Semua pekerjaannya telah selesai. Tumpukan dokumen yang sudah dia baca dan tanda tangani diletakkannya pada sisi kiri meja kerja. Levi kini menyandarkan punggung dan kepalanya pada kursi dan memejamkan mata.
Hari ini Petra tidak masuk karena harus pergi ke dokter kandungan. Jadi, tidak ada satu orang pun yang membantunya. Meskipun begitu, dia bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan sempurna. Mau tidak mau Levi jadi sedikit bangga dengan dirinya sendiri.
Matanya terbuka, melirik pada secangkir teh hitam di mejanya. Kosong. Levi mendengus. Dia harus pergi ke dapur untuk membuatnya.
Grace? Ah, tidak. Setelah kejadian di apartemen Grace waktu itu Levi belum pernah meminta Grace untuk membuatkannya teh lagi. Dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya dan justru menyerang Grace di ruangannya sendiri.
Berbicara tentang waktu itu, Levi benar-benar menahan dirinya dengan keras untuk mencium Grace. Sebagai gantinya, sang CEO muda ini hanya mengusap-usap bibir Grace dengan jempolnya. Tidak lebih. Saat dirasa gejolak dalam dirinya bertambah, Levi pun berpamitan untuk pulang ke apartemennya yang berada tepat di sebelah Grace. Lalu, menghabiskan sekitar dua jam di kamar mandi.
Tok Tok.
Ketukan pada pintu ruangannya membuat Levi terlonjak. Dia terkejut karena lamunan nakalnya tiba-tiba saja hancur.
"Masuk!"
Kepala pirang muncul dari balik pintu ruangannya. Seorang pria tinggi berambut klimis memasuki ruangan Levi dengan begitu gagah.
"Erwin? Kapan sampai?" tanya Levi tanpa basa-basi.
Nama pria itu adalah Erwin Smith. Sahabat Levi yang berusia 30 tahun. Merupakan salah satu dari beberapa orang kepercayaan Kenny. Dia baru saja pulang dari Inggris setelah satu bulan menetap disana karena pekerjaan yang diberikan Kenny.
"Kemarin malam," jawab Erwin sembari duduk di kursi yang ada di depan meja Levi.
Levi hanya mengangguk mendengar jawaban Erwin. Dia tidak tertarik untuk bertanya tentang pekerjaan yang dilakukan oleh sang sahabat.
"Kata Direktur, perempuan yang selama ini kau cari sudah bekerja disini. Apa itu benar?"
Sudah Levi duga Erwin akan menanyakan hal itu. Levi selalu memberi tahu Erwin tentang Grace, jadi sudah pasti pria klimis ini juga ingin tahu perkembangannya.
"Iya. Sudah dua bulan lebih," jawab Levi tanpa menatap sang sahabat.
Erwin tiba-tiba saja bertepuk tangan dengan ekspresi senang. Levi sampai bergidik ngeri melihatnya, mengingat sahabatnya ini jarang sekali berekspresi seperti ini.
"Lalu, bagaimana perkembangan kalian?"
Iris keabuan Levi menyorot tajam pada Erwin, "Rahasia." jawabnya singkat namun tidak jelas.
Erwin mendengus, sudah menduga akan mendapatkan jawaban seperti ini dari Levi, "Kalian sudah berciuman?"
"Tch! Kau ingin tahu sekali," gumamnya tetapi masih bisa didengar oleh Erwin.
Sang CEO muda ini kemudian bangun dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Dia ingin pergi ke dapur kantor untuk membuat teh hitam. Mungkin dia harus membuat dapur kecil di ruangannya khusus untuk membuat teh hitam agar tidak perlu pergi turun. Ya, Levi akan membuat itu secepatnya.
"Mau kemana?"
Levi mendecih. Erwin mengikutinya. Pria klimis bermata sapphire itu benar-benar menunggu jawaban Levi. Seharusnya Levi mengancam Kenny agar tidak bermulut ember pada siapapun tentang Grace, tapi tentu sudah terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐈𝐓𝐓𝐄𝐑𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 ✦ ʟᴇᴠɪ ᴀᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ ✔
Fanfiction- ', 𝐋𝐄𝐕𝐈 𝐀𝐂𝐊𝐄𝐑𝐌𝐀𝐍 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Levi tidak suka sesuatu yang manis. Kecuali Grace. Perempuan itu manis dan membuatnya candu. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ────────── ・❥・ 𝐀𝐓𝐓𝐀...