They Don't Know About Us

2.4K 158 15
                                    

Warning!
Mature content.

"Baiklah, sayang. Sampai jumpa."

Pemuda berparas manis itu mengangguk singkat, "Sampai jumpa, Taeyong. Hati-hati di jalan!" serunya lucu seraya melambaikan tangan dan menangkap senyum kekasihnya yang mengembang di balik kaca mobil yang perlahan bergerak naik.

Saat mobil Taeyong menghilang setelah berbelok pun Doyoung masih setia berdiri ditempatnya dengan senyum yang masih terulas lebar. Ia sangat senang karena hari ini Taeyong mengajaknya pergi kencan sesudah jam sekolah usai, dan itu sangat jarang bisa mereka lakukan mengingat lebih banyak waktu digunakan untuk belajar dan belajar.

Doyoung berbalik dan bersenandung ria, melangkahkan kaki-kaki jenjangnya memasuki area apartemen mewah di tengah kota itu dengan sudut bibir yang belum juga turun. Taeyong benar-benar menepati janjinya, membawanya pergi ke pusat perbelanjaan juga membeli beberapa buku baru untuk dipelajari bersama dan berakhir makan malam dengan penuh suka cita walau sederhana di restoran cepat saji.

Seperti kisah romansa kebanyakan remaja zaman sekarang, Taeyong dan Doyoung juga mengalaminya. Memulai suatu hubungan ketika mulai beranjak dewasa, merasakan ledakan-ledakan kebahagiaan ketika saling menyapa, saling berbalas senyum saat bertemu, atau malu-malu kala berpegangan tangan dan menggenggam erat di sepanjang jalan menuju suatu tempat.

Doyoung tidak bisa merasa tidak bahagia karena menjalani hubungan ini bersama Taeyong, karena memang ialah yang Doyoung idamkan seumurnya kini. Lelaki pintar, tampan, baik dan rendah hati, mudah bergaul, itu semua Taeyong miliki dan ia sudah melihatnya dengan sangat jelas. Pemuda itu nyaris sempurna di mata Doyoung. Bahkan Taeyong bisa membuat Doyoung melupakan bahwa ia tidak diperbolehkan pulang lebih larut dari jam pulang biasanya.

Dan, Doyoung pulang lebih larut dari hari biasanya.

Sesampainya di depan pintu apartemen, tanpa memikirkan apapun lagi—Doyoung menekan beberapa tombol untuk memasukkan sandi dan membuka pintu.

"Oh, kau sudah pulang, sayang?"

Doyoung membeku sepersekian detik setelah suara berat itu menghantam gendang telinganya, uluran tangannya pun terhenti saat ingin meletakkan sepatu pada rak-nya. Patah-patah, si pemuda Kim menggerakkan kepalanya untuk menatap sang ayah.

"Ayah..."

Ayahnya menggangguk singkat, "Ada apa, Doie? Kenapa kau pulang sangat terlambat hari ini?" tanyanya santai dengan nada rendah dan matanya menatap tepat pada mata Doyoung.

Doyoung segera berlari kecil untuk menghampiri ayahnya yang bersandar di dinding pada ujung lorong, lantas memeluknya dengan manja dan mengusakkan pipinya ke dada bidang sang ayah yang masih terbalut kemeja kerja. Si pria terkekeh halus ketika anaknya melakukan itu, mengakui dirinya merasa marah namun berusaha meredamnya sebab tak tega membentak anak kesayangannya ini nanti. Kendati demikian, ia tetap harus bicara baik-baik dengan anaknya tentang hal ini.

"Ayah...kau tahu, aku dan Taeyong menggunakan lebih banyak waktu untuk belajar. Dan hari ini Taeyong mengajakku pergi berkencan karena sudah akhir pekan, apa itu tidak boleh?" tanya Doyoung sembari memberikan tatapan seperti seekor anak anjing—polos, seolah tidak mengetahui apa-apa.

"Tentu ayah akan mengizinkanmu pergi dengan kekasihmu jika kau mengatakannya, Jung Doyoung. Tapi, apa kau ingat tentang yang ayah katakan mengenai batas dalam hubungan kalian sekarang?" tanya pria itu lembut, tetapi dampaknya sangat berbeda bagi Doyoung.

Pemuda bersurai hitam legam itu mendongak, "Kesalahan apa yang telah aku lakukan, ayah?" cicitnya takut. Alih-alih menjawab, pria yang ia kenalkan sebagai ayah itu mengajaknya ke ruang tamu dan memintanya untuk duduk di sofa. Setelah Doyoung meletakkan ranselnya, barulah mereka duduk bersebelahan tanpa adanya jarak yang berarti.

The Couple ; ᴊᴀᴇᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang