Chapter 8

9 3 2
                                    

Siang, dengan panas yang teriknya menusuk kulit sampai rasanya seperti terbakar. Inilah kebiasaanku siang teriknya sinar keluar hanya sekedar melihat sekitaran rumah yang sudah menjadi makanan sehari-hari.

Melamun tentang masalah yang aku tanggung sendiri dan yang aku cari jalan keluarnyapun seorang diri, seakan-akan hanya akulah yang paling menderita.Merasa paling tersakiti, padahal diluar sana ada yang lebih parah yaa namanya manusia kadang suka berlebihan dalam menilai situasi dan kondisi dengan sudut pandang nya.

"An, kamu belajar untuk tidak terlihat menyedihkan, bukan pura-pura kuat ayo kamu pasti bisa!" ucapku semacam motivasi untuk Ana.

"Mudah sekali kamu berkata seperti itu mal, kamu tau bukan bahwa aku benci dengan motivasi yang kata orang itu  membangun tapi kataku tidak membangun sama sekali? aku berusaha kok walau kadang terjatuh kembaliii mal." jawab Ana dengan tegas dan sedikit lirih,

"Aku tau, aku lelah harus disini. Aku pun punya waktu untuk tinggal..disini akupun sudah lama menemanimu. Apa tidak bosan? aku saja bosa melihat dirimu apalgi dengan raga sok kuatmu itu" ucapku dengan yaa sedikit menyindir, karena kata-kata seperti itulah Ana akan bangkit wa;aupun kemungkinannya hanya 40%.

"Tidak, aku tidak bosan terhadap seseorang yang mau menemaniku dikehidupan ini. Aku belum mengizinkan kau pergi jadi awas saja kau kalau melangkah pergi akan ku kutuk kau!" jawab Ana dengan mimik marahnya yang lucu.




Bagaimana aku bisa pergi dari dunia yang kejam ini, benar kata Ana aku tak akan bisa pergi tanpa seizin darinya. 

B-bukan dia bukan Tuhan, karena Ana menderita aku lahir.











#riddle

N I R M A L A (e  n d)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang