His Valentine Boy

2.3K 205 10
                                    

Tokyo, 14th February 2015.

Pagi ini, seorang mahasiswa jurusan Kedokteran di salah satu universitas ternama di Jepang tengah berjalan tergesa. Menyusuri trotoar menuju kampusnya dengan terburu-buru sambil membawa erat kotak berukuran sedang didekapannya.

"Doyoung! Doyoung, hei!"

Seorang mahasiswa lainnya mengikuti langkahnya, menyamai posisinya tepat di samping tubuh Doyoung. Doyoung melempar tatapan sinis ketika mahasiswa jurusan Arsitektur bernama Nakamoto Yuta menggodanya dengan kalimat-kalimat yang membuat pipinya memanas. Pemuda berwajah kelinci itu mendengus kasar, tak berniat membalas satupun kalimat yang diucapkan oleh kakak tingkatnya itu.

"Demi Tuhan. Hyung, tidak bisakah kau diam dan berjalan saja? Telingaku sakit," protes Doyoung.

Yuta tertawa kencang, kemudian merangkul bahu Doyoung dengan santainya. "Tidak, Doyoung. Aku hanya mengucapkan hal yang nyata, itu fakta 'kan? Lalu, untuk apa kau protes?"

Sungguh, Nakamoto Yuta adalah kakak tingkat paling tidak tahu diri yang pernah Doyoung temui. Menyebalkan sekali, dia pikir dia itu siapa? Yuta hanyalah kakak tingkat yang berbagi kamar dengannya di asrama, dan lagipula Yuta itu tidak begitu dekat dengan Doyoung.

Karena Doyoung tidak menyukainya.

"Berhentilah berbicara, mulutmu akan berbusa jika mengoceh terus," ketus pemuda Kim dengan kaki yang terus melangkah lebar.

Lagi-lagi Yuta dibuat tertawa lepas, entah apa yang lucu—Doyoung tidak tahu.

"Baiklah. Jadi, kita akan pergi ke fakultas Hukum?"

Langkah Doyoung terhenti, membuat rangkulan tangan Yuta pada bahunya juga turun. Pemuda berwajah kelinci maju selangkah dan membalikkan tubuhnya, tatapan mata bulatnya menusuk sepasang mata yang sedaritadi memperhatikannya itu. "Apa? Aku tidak mengajakmu pergi kesana, hanya aku yang akan mampir kesana sebentar. Jika kau ingin ikut—pergi saja, aku tidak mewarimu."

"Oh, begitukah? Bukankah kau akan meminta bantuanku jika ingin bertemu dengan kekasihmu itu? Jung—"

"Diam!" sentak Doyoung tiba-tiba, tanpa sadar rona merah mulai mewarnai pipi dan merambat hingga telinga.

Pemuda bermarga Nakamoto kini bergantian melirik sinis si pemuda Kim, "Katakan saja kau malu kalau tidak ditemani, kau 'kan pemalu."

Benar, Doyoung adalah pemuda yang pemalu. Sedikit anti-sosial, introvert, dingin. Setidaknya itulah yang dilihat orang-orang mengenai sosok Doyoung bila ditilik dari luar, hanya dari luar. Sebenarnya—menurut Yuta, Doyoung adalah pemuda yang amat lembut dan hangat, perhatian dan cerewet layaknya seorang ibu. Perlu beberapa bulan untuk Yuta bisa mendekati adik tingkat yang mulai tinggal dengannya sejak semester awal tersebut, dan ternyata Doyoung tidak semenyeramkan kelihatannya. Justru, Doyoung begitu rapuh jika ia sendirian, sangat melankolis.

"Jangan mengatakan itu di depan Jaehyun atau kau akan aku bunuh, hyung. Kau, benar-benar," desisnya kesal.

Salah satu sudut bibir Yuta terangkat ketika mendapati pemuda yang dicari mereka telah berdiri di belakang Doyoung, "Kau tidak perlu ke fakultas Hukum. Berbalik saja," titahnya seraya melempar senyum jahil ke pemuda Jung.

Doyoung membalikkan tubuhnya lagi, kini dengan gerakan pelan dan hati-hati. Ketika tubuhnya menghadap ke arah berlawanan—disana, sosok yang telah menjadi miliknya selama satu tahun tengah mengulas senyum lebar. Cacat di kedua pipinya membuat Doyoung tidak bisa menahan senyumannya, langsung menghamburkan diri ke pelukan sang kekasih.

The Couple ; ᴊᴀᴇᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang