Twenty Six

331 34 6
                                    

Warning!
Typo Everywhere!
❄❄❄❄❄❄❄

"Kita sudah sampai."

Raenwoo melepas sabuk pengamannya dan keluar mobil. Hwayoung pun turut melakukan hal yang sama.

Keduanya menaiki lift dimana semua orang segera menunduk dan memberi ruang yang luas bagi Raenwoo dan adiknya. Setelah menekan angka 1, Raenwoo menunggu dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celana. Lift pun tak lama berdenting, keduanya lantas keluar dan disambut oleh ruangan yang amat luas dan terlihat mewah. Itu adalah lobby kantor ini yang membuat mata Hwayoung berbinar setelah melihatnya.

Gadis itu mengekori kakak ketiganya dengan mata yang tak henti-hentinya menjelajahi sekeliling ruangan besar bangunan yang baru pertama kali ia lihat.

*bruk!*

"Aish jinjja!"
Karena kurang fokus pada jalannya, Hwayoung secara tidak sengaja menabrak seseorang yang berseru kesal.

"Cwisonghamnida."
Hwayoung tanpa melihat wajah orang yang ditabraknya membungkuk dalam berkali-kali seiring ucapan kata maaf yang tak henti keluar dari mulutnya.
(취송합니다 / Cwisonghamnida = Maaf. Biasanya digunakan dalam situasi formal).

"Dodaeche geureoneun goya??! Dimana matamu huh?!"
Sosok dalam jas hitam mengkilap itu memandangnya sinis dan berseru marah. Membuat perhatian semua orang yang ada disana teralih pada kedua sosok yang terlihat bermasalah di suatu sisi ruangan.
(도대체 왜 그러는 거야?! / Dodaeche geureoneun goya?! = What's wrong with you?!)

"Orang yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk kesini. Membuat udara kotor saja."
Pria itu kembali menyindir yang membuat Hwayoung semakin menundukkan kepalanya.

"Ib josimhae micinnom! Aku yang membawanya kesini. Lagipula dia juga sudah bagian dari keluarga kita!"
Raenwoo yang terlambat menyadari kegaduhan yang terjadi dengan cepat menghampiri keduanya kemudian segera berdiri di samping Hwayoung dan mendebat pria di depannya.
(입 조심해 / Ib josimhae = Jaga mulutmu
미친놈 / Micinnom = bajingan gila).

"Maksudmu anggota sampah yang hanya membuat malu?"

"Jaga mulutmu Park Ryaewoo-nim."
Raenwoo berkata tenang namun terlihat jelas dari ekspresinya bahwa dia sedang marah. Pria itu berusaha keras agar tidak berteriak karena banyak pasang mata yang sedang melihat drama ini. Namun Ryaewoo tampaknya tak menggubris dan hanya mengangkat kedua bahunya saja.

"Aku hanya berbicara fakta. Lagipula dengan menjadi keluarga saja tidak cukup untuk memberinya hak seenaknya kesini. Setidaknya dia juga harus bekerja, jangan hanya bergantung pada orang lain seperti parasit."
Kakak tiri kedua Hwayoung tersebut kini merapikan jasnya dengan tatapan meremehkan.

"Daripada hanya bertingkah sok lemah karena gila perhatian."
Tepat setelah Ryaewoo mengungkap sarkasmenya, ia melangkah pergi diikuti oleh seorang pria berkacamata dengan map tebal di tangannya. Meninggalkan Raenwoo yang menatapnya dengan kemarahan yang meluap-lupa hingga urat-urat terlihat di dahi kakak ketiga Hwayoung itu dengan jelas terlihat. Sementara Hwayoung menatapnya nanar, hatinya kembali sakit seperti ditusuk ribuan jarum beracun.

Raenwoo menoleh ke arah para penonton dengan tatapan 'apa yang kau lihat?' yang begitu mengerikan sehingga seluruh orang disana menelan ludah gugup lalu segera kembali pada kegiatan masing-masing. Raenwoo segera mengamit tangan Hwayoung kemudian menariknya menuju lift khusus yang ada di sana. Lift tersebut lebih luas dan mewah dari lift biasa. Tulisan 'VVIP Only' yang dicetak besar juga terpasang di depan lift dan di dalam lift.

Namun Hwayoung masih setia menunduk dengan wajah gelap bahkan setelah Raenwoo menutup pintu ruangannya dan mendudukkan sang adik di salah satu sofa yang ada dalam ruangannya.

My Possessive Step-BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang