07

1.6K 168 9
                                    

Kenny kecelakaan. Pagi tadi ketika sedang menuju ke kantor Ackerman Company. Mobil yang dikendarainya ditabrak dari belakang oleh sebuah truk besar yang membawa unggas.

Truk itu melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam bagian belakang mobil Kenny yang tengah berhenti karena lampu merah. Akibatnya, mobil Kenny ringsek karena menabrak pembatas jalan dan terhimpit truk itu.

Keadaan Kenny sangat buruk. Kaki dan tangan kanannya patah. Mata kanannya nyaris buta. Benturan yang dia alami juga membuat kepalanya kehilangan banyak darah. Untung lah menurut dokter tak terjadi pendarahan di otaknya.

Saat ini, Kenny telah dipindahkan dari ruang ICU menuju ruang rawat khusus. Terbaring dengan selang infus, oksigen, dan badan penuh jahitan juga perban. Wajah sangarnya tampak lemah dan pucat.

Levi melihat Kenny dari balik pintu kaca. Dokter belum mengizinkan siapa pun untuk masuk sehingga membuatnya hanya bisa melihat sang paman dari sini.

"Jangan tidur terlalu lama, Pak Tua!" gumamnya lirih.

Kedua manik keabuan Levi yang biasanya tajam tampak redup. Raut wajahnya yang kaku pun menampakkan kemuraman. Kecelakaan yang menimpa Kenny, membuatnya takut. Sangat takut hingga Levi tak berani beranjak dari depan ruang rawat sejak Kenny selesai dioperasi beberapa jam yang lalu.

Jam tangannya menunjukkan pukul sembilan malam. Sudah empat jam lewat sejak jam pulang kerja. Levi mendudukkan dirinya di kursi dan memijat pangkal hidungnya pelan. Teringat dengan beberapa dokumen yang masih tertumpuk di meja kerja kantornya.

Laki-laki 27 tahun ini menghela napas kasar. Dia bisa saja kembali bekerja dan meminta salah satu pelayan di rumah Kenny untuk menjaga sang paman. Tapi, sekali lagi, Levi terlalu takut. Takut hal buruk terjadi pada sang paman ketika dia pergi dari sini. Sama seperti yang terjadi pada ibunya ketika dia masih berusia tujuh tahun.

Sepertinya, pilihan terbaik adalah membawa semua pekerjaannya kesini dan dia akan mengerjakannya di sini juga.

Tangan kanan Levi merogoh saku jasnya mengambil ponsel. Berniat menghubungi Erwin, agar sahabat pirangnya itu membawakan dokumen yang berada di ruang kerja.

Namun, perhatiannya seketika terpusat pada banyak pesan yang berasal dari Grace. Lima belas pesan. Dikirim secara berkala setiap satu jam dari sejak pagi tadi.

From : Grace
Levi? Kau di rumah sakit?
Jangan khawatir! Paman pasti akan baik-baik saja!
Hei, jika kau melihat ini tolong balas pesanku! Kau membuatku cemas.
Levi, Tuan Erwin bilang dia akan ke rumah sakit. Dia juga mengatakan padaku jika Paman sedang dioperasi. Kabari aku jika operasinya sudah selesai, tolong.
Maaf aku tidak bisa kesana sekarang. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan hari ini.
Jangan lupa makan siang! Kau tidak boleh sakit!
Kenapa kau tidak makan siang? Tuan Erwin bilang kau tidak mau makan. Kau tidak boleh seperti ini!
Setelah perkerjaanku selesai, aku akan ke rumah sakit. Apa operasinya sudah selesai?
Sepertinya aku akan lembur. Tapi, aku tetap akan pergi ke rumah sakit.
Sudah jam pulang kerja. Bagaimana keadaanmu di situ?
Kau harus makan malam! Tidak boleh tidak! Paman akan marah jika tahu kau mogok makan.
Sebentar lagi aku selesai.
Levi, aku segera ke rumah sakit. Kira-kira satu jam lagi.
I'm on the way.

Pesan terakhir dikirim sepuluh menit yang lalu. Mengingat jarak kantor dan rumah sakit yang tak terlalu jauh, Grace harusnya tiba lima atau sepuluh menit lagi.

Kedua sudut bibir Levi sedikit tertarik, membentuk sebuah senyum tipis. Dia telah membuat perempuan bermanik emerald itu cemas. Levi menyadari jika ponselnya bergetar beberapa kali, tapi dia sama sekali tidak ingin melihatnya karena terus mengkhawatirkan Kenny.

𝐁𝐈𝐓𝐓𝐄𝐑𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 ✦ ʟᴇᴠɪ ᴀᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang