sebuah hal besar dari sejarah negaraku, ternyata kemerdekaan terjadi bukan karena kesejahteraan, namun karena kekosongan. Jiwaku sekarang kosong, dan itu membuatku jauh lebih baik, ternyata cinta tidak selamanya bisa membuat manusia hidup dengan bahagia.

Setelah berhasil menyelamatkan hatiku dari kehancuran tahun lalu, aku merasa duniaku sedang berada dalam fase ancaman kehancuran. Kiamat aku rasa. Beberapa bulan lalu televisi dihebohkan dengan siaran berita sekelompok kupu-kupu yang menghancurkan tanaman-tanaman dipertanian. Dan parahnya sekarang, kupu-kupu tersebut mulai beralih memakan dan menghancurkan tanaman-tanaman lainnya.

Langit pun tiap hari mendung, tetapi tidak ada sedikitpun air hujan yang menetes. Entah apa yang akan terjadi dengan dunia ini, mungkin sumber makanan manusia perlahan-lahan akan habis, dan setelah itu manusia akan beralih memakan kupu-kupu. Entah ini hanya prediksiku, karena ternyata belum ada satupun pembasmi hama yang bisa sepenuhnya mebunuh mereka.

Siang ini, kupu-kupu hama 'pieris' sudah mulai menggerogoti tanaman hidroponik dan bunga hias kesayanganku. Daun-daunnya berubah putih bagaikan telah dihujani salju, lalu setelahnya satu-persatu mulai berjatuhan dan kering. Ah aku pasrah saja.

Jika benar dunia ini akan kiamat, aku harap Tuhan akan berbaik hati mencabut nyawaku sebelum manusia bermata satu yang sering diceritakan guru agamaku turun ke bumi. Atau tidak, pindahkan aku saja ke Mars. Mungkin dengan aku tinggal di sana akan membuatku terlindungi dari terror monster sialan itu.





Aku mencoba hal baru, fantasi. Semoga aja nyambung...

CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang