4.

16 3 0
                                    

HAI APA KABAR SEMUANYA?
MASIH SIMPEN CERITA AKU NGGAK?
MAKASIH YA YANG UDAH SIMPEN DAN YANG SETIA NUNGGU CERITA AKU INI!
MAAF BANGET BARU BISA UPDATE SEKARANG.

HAPPY READING!^^

"Ada apa?" Tanya Daffa, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

"G-gu-gue" Ucap Tasya, entah mengapa ia mendadak jadi gugup begini. "Gue ingin beri lo kue" Tasya melanjutkan ucapannya seraya menyodorkan kue yang dibawanya pada Daffa.

"Untuk apa?" Tanya Daffa melirik sekilas orang yang tengah menatapnya.

"Untuk lo lah!" Jawab Tasya tanpa takut.

"Lo beri kue untuk gue karena lo masih ada perasaan lebih sama gue? Dan lo ingin gue luluh sama lo dengan cara seperti ini?" Ucap Daffa dengan pedenya. Tentu saja nada bicaranya seperti sedang menyindir Tasya, Tasya sangat tahu itu.

Tasya dengan susah payah menelan salivanya. "Hah? Gue cuma ingin beri kue ini aja kok, Daf" Tasya berusaha mengontrol air matanya agar tidak keluar di hadapan Daffa. Boleh kalian bilang bahwa Tasya sangat lemah, tapi jujur dibilang seperti itu dengan orang yang kita sayang pasti rasanya sakit-sakit gimana gitu.

"Nggak mungkin lo nggak ada niatan apapun! Dari dulu kan lo selalu nglakuin hal bodoh apa aja demi dapetin cinta gue! Bukan begitu nona Pradipta?" Ucap Daffa tersenyum picik. "LO PEMBUNUH!" Sambungnya.

Plakkk

Satu tamparan lolos di rahang tegas milik Daffa begitu saja. Tasya sudah muak, Daffa selalu saja menuduh tentang hal itu padahal kan kenyataannya bukan seperti itu.

"Gue sama sekali nggak bunuh dia, gue dijebak Daf!" Lagi lagi Tasya harus menahan air matanya, Tasya tidak boleh kelihatan lemah saat ini.

"Dijebak?" Ucap Daffa tertawa meremehkan.

"Kalo lo nggak mau nerima kuenya nggak apa-apa kok Daf, asal lo nggak ungkit-ungkit kejadian masa lalu gue dan satu lagi lo nggak berhak mencaci maki gue kayak gitu, gue berinya ikhlas, Daf!" Dari pada Tasya mendengar ucapan pedas keluar dari bibir Daffa lagi. Sebaiknya Tasya segera bangkit dari duduknya dan menaruh kuenya di sembarang tempat. Tasya langsung berlari secepat kilat ia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi. Cukup, ucapan Daffa benar-benar membuat hatinya terkikis.

*****

Di sepanjang koridor banyak sorot mata yang mengarah kepada Tasya dengan tatapan heran mungkin karena Tasya menangis terus-terusan. Tasya tidak ingin disorot lebih lama lagi oleh teman-teman kelas lainnya lebih baik ia segera pergi ke toilet dan membersihkan wajahnya yang saat ini sudah acak-acakan.

Tasya menatap iba nasib dirinya sendiri di cermin toilet. "Kenapa gue masih berharap sama Daffa? Kenapa gue nggak bisa lupain dia! Disini memang gue yang salah gue seperti ngemis cinta, tapi apa nggak bisa kah dia mencoba buka hatinya untuk gue? Toh, gue nggak bunuh siapapun! Ini semua cuma salah paham!" Batinnya.

"Sudahlah untuk apa disesali, kan memang sudah terjadi, lagian apa bisa kejadian dihari itu bisa diulang kembali?" Tasya mencoba menguatkan dirinya sendiri, ia menghapus bercak air mata di pipinya kasar. Tasya harus bisa berusaha melupakan Daffa dari hidupnya. Mungkin itu cara yang terbaik untuknya, agar Tasya tidak mengalami sakit lagi. Tapi nyatanya, berusaha melupakan dan menghilangkan perasaan itu butuh waktu yang lama. Apalagi Daffa adalah orang pertama yang Tasya cinta, pasti sangat sulit melupakan Daffa dihidupnya. Kalian pasti tahu sendiri lah, cinta pertama memang sulit untuk dilupakan AHAHAHAH.

"Gue nggak akan bisa ngelupain Daffa gitu aja, di kamus gue nggak ada kata menyerah, gue akan berusaha lagi untuk dapetin hati Daffa seutuhnya! Tapi untuk saat ini sepertinya gue menjauh dulu, tunggu hati gue nggak sakit lagi" Tasya membuang napasnya dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

My Love Is Only HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang