27

3.2K 149 8
                                    

Adinda tertawa kecil, sedangkan Rafka yang melihat dan mendengar tawa Adinda sangat tidak suka. Yang ia mau, Adinda tertawa karena dirinya, bukan karena pria lain.

"Kenapa, sayang?" tanya Andra, penasaran.

"Ini loh, Yah. Kata Ridho Dinda jelek. Padahal Dinda cantik, kan, Ayah?" tanya Adinda, matanya berbinar.

"Iyalah. Anak Ayah itu cantik, bunda aja kalah," canda Andra, mencoba menghibur.

“Enak aja disamain sama bebek! Bebek nggak kehilangan anaknya juga, mulutnya tetap manyun,” balas Adinda, sambil memutar matanya.

Setelah membalas pesan dari Ridho, Adinda memberi Rafka sepotong roti. Delvia tersenyum melihat anak dan mantunya yang bersikap manis.

"Yah, kayaknya Rafka cemburu," bisik Delvia kepada Andra.

"Hm, pastinya," jawab Andra sambil mengernyitkan dahi.

"Kapan kalian ngasih kita cucu?" tanya Delvia, membuat Adinda tersedak.

"Oho oho... Bunda ngomong apa sih? Dinda kan masih kuliah," jawab Adinda setelah menyeguk air.

"Tenang, Bun. Kita akan buat, emang Ibu mau punya cucu berapa? Biar nanti kami buatkan," ucap Rafka, membuat Adinda tak percaya. Mungkin menurutnya, membuat bayi seperti membuat ceplok telur.

"Dia pikir bikin bayi itu mudah apa?! Kalau semudah buat telur mata sapi, ya nggak masalah," gerutuk Adinda dalam hati.

“Kalau Bunda sih ingin delapan, cowok sama cewek. Kalau Ayah?” tanya Delvia pada Andra.

“Ayah ingin tiga, cowok dua, cewek satu. Cocok nanti bakalan kayak Ayah, jadi TNI Angkatan Laut,” jawab Andra sambil tertawa.

“Oke. Totalnya sebelas. Ibu, saya ingin dua, jadi semua totalnya tiga belas. Kami akan usahakan,” jawab Rafka dan melirik Adinda dengan tatapan nakal.

"Kamu kira aku mesin pembuatan anak?" tanya Adinda berbisik, matanya melotot.

"Kamu adalah istriku, dan kamu adalah ladangku. Kapan pun aku mau, aku akan datang ke ladangku dengan cara yang aku sukai," balas Rafka, membuat wajah Adinda memerah.

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ 

I

strimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja, dengan cara yang kamu sukai...”
(Q. S al baqarah ayat 223)

[ Mohon maaf jika ada keliruan, 🙏]

"Baiklah, kami akan tunggu. Jangan lama-lama," ucap Andra, mengingatkan Rafka.

"Gimana mau punya anak? Gue aja belum sentuh dia," batin Rafka dalam hati.

Selesai sarapan, Adinda dan Rafka langsung pulang ke Bandung. Kini mereka sedang dalam perjalanan.

Adinda masih malu dengan apa yang dikatakan tadi pagi. Apa ia siap jika suatu saat memberi haknya kepada Rafka?

Mobil Rafka tiba-tiba terhenti karena sebuah mobil menghalanginya. "Hans?"

"Tenang, Din. Aku ada di sebelahmu," ucap Rafka berusaha menenangkan.

Rafka langsung turun dari mobilnya dan mendekati Hans. "Mau apalagi, Hans?! Sudah cukup kau menyakiti isteriku? Belum puas?" tanyanya dengan tatapan tajam.

"Oh, kamu suaminya? Ck... Dinda buta, dia tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk!" ucap Hans sinis.

"Jaga bicaramu, dasar bocah!"

Surga yang Di RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang