Hatiku bergejolak hingga seakan berhenti berdetak. Ia telah hancur untuk kesekian kalinya, kali ini bahkan sampai mendebu.
Aku takyakin hari esok akan ada orang yang bisa menyatukan debu yang sudah beterbangan.
Suara hangatmu dulu, kini menjadi dingin seakan tak bernyawa. Sebegitu hebatnya kamu dengan kedinginanmu sekarang, membuang cerita kita yang ditulis sebegitu panjangnya. Membiarkannya hanya menjadi coretan masalalu tanpa akhir yang bahagia.
Aku kecewa bukan karena faktor lumpuhnya kata "Kita" tapi karena Kamu sudah tak mau memperjuangkan kelanjutan cerita Kita, pergi begitu saja seakan tidak berdosa. Meninggal kan bekas luka yang tak diketahui obatnya.
YOU ARE READING
Senjani
Short StoryMengenalnya adalah metafora terindah yang diberikan semesta, mecintanya adalah anugah terindah yang diberikan rasa. Sedangkan melupakannya adalah kemustahilan yang tertera didepan mata.