"JUNGKOOK?!"
***
Dengan mata bulatnya, Jungkook hanya melirik Jimin sekilas lalu pandangannya sibuk menelisik keberadaan sahabatnya, Taehyung.
"Hey, apa yang kamu lakukan disini?" Jimin berkata sambil sedikit mendorong Jungkook menjauh dari pintu kamar.
"Mana Taetae?", tanya Jungkook tanpa dosa sambil memakan buah apel yang sebagian warna dagingnya sudah berubah menjadi coklat."Kau benar-benar tidak tahu sopan santun. Siapa yang mengizinkanmu masuk kesini?"
"Aku," kata Hoseok menyerobot. "Aku sengaja membawa Jungkook kemari untuk Taehyungie. Aku yakin dia akan merasa lebih baik," lanjutnya.
"Tapi hyung, bagaimana jika Tuan Min tahu?"
"Bukan masalah, Tuan Min sudah tahu. Awas, kamu malah menghambat, Jimin." Dengan senyum kemenangan, Jungkook melengos masuk kamar Taehyung dengan menaruh sisa apelnya ke piring makanan yang Jimin bawa. Ingin marah tapi ada Hoseok, jadilah dia pasrah saja dengan bocah tengil itu. Hitung-hitung ini juga demi Taehyung.
Hoseok memberi sinyal pada Jimin untuk membiarkan Jungkook dan Taehyung memiliki waktunya berdua.
Jungkook mendekat ke arah Taehyung yang tertidur pulas. Wajahnya sedikit kecewa, tapi lega juga kawannya ini bisa tertidur nyenyak setelah apa yang ia lalui. Tapi Jungkook itu orang yang tidak suka menunggu, membosankan katanya.
"Pss, Taetae, bangun," Jungkook berbisik di telinga Taehyung setelah dengan santai ikut berbaring di kasur yang cukup untuk ditiduri empat orang.
"Taetae, bangun. Ayo kita jalan-jalan."
Suaranya kini mampu mengusik sang pangeran kecil. Mata Taehyung terbuka dan tubuhnya ia balikkan ke sumber suara.
"Jungkook?!"
"Hihi, hai, apa kabar?"
"Jungkook!"
Kini mereka berdua duduk di gubug kecil - diluar istana - sembari memakan kue beras yang sudah Jungkook bawa dari rumah.
"Kamu enak ya, Jungkook, pergi kemana saja bisa bebas sendiri. Lihatlah dibalik pohon itu, aku tau pengawal kerajaan sedang mengikuti secara diam-diam."
"Hahaha, kamu itu bangsawan, Taetae, banyak yang mengincarmu. Makanya kemanapun kamu pergi harus ada yang mengawal."
"Ini kan masih di wilayah kerajaanku sendiri."
"Tidak ada yang bisa menjamin kalau di wilayah sendiri akan tetap aman. Kamu tau, bisa saja penjual mangga itu adalah mata-mata. Atau bisa saja aku adalah suruhan kerajaan lain untuk menculikmu."
"Aku akan sangat bersyukur kalau memang kamu mau menculikku."
"Kenapa?"
"Aku rasa kamu sudah tau alasannya."
"Bagaimana kalau kamu aku jual saja?"
"Percuma, Yoongi-hyung pasti akan membeliku kembali."
"Huft."
Kini mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Sesekali Taehyung membalas senyuman dari warga kerajaan yang menyapanya ramah. Tak jarang pula anak-anak kecil yang datang padanya hanya untuk bersalaman dan memberikan segenggam permen buah.
"Kamu populer ya, Tae. Seperti biasa."
"Jungkook?"
"Ya?"
"Kamu makan berapa kue beras?"
"Aku habiskan 4."
"Astaga, aku satu saja belum habis."
"Itulah kamu hanya sibuk meratapi hidup."
"Sudahlah. Ayo kita pergi dari sini, aku mulai bosan."
Setelahnya mereka melanjutkan acara susur desa, mulai dari rumah pembuat gabah, kandang kuda, sungai, dan kini berakhir di pasar. Taehyung hanya mengikuti kemana langkah kaki Jungkook membawanya. Mereka berhenti pada penjual ikan hias. Penjual itu menjual ikan hias dengan berbagai macam jenis. Jungkook yang selalu kagum dengan banyak hal tidak melepaskan pandangannya pada satu ikan jantan dengan warna biru bergaris merah yang nampak sangat berwibawa di matanya.
"Jungkook, hampir setengah jam kamu memandangi ikan itu. Ayo ke rumah kamu saja. Katanya kamu mau menunjukkan lukisan yang kamu buat selama lima hari."
Jungkook tidak bergeming. Ia malah asik ngobrol dengan sang penjual yang menceritakan bagaimana perjalanan ikan berwibawa itu hingga mendapatkan tubuh dengan garis merah menyala. Taehyung yang mulai bosan mencoba menggeser posisinya pada seorang penjual barang antik. Satu barang menarik perhatiannya, pedang tanpa sisi tajam. Ia yakin pedang ini tidak akan banyak melukai lawan.
Saat ia mencoba untuk mengikis jarak demi melihat pedang itu dari dekat, tiba-tiba tanpa sengaja seseorang menabrak tubuhnya hingga ia mengaduh karena kakinya terinjak. Pengawal yang mengikutinya secara diam-diam pun mulai mendekat.
"Maaf."
Taehyung hanya diam. Beribu pertanyaan berputar dikepalanya karena secara spontan orang yang menabraknya tersebut berlutut dan membersihkan sepatunya. Setelah sadar dengan situasi, Taehyung langsung memergoki orang itu.
"Astaga tidak apa-apa, biarkan saja begitu."
Tanpa hitungan detik, warga yang ada disana menoleh ke arah Taehyung, memastikan Tuan Muda mereka tidak berada dalam bahaya. Bahkan Jungkook pun cepat-cepat membelah kerumunan dengan ikan berwibawa didalam plastik yang baru saja berpindah kepemilikan menjadi miliknya.
Jujur saja, orang dihadapan Taehyung saat ini bukan bagian dari warga kerajaan, ia orang asing. Paham dengan keadaan, seorang penjual daging langsung bergegas berupaya melindungi Taehyung dengan menjadikan tubuhnya sebagai benteng.
"Pengembara kah?" tanya penjual daging tersebut yang tanpa Taehyung ketahui mereka adalah salah satu mata-mata kerajaan Daechwita yang ditugaskan untuk mengawasi Taehyung.
Diam. Tidak ada jawaban.
"Kau tersesat ya? Mau aku antar ke tempat tujuanmu?"
Taehyung yang kelewat polos mendekati orang itu yang langsung dihalau oleh pengawalnya yang sudah menampakkan presensinya sejak sekian lama bersembunyi di balik pohon.
"Maaf, Taeya, kita harus pulang sekarang."
Taeya adalah nama samaran Taehyung ketika berhadapan dengan orang asing untuk menyembunyikan identitasnya. Identitasnya hanya dikenal di wilayah kerajaan saja. Semua warga kerajaan juga sudah mengetahui hal ini.
Wilayah kerajaan Daechwita terkenal cukup ketat. Hanya mereka yang diizinkanlah yang bisa memasuki wilayah tersebut, kecuali seorang pengembara, yang biasanya akan diberi pin khusus untuk menandakan bahwa mereka bukan orang jahat. Namun, lain dengan orang ini, tidak memiliki pin, bukan warga kerajaan, bukan utusan atau sinonim lainnya, tapi ia bisa memasuki wilayah kerajaan. Apa yang sudah penjaga batas wilayah lakukan hingga membiarkan orang tanpa identitas memasuki wilayah kerajaan?
"Taeya, pulang." Itu Jimin, yang entah sejak kapan datang dan tiba-tiba menarik Taehyung menjauh dari orang asing tersebut.
"Kenapa? Dia hanya tersesat kan? Dia baru pertama kali kesini." Taehyung ini anak bebal, tapi sebenarnya tujuannya baik, hanya saja yang seperti ini membahayakannya.
"Maaf kalau saya membuat keributan. Saya permisi."
"Tidak semudah itu anak muda. Siapa kau? Apa tujuanmu?" mata-mata berkedok penjual daging itu kini nampak mengintimidasi.
"Bukan siapa-siapa. Izinkan saya pergi."
"Bukan siapa-siapa justru hal yang mengganjal. Tunjukkan wajahmu, apa gerangan yang membuat kau menutupinya?"
Sesaat setelah iya berani menampakkan wajahnya, semua yang ada disana dibuat terkejut setengah mati tanpa ada sepatah kata kecuali...
"Loh?! mirip Yoongi-Hyung?!"
#Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF DAECHWITA
FantasyKisah ini dimulai sejak sang raja muda, Min Yoongi, menduduki tahta kerajaan diusia mudanya karena alasan yang tak terduga. Namun, jangan pernah memandang remeh status "muda" nya. Kerajaannya kini justru menjadi kerajaan terbesar dan terkuat. Min Yo...