06

1.7K 176 7
                                    

Levi pikir Grace akan menjaga jarak dan menjauhinya setelah kejadian malam itu. Tetapi, ternyata tidak. Perempuan bersurai cokelat itu bersikap biasa saja padanya. Ya, meskipun terkadang Levi menangkap basah ketika Grace sedang salah tingkah dengan wajah merona.

Bicara tentang malam itu, mereka menonton movie hingga akhir. Dalam keadaan hening. Levi bahkan tidak berani untuk melirik ke arah Grace meski hanya sedikit. Laki-laki berambut undercut ini terus mengumpati sang sahabat pirang, Erwin Smith, karena telah mengganggu kegiatannya. Tapi, dalam hati Levi juga sedikit lega. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Erwin tidak memberinya pesan di saat itu.

Oh, lalu tentang Erwin, sepertinya hubungannya dengan Hanji telah membaik. Levi melihat dua orang itu beberapa kali mengobrol di saat jam istirahat kantor dan pulang bersama. Sebuah kemajuan yang bagus untuk Erwin yang belum bisa move on. Mungkin saja tak lama lagi Erwin dan Hanji akan kembali berkencan.

Kenny, sang Paman menyebalkan, telah mengajak Levi taruhan. Tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan Erwin untuk kembali bersama Hanji. Kenny mengatakan mereka perlu waktu sekitar dua bulan. Sedangkan Levi dua minggu.

Hukuman untuk yang kalah dalam taruhan ini adalah harus menuruti apa pun kemauan dari pemenang.

Apakah Erwin tahu? Tentu saja. Laki-laki pirang klimis itu justru akan memberi hadiah pada orang yang menebak dengan tepat tentang berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk mendapatkan hati Hanji lagi.

"Hei, sebenarnya aku ingin bertanya tentang ini dari dulu," Levi membuka suara. Memecah keheningan yang dari tadi tercipta di antara dirinya dan Erwin.

Dua laki-laki kaku ini berada di salah satu cafe yang ada di dekat kantor Ackerman Company. Memesan cappucino coffee dan black tea, dengan satu piring berisi cookies di tengah meja. Mereka baru saja selesai meeting mengenai proyek yang akan dimulai satu bulan lagi di pinggiran kota Tokyo. Jadi, dua orang sahabat ini memutuskan untuk keluar mencari udara segar sejenak.

"Apa?" Erwin menanggapi setelah selesai mengunyah dan menelan satu buah cookies.

"Kau... benar-benar tidak berselingkuh, kan?"

Erwin yang sedang meneguk kopi hampir tersedak mendengar pertanyaan dari Levi. Untunglah dia memiliki pengendalian diri yang baik, jadi dia tetap tenang meski ada sedikit kopi yang membasahi dagu dan jasnya.

Melihat itu, Levi tetap berwajah datar. Matanya memancarkan kebosanan melihat tingkah Erwin yang tidak elit.

"Bagaimana bisa aku berselingkuh dari wanita seperti Hanji?" Erwin justru balik bertanya setelah mengelap dagu dan jasnya dengan tissue.

Levi menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi empuk. Matanya kini menyoroti Erwin tajam, "Lalu, kenapa si kacamata itu bersikeras mengatakan jika kau selingkuh?"

Helaan napas panjang terdengar. Erwin memijit pangkal hidungnya sebelum mulai berbicara lagi, "Saat itu aku sedang membantu salah satu klien perempuan kita yang berasal dari Inggris. Dia sedang tidak sehat jadi aku memapahnya setelah kami keluar dari mobil. Hanji melihat itu dan salah paham. Aku mencoba menjelaskan padanya, tapi dia sama sekali tidak mau mendengar dan langsung memutuskan hubungan kami,"

Sahabat pirangnya serius. Sangat jarang Erwin bicara sepanjang ini kecuali mengenai pekerjaan. Levi menjadi semakin prihatin dengan kisah percintaan sahabatnya.

"Hm, aku harap kau bisa menyelesaikan kesalah pahaman ini segera," ucap Levi sebelum meneguk black tea yang mulai mendingin.

"Ya. Aku harap juga begitu." Erwin tersenyum tipis di akhir ucapannya.

𝐁𝐈𝐓𝐓𝐄𝐑𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 ✦ ʟᴇᴠɪ ᴀᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang