Twenty Eight

297 28 5
                                    

Warning!
Typo Everywhere!
❄❄❄❄❄❄❄

Segera setelah memasuki kamar, ia meletakkan tasnya di dekat meja belajar, melepas sepatu dengan kaos kaki, lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Ketika Hwayoung baru saja keluar dari walk-in closet nya, ia mendapati Sebastian sedang berdiri di dekat sofa di kamarnya dengan posisi membelakangi Hwayoung. Segara saja Hwayoung mendekati lelaki tersebut dan menepuk bahunya.

"Sebastian!"
Sebastian terlihat sedikit terkejut saat merasakan tepukan di bahunya. Namun segera menetralkan ekspresinya dan memasang senyum.

"Apa dessertnya sudah siap?"
Hwayoung bertanya. Namun Sebastian terlihat menghindari tatapan Hwayoung. Lelaki itu terlihat memainkan selop tangan yang dipakainya dengan ekspresi yang tak terbaca.

"Museun iriya?"
(무슨 일이야? / Museun iriya? = apa yang terjadi?)
Hwayoung yang merasa ada yang aneh dari gerak-gerik butlernya tak dapat menahan rasa penasarannya.

"Ti-tidak ada apa-apa Hwayoung. Ta-tapi.."
Sebastian menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi ragu.

"Saya pikir lebih baik anda makan disini."
Ujar Sebastian. Membuat Hwayoung mengernyit bingung.

"Kenapa?"
Namun pertanyaan kali ini juga membutuhkan waktu lama untuk dijawab Sebastian karena pria itu masih terlihat ragu. Pada akhirnya, Sebastian menghela nafas dan memberanikan diri bersuara.

"Karena ada Tuan Ryaewoo di ruang makan. Saya takut jika Tuan Ryaewoo akan menyakiti anda lagi."
Hwayoung bungkam. Bibirnya terkunci rapat dan senyumnya perlahan luntur. Hal itu membuat Sebastian semakin khawatir.

"Sa-saya bisa memberitahu Tuan Ryaewoo jika anda sakit jadi tidak bisa makan bersamanya di bawah. Kemudian saya akan–"
Namun Hwayoung memotong perkataan Sebastian.

"Ani. Aku akan makan bersamanya."
Hwayoung pada akhirnya memutuskan.

"Ta-tapi Hwayoung–"

"Gwaenchana Sebastian. Ryaewoo oppa tidak akan melukaiku secara fisik."
Hwayoung segera tersenyum tipis dan melangkah menuju ruang makan.

Tepat ketika ia masuk ke ruang makan, Hwayoung menemukan sang kakak kedua sedang duduk di tempat biasanya. Pria itu terlihat sangat tenang dan tidak terusik sedikitpun bahkan ketika Hwayoung menarik kursi dan duduk di seberangnya. Tetapi, ketika kegiatan makan pria itu terhenti dan dua mata tajam miliknya menghujam tepat pada manik Hwayoung, gadis tersebut merasa seolah tubuhnya mati rasa sehingga secara reflek ia menunduk menatap napkin yang ada di pahanya.

"Waiting for your knight in shining armour princess?"
Ryaewoo berkata dengan nada sarkas saat Hwayoung hanya duduk disana tanpa melakukan apapun meski beberapa menit telah berlalu. Membuat Hwayoung menelan salivanya susah payah, ia kini merutuk. Seharusnya ia mendengarkan kata-kata Sebastian tadi untuk makan di kamar saja. Ia kini menyesali keputusan bodohnya hanya karena keberanian semu yang datang sekilas.

"Tidak menjawab huh?"
Ryaewoo mencemooh dengan tatapan tak lepas dari Hwayoung yang kini tetap menolak menatapnya.

"Kau sedih tidak ada yang membelamu? Tidak ada yang memanjakanmu? Tidak ada yang membuatmu merasa seperti putri yang mempunyai perusahaan Wu?"
Hwayoung mengernyit, ia sama sekali tidak menyinggung hal itu tapi kenapa Ryaewoo justru menuduhnya macam-macam?

"Biar ku beritahu tuan putri. Hanya karena kau bagian dari keluarga ini bukan berarti kau bisa seenaknya. Menggoda lelaki lain seperti jalang contohnya. Benar-benar memalukan."
Sang kakak mengulurkan tangannya untuk mengambil segelas wine dan meneguknya.

My Possessive Step-BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang