3

16.1K 1.8K 128
                                    

"Jaemin!" panggil seorang lelaki dengan perawakan tinggi berisi dari arah koridor lantai satu sebelah kanan.

Jaemin yang merasa terpanggil pun akhirnya memilih untuk menoleh ke arah sumber suara tersebut, lelaki manis itu melemparkan sebuah senyuman pada sosok yang tengah menghampirinya dengan berlari kecil.

"ada apa, Hyunjin?" tanya Jaemin ketika lelaki yang terkenal tampan (kedua dikampus setelah Jeno) sudah berdiri dihadapannya.

"begini, sepertinya aku memerlukan bantuan mu untuk memilih buku yang dimaksud oleh profesor Kim kemarin. Apakah kau ada waktu akhir pekan nanti?"

Hmm, biar Jaemin pikir dulu. Akhir pekan sepertinya kosong, ia juga tidak punya janji dengan Jeno maka kemungkinan besar Jaemin akan menghabiskan waktu dirumah untuk merebahkan diri seharian di ranjangnya sambil menonton beberapa episode drama yang sempat tertinggal.

grepp

Tubuh Jaemin terperanjat seketika saat sepasang lengan melingkar sempurna di pinggangnya— memeluknya dari belakang. Jaemin pun kembali terkejut ketika wajah kekasihnya lah yang terpampang nyata di sebelah kanannya. Entah kenapa saat ini Jaemin merasa panik karena keberadaan kekasihnya dan Hyunjin di satu tempat, tentu Jaemin tahu kalau kedua lelaki tampan itu mempunyai hubungan yang termasuk tidak akur karena beberapa hal yang membuat keduanya bermusuhan.

Salah satu dari beberapa hal itu adalah Na Jaemin sendiri, sering kali lelaki manis itu mendengar rumor bahwa selama ini Hyunjin sering mendekatinya karena menyukai dirinya. Maka dari itulah seisi kampus mereka semakin heboh bergosip, menggosipi kenapa Jaemin bisa diperebutkan oleh dua manusia tampan.

"Jaemin tidak akan kemana mana, akhir pekan nanti dia sibuk menghabiskan waktu dengan ku" ucap Jeno dengan sorot mata yang dingin itu mengarah pada Hyunjin.

Tegang, suasananya tegang sekali. Jaemin pun sampai merinding dibuatnya, merindingnya melebihi dari efek teguran profesor Moon. Apalagi ketika dua lelaki tampan itu saling melayangkan tatapan tajam nan dinginnya.

"h-hehe, itu.. mungkin lain kali ya Hyunjin, atau kau bisa minta tolong ke Seungmin karena dia lebih tahu soal buku itu" ucap Jaemin dengan senyuman tak enaknya— mencoba menyudahi perang tatap tajam itu.

"tidak ada kata 'lain kali', karena aku tidak akan mengizinkan Jaemin pergi dengan pria mana pun selain diriku" sahut Jeno dingin membuat Jaemin otomatis mengeluarkan umpatan dalam hati.

Sosok Hwang Hyunjin itu sebenarnya ingin sekali menghajar wajah dingin nan menyebalkan milik Jeno, tapi apa daya, disana ada Jaemin si pujaan hatinya. Tidak mungkin kan kalau ia harus menghajar Jeno dan membuat Jaemin merasa tidak nyaman terhadapnya? Akhirnya karena pemuda Hwang itu tahu pasti kalau permasalahan ini tidak ada akhirnya, Hyunjin pun melayangkan senyuman lembut ke arah Jaemin.

"baiklah, tidak masalah Jaemin. Kalau begitu aku duluan"

Setelah kepergian pemuda Hwang itu, barulah Jaemin bisa menghela napasnya lega lalu ia menepuk nepuk punggung tangan Jeno yang ada diatas perutnya.

"lepaskan, Lee" ucap Jaemin, namun yang didapatkannya adalah pelukan diperutnya yang semakin mengerat.

"tidak, Lee"

"hei! jangan sembarangan merubah marga ku ya tuan Lee Jeno yang terhormat"

"biar saja"

Hahh.. pernahkah Jaemin bilang kalau berdebat dengan Jeno itu tidak akan ada akhirnya? Seperti inilah contoh situasinya.

Masalahnya itu adalah, masa mereka berdua harus terus dalam posisi seperti ini ditengah koridor? Bagaimana nanti kalau ada mahasiswa yang melihatnya atau para dosen yang melihatnya?! bisa bisa nama Jaemin tercoreng kalau begini caranya.

Benar saja, di detik berikutnya pemuda Na itu melihat sosok profesor Jung yang sedang berjalan dari arah kanan. Dengan paniknya Jaemin terus menepuk punggung tangan milik Jeno dengan heboh.

"J-Jen, itu profesor Jung!" bisik Jaemin dengan heboh.

Tanpa basa basi lagi Jeno menarik tangan Jaemin menuju lahan kosong dibawah tangga yang tak jauh dari posisi mereka dan menghimpit Jaemin ke tembok berwarna putih polos itu.

"Jen, apa yang kau—"

"ssshh, kau harus tutup mulut kalau tidak mau ketahuan oleh profesor mu itu Na" bisik Jeno tepat di telinga kanannya.

Sial, sial, sial! Kenapa sih Jeno itu hobi sekali berbisik ditelinganya? apa lelaki berandal yang sialnya tampan itu tidak tahu kalau Jaemin harus menahan napasnya saat ini?

"bernapaslah, Na" bisik Jeno lagi membuat Jaemin tersadar dan mencoba bernapas seperti biasanya. Ah tolong, Jaemin merasa malu sekali saat ini.

Entah setan mana lagi yang merasuki Jeno saat ini, tapi pemuda bermarga Lee itu semakin menghimpitnya ke tembok hingga dada mereka bersentuhan. Dalam hati Jaemin berdoa, semoga saja tidak ada cctv yang terpasang disekitar sini. Kalau tidak pasti keduanya akan mendapatkan peringatan dari dosen masing masing dan kembali menjadi perbincangan para mahasiswa dengan judul "Na Jaemin si anak kedokteran tengah dipolosi oleh Lee Jeno si anak teknik industri".

"jaga tangan mu, Lee" ucap Jaemin setengah berbisik ketika ia merasakan tangan nakal milik kekasih tampannya itu merambat kemanapun dan sesekali meremas pinggulnya.

"tentu, tapi berjanjilah sesuatu padaku" balas Jeno yang kini menatap dua netra kembar jernih milik Jaemin.

"a-apa?" balas lelaki manis itu dengan gugup karena tatapan Jeno yang seolah dapat menghanyutkannya itu.

"berjanjilah jangan pergi dengan lelaki lain, aku tidak suka berbagi sesuatu dengan orang lain"

Lee Jeno, yah lelaki itu memang seseorang yang cukup posesif dan overprotective terhadap seseorang yang ia sayangi. Ia bukanlah lelaki yang lembek dan gampang mengalah, itulah yang Jaemin suka darinya. Ah ralat, Na Jaemin suka semua hal yang ada di dalam diri Lee Jeno.

Dengan berani Jaemin melingkarkan kedua lengannya di tengkuk tegas milik Jeno lalu menempelkan dadanya pada dada kekasihnya lebih dekat— memeluknya erat.

"tentu aku tidak akan pergi dengan siapapun tanpa seizin mu, Jeno" ucap Jaemin pelan sambil menyandarkan kepalanya dipundak lebar Jeno.

"good boy"

plakk

Tangan kanan Jeno memberikan tamparan kecil terhadap bokong Jaemin yang cukup berisi itu dan meremasnya kuat hingga kekasih manisnya itu tersentak pelan dan mendesah kecil.

"sial Lee Jeno! ku bilang jaga tangan nakal mu itu"

"aku tidak bisa berjanji sayang"








tbc







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bad BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang