1.fitnah si sipit

99 50 163
                                    


1.fitnah si sipit.

Cowok itu berjalan mengikis jarak, mendekati luna, hingga jarak keduanya hanya sekitar lima cm, membuat luna menahan nafas.

Luna menahan nafas, dia tidak takut hanya saja merasa sedikit gugup. Cowok di depannya adalah oranğ yang sudah dua tahun ini tidak dilihatnya. Dia sama sekali tidak berubah.

Rambut acak-acakan, baju dikeluarkan, dua kancing baju atasnya tidak dikancing. Dan tatapan matanya.

Masih seperti dulu, tidak ada yang berubah darinya.

Cowok itu memajukan wajahnya, luna tahu dia hanya mencoba untuk mengintimidasi.

"Lo kenal gue??" Tanyanya, mencoba menyembunyikan wajah kagetnya, dengan membuat wajah sedatar datarnya.

Ia aku kenal...
"Enggak kok, luna engak kenal" ujar luna sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Kenapa. tau. nama. gue??" Tanyanya menekankan setiap kalimat yang ia ucapkan sambil menyipitkan mata, mencoba mencari kebohongan diwajah luna.

"Ini" jari telunjuk luna, mengarah ke dada kanan cowok itu. (Bukan pelecehan loh ya). Disana terdapat tulisan, yang berisi nama cowok itu "alvano dirgantara".

"Owh " cowok itu manggut -manggut paham, sambil memegang dagunya. Lalu kembali menatap wajah luna, menyelidik.

"Kita pernah ketemu yah? Kok kayaknya gue familiar sama wajah lo" tanya cowok itu.

"eum, mungkin karena muka luna pasaran, banyak yang mirip he..he.."

"Kenalin gue alvano dirgantara, panggil aja vano, manusia paling ganteng seangkasa raya" cowok itu mengulurkan tangannya.

"Lunetta lumia almaqvira, panggil aja luna" luna mengulurkan tangannya menjabat tangan vano.

"Lo ngapain kok ke sini? Padahal mah jam pelajaran??" tanya vano memecah keheningan.
Kepo.

"Telat, terus gurunya galak kayak macan. Yaudah luna bolos aja." curhat luna, sambil membayangkan wajah bu lia saat marah.

"Owhhh....."

"Btw, lo mau tau satu rahasia gue enggak??" tanya vano bersemangat, sedangkan luna sudah mengangguk-anggukkan kepalanya jauh Lebih bersemangat.

"Gue suka sama...."

"Sama lo"

Blusss, seketika wajah luna memanas, yaaa siapa yang tidak baper saat ada cogan, yang tiba-tiba mengatakan suka.

"Ke..na..pa..?? Kenapa suka luna?" tanya luna dengan bola mata membulat dan sedikit gugup.

Vano mengangkat bahunya ringan, tanpa beban seolah ucapannya barusan hanyalah sebuah lelucon.

"gak tau, gue nyaman aja sama lo, biasanya gue enggak suka sama orang yang baru dalam hidup gue, tapi sama lo beda" jelas vano panjang lebar. Ya, entah kenapa vano merasa nyaman saat berbicara dengan luna.

"Tap..."ucapan luna terpotong oleh suara bel, menandakan pergantian jam pelajaran.

"Luna mau ke kelas...."luna berlari sambil berteriak. ya, luna masih malu dengan yang alfin katakan tadi.

Luna berlari ke arah kelasnya, yang pastinya sudah tidak ada bu lia di dalamnya, sambil memikirkan perkataan vano. Vano adalah temannya dua tahun lalu, dan luna yakin jika vano tidak mengenali dirinya yang sekarang. Dia adalah luna bukan lagi "raqi", yang dulu.
"Vano pasti sudah tidak kenal, dan ucapannya tadi pasti cuma main-main" batin luna meyakinkan dirinya sendiri.

Luna seketika panik saat sebuah dada bidang menabraknya dengan sangat keras. Keseimbangannya hilang. Luna nyaris saja terjatuh, namun sepasang tangan dengan sigap langsung menahan punggungnya, dan tanpa aba-aba langsung melepaskan luna begitu saja...

"Gedebugh"

suara luna terjatuh menggema di koridor 11 ips 2, disusul suara teriakan nyaring luna "AAAWWWW ...".

Luna memelototkan matanya, yang malah terlihat lucu, padahal luna ingin membuat wajah yang seolah-olah marah apalagi setelah melihat siapa pelaku kejahatan yang sudah membuatnya terjatuh.

