By: Zal Rahmat Septiyan_
Senandung dikala mendung
Membuatku tak lagi bingung
Suara merdu menjadi pendukungSarayu, bak belati menusuk ke kulit
Hingga lidahku tak sanggup berkelit
Akhirnya senandungku berlanjut di dalam sanubari
Hanya Aku dan Tuhan yang mengetahuiMendung belum juga reda
Bagaskara tak kunjung tampak sinarnya
Hawa dingin semakin menusuk
Hingga membuatku menjadi kikukSenandungku akhirnya berhenti
Karna tak kuat menahan rasa dingin yang menyelimuti
Tubuh mulai bergetar
Raut wajah menjadi datarPerlahan afsun nabastala tampak gembira
Bagaskara mulai menunjukkan sinarnya
Bumiku tampak anindita
Dengan segala pesona di dalamnyaHari mulai petang
Semangat kini menjadi hilang
Biarlah senandung dikala mendung menjadi kenangan
Yang mungkin saja dapat terulangSurabaya, 1 September 2020