#5

428 39 2
                                    

Hoseok dan Taehyung sampai ditempat yang Tuan Min perintahkan.

“Hoseok-hyung, kumohon, jangan tinggalkan aku sendiri, hyung. Aku benar-benar takut,” kata Taehyung sambil menangis. Namun, Hoseok hanya diam saja tanpa berniat untuk merespon. Ia nampak fokus melilitkan tali pada tubuh Taehyung dan mengikatnya ke pohon terbesar yang ada di sana. Taehyung tidak masalah jika ia harus diikat bersama dengan pohon rimbun itu. Tapi, satu hal yang ia takutkan.

Kesepian.

“Taehyung-ie, jaga dirimu,” kata Hoseok sambil menepuk pelan pundak kiri Taehyung lalu pergi meninggalkannya. “Tidak, hyung. Kumohon jangan tinggalkan aku! Hyung! Hoseok-Hyung!!” Taehyung berusaha untuk menghentikan langkah Hoseok. Namun, Hoseok sama sekali tidak berpaling dan berjalan tegas untuk kembali menuju istana.

Terhitung sudah 3 malam, Taehyung menjalani hukumannya tanpa makan dan minum. Mau sampai kapan? Hanya Tuan Min yang berhak memutuskan. Dan dimalam keempat masa hukumannya, hujan deras mengguyur seluruh wilayah Kerajaan.

Seorang pemuda menatap langit yang ia pikir sedang menangis sekarang. Dia adalah Jimin. Ia adalah pengawal pribadi Taehyung yang juga menjabat sebagai salah satu pemimpin pasukan panglima perang kerajaan. Malam ini, ia tak bisa tidur karena memikirkan Tuan Mudanya.

“Kuharap dia baik-baik saja.”

Ditempat lain di sisi istana, Tuan Min sedang menikmati seduhan teh herbalnya sambil menikmati hujan. Lalu, matanya melirik pada tempat disamping lemari pedangnya, tempat dimana Taehyung bersembunyi tempo hari. Sekilas bayangan Taehyung yang sedang terikat, terpintas dipikirannya. Namun, Tuan Min segera menepis bayangan itu. Tak lama kemudian ia beranjak ke ranjangnya untuk sejenak melepas penat sembari menikmati hujan dengan tenang dimalam hari.

Keesokan harinya, Seokjin menghampiri kamar Jimin. “Jim, Tuan Min memanggilmu untuk menghadapnya,” kata Seokjin pada Jimin. “Baik.” Lalu mereka berdua berjalan menuju singgasana Tuan Min.

“Tuan Min, saya siap menerima perintah,” kata Jimin sambil sedikit membungkuk. “Bawa Taehyung kembali ke istana! Kusudahi hukumannya!” perintah Tuan Min.

Jimin benar-benar tak percaya mendengarnya. Dia sangat senang mendapat perintah untuk membebaskan Taehyung. “Siap laksanakan, Tuan Min!” jawab Jimin dengan lantang dan penuh semangat, lalu pergi untuk menjalankan perintah Tuan Min.

Sesampainya dihutan, Jimin bingung sendiri. “Hoseok-hyung bilang, Taehyung-ie diikat dipohon terbesar. Tapi yang mana yaa? Padahal rasanya aku sudah mengelilingi tempat ini,” kata Jimin bicara sendiri sambil matanya tak berhenti menelisik setiap sudut tempat itu.

“Ahhh! Itu dia!” kata Jimin benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
“Hei Taehyung-ie!! Taehyung-ie!! Aku dat…ang,” teriak Jimin sambil berlari, namun lirih diakhir kalimatnya.

Ia mendapati Taehyung tak sadarkan diri, dengan raut wajah pucat pasi. “Hei Taehyung-ie, bangun kawan,” kata Jimin sedikit mengguncang tubuh Taehyung. Namun, tak ada respon sedikitpun dari Taehyung. Ia pun panik. Ia segera melepaskan ikatan Taehyung, lalu membawa Taehyung pada Tabib istana secepat yang ia bisa.