"Apin, kenapa tadi lepasin luna??" Luna bertanya dengan nada dan ekspresi yang terlihat kesal.

"Berat" sedangkan alfin hanya menjawab santai, dengan ekspresi wajah seolah baru menyelamatkan dunia dari ancaman makhlak asing.

"Ngapain??" Tanyanya sambil melirik luna dari atas sampai bawah.

"Owh... itu luna... luna tadi habis dari toilet, iya toilet he...he.."

"Sejak kapan?"

"Barusan aja apin, masa iya luna ke toilet 1 jam pelajaran, ha..ha.." luna tertawa canggung untuk menetralkan kebohongannya.

"Sejak kapan lo pintar ngelawak? Toilet di ujung koridor sebelah sana" ujar alfin sambil menunjuk arah yang berlawanan dengan posisi luna sekarang.

"Tadi yang ngajar bu lia" cicit luna pelan, percuma saja berbohong pada alfin, cowok cuek, dingin, ngeselin, sok pintar. Begitulah alfin pikiran luna.

"O" jawab alfin terkesan tidak peduli, lalu melanjutkan langkahnya. Meninggalkan luna begitu saja, apa-apaan cowok itu.

Sedangkan luna sudah memajukan bibirnya sambil mendumel tidak jelas.

Lalu luna mempercepat langkahnya saat melihat sepatu bu dina di pintu masuk kelas, berdoa kalau bu dina baru saja masuk, dengan begitu dirinya tidak akan di hukum, kalaupun dihukum hukumannya pasti hanya hukuman yang ringan.

"Tok..tok" luna mengetuk pintu sopan sambil merapalkan doa dalam hati, "ya allah tolong luna...tolong luna," sambil sesekali menghujat alfin, dia lah yang membuat luna terlambat seperti sekarang ini, jika saja cowok itu tidak mengganggu perjalanannya.

Bu dina menatap luna, begitupun teman sekelasnya penasaran melihat siapa yang baru saja menghentikan kegiatan mengapsen siswa.

"Dari mana kamu??" Tanya bu dina, sedangkan luna sedang takut-takut menjawab, pasalnya bu dina itu labil kadang galak seperti singa kadang malah lembut seperti cinderella.

"Dari toilet bu, luna tadi cuma sebentar" ucap luna sambil tangannya membentuk simbol sedikit, untuk memperkuat argumen "sebentar" miliknya.

"luna udah lama bu. Paling dia boker" teriak upit yang langsung mendapat gelakan tawa dari teman-temannya, upit adalah sang cewek paling heboh satu sekolah. Lalu upit pura-pura memasang wajah polos saat luna menatapnya kesal.

"Wahahahaha ngakak, anjirrr lun lo beneran boker" linsi sahabat sekaligus teman sebangku luna tertawa paling keras diantara yang lainnya.
Teman yang setiaaa. Gapapa aku gapapa :)

"Enggak bu, luna tadi ketemu sama kak apin jadinya lama" cicit luna pelan.

"Yasudah, kamu segera masuk" tampaknya saat ini suasana hati bu dina sedang bahagia, mungkin cintanya kepada pak zul sudah tidak bertepuk sebelah tangan. Ya, beberapa hari ini topik mengenai bu dina dan pak zul guru penjaskes sma sweat nusantara, menjadi tren.

Luna berjalan ke arah mejanya, meja di barisan paling tengah, di urutan ketiga. Lalu memasang wajah merengut menatap sinis linsi.

"He..he.. sory lun gue tadi refleks aja ngakak sama ucapan si sipit" ujar linsi masih menahan sisa sisa tawanya sambil mengangkat jari tengah dan jari telujuk bersamaan membentuk "peace".

"Hmm..."

"Lo masih marah lun?? Yaudah nanti gue beliin lolipop. Gimana??..gimana..?? Mau enggak??" Tanya listi bersemangat dia yakin luna pasti akan menyetujuinya.
"Jika membelikan satu lolipop untuk luna terpaksa hari ini gak bisa beli popcorn di bioskop." Pikirnya.

"Yaudah. Tapi lima ya. Ya..ya...ya...??" pinta luna sambil mengangkat lima tangannya, lalu membuat wajah andalannya wajah menggemaskan.

"Ini sih namanya gak jadi ke bioskop"

Gimana?? jangan lupa vote, kritik dan sarannya.
"601102963"

SAM (Sun And Moon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang