●●●
jeffrose_'s presents
●●●
DI ruangan bergaya Victorian kuno di suatu gedung di Inggris, berdirilah dua orang lelaki yang usianya tak terpaut jauh. Yang lebih tinggi menghadap ke jendela luar, memunggungi yang satunya.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Tuan Muda? Kau berusaha membuatku menjadi monster?"
Yang lebih tinggi, yang dipanggil Tuan Muda, memutar tubuhnya dengan gerakan yang anggun sekali. Di wajahnya terukir senyum lebar secerah matahari pagi. Senyum itulah yang ia pakai untuk mengelabui semua orang dan membuat mereka tunduk padanya.
Tak terkecuali, Kun.
Pemuda itu berjalan mendekati sang Tuan Muda. Mengangkat dagunya angkuh untuk menutupi ketakutannya. "Kau tidak berusaha menjadi Tuhan, 'kan? Kau sadar bahwa kau juga manusia, 'kan?"
Kekehan kecil mengalun pelan dari mulut sang Tuan Muda. "Aku khawatir tidak, ge."
Satu kalimat yang selalu menjadi mimpi buruk bagi Kun. "Yukhei-"
"Jika gege hanya ingin menceramahiku," potong pemuda yang dipanggil Yukhei itu. "Maka lebih baik diam saja."
"Lantas apa yang kau mau? Kau lihat sendiri, tak ada Hendery Wong dimanapun di dunia ini. Vampir itu mungkin sudah hancur raganya, melayang jiwanya. Berhentilah terobsesi menjadi abadi, itu sama sekali tak ada gunanya."
Nafas Kun terdengar memburu, nada suaranya bergetar. Mustahil ia tidak takut sekarang ini. Ia takut sekali sampai rasanya kakinya lemas.
Giliran Yukhei yang menghampiri Kun. Langkahnya jauh lebih mantap dan percaya diri. Kepribadiannya yang kuat dan hangat menyeruak di ruangan itu. "Gege sudah berani melarangku?"
Kun melangkah mundur.
"Gege pikir gege siapa?" lanjut Yukhei.
"A- aku- aku.." ujar Kun terbata-bata.
"Hm? Gege apa?"
"Aku- aku temanmu," kata Kun sepelan angin dan selemah bulu yang diinjak. Ia mendongak dan menatap Yukhei takut-takut.
Yukhei tersenyum miring. "Gege pikir sebagai teman, gege berhak melarangku?"
"Tidak, Tuan Muda."
Yukhei berjalan ke ujung ruangan dan mengambil sebuah cambuk di meja. "Bagus jika gege tahu. Tapi aku tetap harus memberi gege pelajaran."
Mata Kun terpejam. Bunyi nyaring tali bertemu punggung memenuhi ruangan itu.
"Buka bajumu, ge," ujar Yukhei masih dengan nada ramah. Tapi Kun tahu bahwa perkataan itu sama sekali tak mengandung keramahan.
Kun menurut dengan enggan. Air matanya mengalir deras, lidahnya ia gigit kuat, seiring dengan tali itu terus mencambuk punggungnya.
●●●
Langkah terburu-buru membawa Kun ke pelabuhan. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin mengucur terus membasahi tubuhnya. Tak henti-hentinya ia menoleh ke belakang. Memastikan tiada siapapun yang mengikutinya.
Dengan sigap, ia melemparkan tasnya sebelum melompat dengan lincah ke sebuah kapal penangkap ikan. Kemudian bersandarlah ia di buritan sembari menyemprotkan inhaler.
Ia siap berlayar di samudra Atlantik dan Hindia. Ia siap tidur berdesak-desakan bersama para awak kapal. Ia siap untuk mencium bau amis sepanjang perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe & Sound ● KunYang ●
Fanfic[Completed] "Saat itulah aku menemukanmu. Di antara remangnya lampu jalanan, kau dengan wajah khawatirmu dan seragam sekolahmu yang kusut, tak akan pernah ku lupakan. Kau membuat semuanya terang kembali, Yangyang, meski waktu itu aku sudah yakin bah...