“Paman Hon! Paman Hon!” teriak Jimin memanggil sang tabib istana. Padahal jarak ia dengan ruang tabib itu masih lumayan jauh. Merasa ada seseorang yang memanggilnya, Paman Hon lantas keluar untuk mengecek. Ia terkejut, dilihatnya Jimin berlari menggendong Taehyung mendekat kearahnya. Paham dengan situasi, Paman Hon menyusul Jimin dan membantunya untuk membawa Taehyung masuk keruangannya.

“Bagimana, Paman?” tanya Jimin setelah Paman Hon selesai memeriksa dan sedang meminumkan ramuan racikannya pada Taehyung. “Dia demam tinggi. Tubuhnya juga benar-benar kekurangan tenaga. Tidak makan dan minum selama lebih dari 3 hari bukanlah hal yang mudah untuknya, terlebih, dia pasti kehujanan semalam,” jelas Paman Hon sambil memandang Taehyung sendu. Jimin hanya diam saja.

“Ngomong-ngomong, aku harus melapor pada Tuan Min kalau aku sudah menyelesaikan perintahnya,” akhirnya Jimin buka suara. “Iya, pergilah.”

Jimin berjalan menuju singgasana Tuan Min, namun, prajurit yang berjaga berkata kalau Tuan Min sedang mengadakan pertemuan dengan para perdana mentri istana. Lalu Jimin medatangi tempat pertemuan itu dan duduk menunggu Tuan Min di tangga dekat ruangan Tuan Min melangsungkan pertemuan.

Setelah cukup lama, Tuan Min keluar dari ruangan itu. Spontan Jimin berdiri dan menghadap Tuan Min. “Tuan Min, saya sudah membawa Tuan Muda Tae kembali ke istana,” tutur Jimin sopan kepada Tuan Min. “Dimana dia sekarang?” tanyanya pada Jimin. “Dia ada di ruangan Paman Hon, tadi saya mendapati Tuan Muda Tae tak sadarkan diri,” jawab Jimin. Tuan Min merespon dengan tatapan bingung. Setelah itu, ia menuju ruangan Paman Hon, diikuti Jimin dibelakangnya.

Sesampainya diruangan Paman Hon, Tuan Min melihat Taehyung sudah sadar dengan wajah yang masih pucat, sedang memakan bubur buatan Paman Hon.

“H-Hyung?” sapa Taehyung ketakutan pada hyungnya yang mendekat padanya. “Apa kau masih berniat untuk menjadi anak pembangkang?” kata Tuan Min dingin dan penuh penekanan. Taehyung hanya menunduk sambil memandang buburnya yang semakin dingin. “A-Aku, min-minta maaf, hyung. Aku benar-benar menyesal. Kumohon maafkan aku,” lirih Taehyung bergetar sambil memberanikan diri menatap Tuan Min walau dengan air mata yang siap terjatuh kapan saja.

“Tapi ingat, aku tidak akan memberi ampun padamu jika kau mengulanginya lagi!” kata Tuan Min mutlak, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Taehyung benar-benar menangis setelah Tuan Min hilang dari pandangannya. Bahkan ia tak merasakan tubuhnya yang sedang kacau, daripada itu, perasaannya jauh lebih kacau. “Tae, sudahlah, yang penting Tuan Min sudah memaafkanmu, kau taukan, Tuan Min itu tidak bisa dengan mudah menerima kata “Maaf”, jadi, kau harusnya senang sekarang," kata Jimin mencoba menghibur Taehyung.

Mendengar fakta bahwa Tuan Min tidak bisa dengan mudah menerima kata “maaf”, Taehyung teringat pada 2 prajurit yang telah ia tipu waktu itu. “Jim?” panggilnya sambil mencoba untuk berhenti menangis. “Apa Yoongi-hyung menghukum 2 prajurit yang menjaga kamarnya?”

Jimin benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Tapi ia yakin, kejujuran adalah yang terbaik. “Iya, Tuan Min memenggal kepala mereka dihari itu juga,”

“APAAA??!!”

#Tbc

STORY OF DAECHWITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang