●●●
jeffrose_'s present
●●●
LAPANGAN rumput milik universitas Yangyang terlihat sangat lengang di sore hari. Pemuda bersurai madu itu tengah berbaring sembari memejamkan mata, membiarkan sisa-sisa dari sinar sang matahari menghangatkan tubuhnya. Lagi-lagi ia tak bisa pulang ke rumah, karena ayahnya sudah mengetahui bahwa ia mengikuti organisasi Bola Sepak di universitas.
"Kau pikir kau bisa belajar dengan benar jika pikiranmu dipenuhi bola dan lapangan?"
Yangyang menghela nafasnya berat. Ia tahu bahwa sebenarnya orangtuanya akan memaafkan, tapi tetap saja, tetap saja ia akan selalu menjadi Yangyang yang pengecut. Ia kehilangan kepercayaan ayahnya, ia kehilangan kasih sayang ibunya. Ia takut, takut sekali.
"Hey, kau mau tanding satu lawan satu?"
Mata Yangyang terbuka, ia lalu menoleh ke samping.
Seorang pemuda tinggi dengan garis wajah yang menyenangkan tengah duduk di sampingnya, menatap lurus ke depan dengan mata yang berbinar-binar. Ia lalu mengalihkan pandangannya kepada Yangyang.
"Kau baru saja masuk organisasi Bola Sepak, kan? Aku juga anggota disana," jelas pemuda itu.
Yangyang bangkit dari tidurnya. "Benarkah? Aku belum pernah melihatmu."
"Oh, ya. Kemarin saat acara penyambutan aku tidak hadir karena suatu keperluan."
"Apa posisimu?" tanya Yangyang.
"Penyerang. Dan kau?"
"Hebat! Aku juga penyerang."
"Kalau begitu kita seimbang. Mau kauterima tantanganku tadi?"
Senyum Yangyang mengembang. "Tentu saja!"
Pemuda tinggi itu ikut tertawa. "Siapa namamu?"
"Liu Yangyang dari Sejarah. Dan kau?"
"Huang Xuxi, dari Teknik."
●●●
Kun memandang pertandingan kecil-kecilan itu dari jarak yang sangat jauh. Kepalanya ia sandarkan ke tiang di samping sembari tubuhnya sedikit bersantai. Baru saja ia sadari betapa tegang dirinya selama ini. Ia tak pernah beristirahat, selalu dihantui rasa takut, dan tersiksa karena ingin melawan tapi tak bisa.
Namun memandangi wajah Yangyang yang tengah tertawa bahagia itu membuatnya merasakan hal yang berbeda.
Hatinya menghangat. Pandangannya melembut. Dan entah kenapa ia bisa bernafas lega. Ia tak mau berpusing-pusing memikirkan nama dari perasaan itu. Ia hanya ingin Yangyang selalu bahagia, bagaimanapun caranya.
"Kau menyukainya, ge."
Kun sedikit tersontak ketika Xiao Dejun tiba-tiba saja sudah duduk di sebelahnya. Pemuda bertubuh kecil itu menyilangkan kakinya dengan gaya sedikit congkak.
"Kau menyukai Yangyang, kan?" ulangnya dengan sedikit diperjelas.
"Sebetulnya," ujar Kun. "Aku tak mau memberi nama kepada sesuatu yang sedang aku rasakan sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Safe & Sound ● KunYang ●
Fanfiction[Completed] "Saat itulah aku menemukanmu. Di antara remangnya lampu jalanan, kau dengan wajah khawatirmu dan seragam sekolahmu yang kusut, tak akan pernah ku lupakan. Kau membuat semuanya terang kembali, Yangyang, meski waktu itu aku sudah yakin bah...