11.SENANDUNG

21 5 2
                                    

By: Zal Rahmat Septiyan_

Senandung dikala mendung
Membuatku tak lagi bingung
Suara merdu menjadi pendukung

Sarayu, bak belati menusuk ke kulit
Hingga lidahku tak sanggup berkelit
Akhirnya senandungku berlanjut di dalam sanubari
Hanya Aku dan Tuhan yang mengetahui

Mendung belum juga reda
Bagaskara tak kunjung tampak sinarnya
Hawa dingin semakin menusuk
Hingga membuatku menjadi kikuk

Senandungku akhirnya berhenti
Karna tak kuat menahan rasa dingin yang menyelimuti
Tubuh mulai bergetar
Raut wajah menjadi datar

Perlahan afsun nabastala tampak gembira
Bagaskara mulai menunjukkan sinarnya
Bumiku tampak anindita
Dengan segala pesona di dalamnya

Hari mulai petang
Semangat kini menjadi hilang
Biarlah senandung dikala mendung menjadi kenangan
Yang mungkin saja dapat terulang

Surabaya, 1 September 2020

PUISI KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang