Bakso Tusuk Pak Oyo

53 7 0
                                    


Teriknya matahari tidak mengalahkan semangat seorang bapak tua yang usianya hampir mendekati lima dasawarsa. Padahal sudah mendekati pukul tiga sore, tapi entah mengapa panasnya sinar matahari belum sirna juga.

"Pak, bakso tusuknya dua ribu ya."

"Bakso tusuknya dua ya, Pak. Satu lima ribu, satunya lagi empat ribu. Dua-duanya nggak pedes ya, Pak."

"Pak, anak saya boleh bawa bukunya pulang?"

"Pak saya mau balikin buku yang kemarin saya pinjam, makasih ya Pak."

Jika di perhatikan, ada empat anak kecil dan satu ibu-ibu yang mengerubungi gerobak kayu milik bapak itu. Gerobak kayu yang terhubung dengan motor miliknya itu terlihat sama dengan gerobak-gerobak milik penjual lainnya. Tapi, ada satu hal yang menarik perhatian. Bapak itu menyediakan sarana bacaan buku gratis bagi pembelinya. Terjajar sekitar lima belas buku bertema anak-anak dibagian kiri gerobak. Dibawahnya tertulis besar besar Bakso Tusuk Pak Oyo. Bakso Enak, Lezat dan Bergizi! Bisa Jajan Bakso Sambil Baca Buku, Lho!

"Boleh, boleh. Tapi jangan lupa besok dikembalikan ya," ucap Pak Oyo sambil tersenyum.

Hampir setengah jam berlalu, gerobaknya mulai sepi pembeli. Dia pun beranjak untuk menyusuri lahan perumahan yang lain. Berusaha bekerja keras demi bisa memenuhi kebutuhan anak dan istrinya.

Pak Oyo mulai mengendarai motornya kembali. Berusaha mengendarai motor di jalan raya yang lengang. Saat sedang mengendarai motor, ada motor lain yang tiba-tiba menyerempetnya dari belakang. Otomatis motornya oleng dan kehilangan keseimbangan. Untung saja, Pak Oyo bisa menahan beban gerobaknya itu dengan kedua kakinya. Dia menepikan motornya. Kemudian dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya sambil menghela nafas keras. Sebenarnya dia kesal dengan penyerempet itu. Bisa-bisanya orang seperti itu menyerempet gerobak motor milik Pak Oyo.

"Pak, tunggu!" terdengar teriakan seorang gadis remaja dari arah belakang.

Pak Oyo menoleh dan kaget ketika mendapati ternyata plastik mika dan tusukan baksonya tercecer di aspal tanah. Buku-buku bacaan yang dibawanya juga ikut tercecer di sana. Gadis remaja berseragam sekolah itu terlihat sedang memunguti seluruh barang Pak Oyo yang jatuh berceceran di aspal tanah.

"Ya Allah Dek. Makasih banyak ya, Dek. Bapak nggak tau lagi bagaimana nasib jualan Bapak kalau kamu nggak manggil bapak tadi."

"Sama-sama, Pak."

"Nama kamu siapa, Dek? Masih sekolah ya?"

"Iris, Pak. Iya Pak saya masih SMA kelas sebelas. Aduh sayang banget ini tusukannya Pak kotor semua kena tanah."

"Nggak apa-apa, Dek. Yang penting buku-bukunya ini." Pak Oyo terlihat sigap membenahi buku-buku koleksinya tersebut. Dia kembali meletakkan buku-buku itu ke dalam gerobaknya.

"Makasih banyak ya, Dek. Tunggu sebentar, jangan pergi dulu."

Iris hanya menuruti kata Pak Oyo. Sebenarnya niat Iris hanya membantu, karena dia yang menyaksikan sendiri bagaimana motor Pak Oyo itu di serempet oleh orang yang tak bertanggung jawab. Kejadian itu terlihat di depan matanya, saat dia hendak menyebrang di trotoar. Melihat barang Pak Oyo yang berantakan berceceran, Iris tak tega hati dan ingin membantu Bapak tersebut.

"Ini Dek Iris. Ada bakso tusuk buat kamu. Buat ngemil pas di jalan nanti," ucap Pak Oyo sambil memberikan keresek hitam berisi satu porsi bakso tusuk lengkap dengan bumbunya.

KURCACI TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang