Last Poem for Your Reminder

1.8K 177 9
                                    

Hawa dingin terasa semakin menusuk setelah ia menanggalkan mantel yang setengah bagiannya basah, helaian hitamnya lepek karena air mata sang langit yang membasahinya sebab ia nekat menerobos rintik hujan demi pulang ke rumah. Pemuda itu menghela napas saat mengingat bila sedari pagi tak ada sinar matahari yang berhasil menelusup di antara kumpulan awan kelabu, seolah memberikan latar yang tidak sesuai dan menyedihkan meski hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Pemuda itu meletakkan banyak paperbag sekaligus tas sekolahnya di sofa setelah melepas dan merapikan sepatu, semua itu merupakan hadiah dari teman-temannya di sekolah. Ia tak bisa mengelak kalau ia merasa sangat bahagia ketika teman-temannya memberikannya hadiah bahkan membelikannya kue atau sekadar mengucapkan selamat ulang tahun. Namun di sisi lain, lagi-lagi ia merasakan sakit yang tidak akan pernah sembuh sampai ia mati sekalipun.

Jung Jaehyun, pemuda yang kini genap berumur 18 tahun itu berniat pergi ke kamarnya untuk mandi agar tidak demam dan beristirahat sejenak dari hari yang cukup membingungkan baginya. Tetapi bunyi bel rumah membuatnya mengurungkan niat dan mendesau malas, bertanya-tanya siapakah yang berkunjung di hari yang mendung dan dingin ini—melupakan fakta bahwa orang-orang yang mengetahui tempat tinggalnya dapat di hitung jari.

"Apakah Winwin kembali untuk meminta kue yang sudah ada di dalam perutku ini?" gerutunya dengan pertanyaan yang tidak masuk akal, pun mulai membulatkan niat untuk meninju Winwin jika benar sang sahabatlah yang berkunjung.

Demi Tuhan, sekarang Jaehyun tengah kedinginan dan ingin berendam di bathtub dengan air hangat yang sekiranya dapat menenangkannya dari kegundahan hati. Si pemuda Jung itu berbalik, melirik ke arah pintu dan seketika membeku. Mendadak perasaannya menghangat entah karena apa, sesuatu yang tak dapat Jaehyun lihat tetapi energinya terasa begitu kuat sampai berhasil menggerakkan kedua kakinya untuk melangkah ke sana. Semakin dekat, langkah kian berat tapi Jaehyun tak berhenti hingga ia berdiri di belakang pintu dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

"Apa...apa yang terjadi padaku?" bisiknya lirih tatkala cairan bening tersebut mulai meluruh begitu saja, membuat Jaehyun semakin tertekan oleh rasa sesak dalam dadanya. Pemuda itu mengusap pipinya kasar, mengatur napas sekali lagi sebelum membukakan pintu untuk tamunya.

Tangannya bergetar hebat saat hendak menggapai gagang pintu, kemudian hanya berdiam di sana tanpa ada tenaga lagi untuk menekan lalu menarik pintu dan melihat siapa yang ada di baliknya. Jaehyun benar-benar bingung, sebenarnya perasaan apa yang dirasakannya saat ini? Mengapa Jaehyun merasa begitu lelah dan takut untuk sekadar membuka pintu?

"Demi Tuhan, Jung Jaehyun! Kau membiarkanku menunggu lama sedangkan kau tahu udara di luar sangat dingin. Tega sekali kau, huh?"

Setelah meyakinkan dirinya jika itu hanyalah efek kedinginan dan kegelisahannya, Jaehyun akan memilih salah satunya saja. Apakah Jaehyun tengah berhalusinasi? Atau, apakah ternyata Jaehyun sedang bermimpi?

"Jadi, kau tak membiarkanku masuk untuk merayakan ulang tahunmu?"

Seseorang itu mendorong bahunya dengan cukup kuat hingga cukup membuat Jaehyun menggeser posisinya. Pemuda itu melangkah masuk dan tersenyum lebar kala melihat ke sekeliling ruangan yang sangat ia rindukan itu, semuanya masih terasa sama saja dan hangat seperti rumah pada umumnya. Barang-barang yang di tata rapi pada rak besar di sudut ruangan bahkan mampu memutar memori indahnya bersama sang pemilik rumah.

"Kau benar-benar merawat rumah ini dengan baik, Jaehyun," pujinya. Ia berputar, lalu tertawa geli di saat Jaehyun hanya mematung dengan ekspresi layaknya seseorang yang kehilangan semangat.

"Aku membawakanmu hadiah, apakah kau tidak ingin menerimanya?"

Lantas, Jaehyun melangkah lebar kemudian berhambur ke dalam pelukan si pemuda manis yang ia rindukan setiap detik dalam hidupnya semenjak beberapa tahun yang lalu. Jaehyun terisak, menumpahkan semuanya di bahu sempit yang berusaha tetap tegak itu meski pada kenyataannya banyak beban yang Jaehyun berikan padanya.

The Couple ; ᴊᴀᴇᴅᴏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang