Bagian 5

22.3K 2.5K 28
                                    

Matahari menjulang tinggi diatas sana ketika Nasya baru saja menaiki sebuah kereta kuda dari Istana, baru semalam ia menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan ia tidak pernah menyangkan rencana waktu yang ingin ia pakai untuk beristirahat akan terpakai untuk memenuhi panggilan resmi dari Istana secara langsung.

Mencoba beristirahat sejenak di dalam kereta kuda sepertinya bukan ide yang bagus, tetap saja ia tidak bisa tidur meski sudah mencoba berbagai posisi. Memilih untuk melihat pemandangan saja Nasya merasa sejuk dengan hanya memperhatikan tumbuhan hijau dan menghirup udara segar yang masih alami sebanyak-banyaknya.

“Nona, kita sudah sampai di Istana.”

Nasya mengangguk pelan sebagai jawaban, turun dari kereta kuda Nasya berserta para pelayan kembali melanjutkan perjalanan menuju Istana bagian timur dimana disana merupakan kediaman khusus seorang Ratu.

“Salam hormat hamba, Yang Mulia Ratu.” Ucap Nasya sembari memberi penghormatan.

“Duduklah kemari, puteri.” Balas sang Ratu lembut.

“Aku merasa berat membiarkanmu tinggal sendiri diluar Istana,puteri. Terutama setelah apa yang kau alami, maafkan aku karna aku terlalu fokus sembayang hingga mengacuhkanmu seperti ini”

Nasya yang baru saja duduk di kursinya langsung tersentak ketika mendengar ucapan penuh rasa bersalah itu , “Ah itu, itu bukan salah anda Yang Mulia. Itu murni kesalahan hamba sendiri, tolong jangan berbicara begitu.”

“Kau bahkan menggunakan bahasa formal padaku sekarang, oh puteri aku benar-benar sekejam itu padamu ya.”

‘Apa lagi ini astaga?! Serba salah mulu gue, emang the power of emak-emak nih’

“Tidak Yang Mulia, sebenarnya saya masih belum terbiasa. Kepala saya sepertinya terbentur cukup keras karna itu saya jadi tidak terbiasa dalam menghadapi situasi seperti ini.”

“Benarkah? Apa kau sudah memeriksakan diri ke dokter nak?” Tanya Ratu dengan ekspresi khawatir yang tak ia sembunyikan sama sekali.

Nasya semakin merasa canggung, perhatian seperti ini terasa mencekat tenggorokkannya. Tapi tunggu, mengapa tubuhnya merasakan reaksi seperti itu? Jangan-jangan?!

“Nak?”

“Ah maafkan saya Yang Mulia, saya tidak bermaksud”

“ Tidak. Tidak apa-apa mungkin aku sudah salah mengundangmu kemari pada kondisi seperti ini. Maafkan aku ya nak”

“Tidak Yang Mulia, tolong jangan berkata begitu, saya yang salah karna tidak memperhatikan dan untuk keadaan saya anda tidak perlu khawatir. Saat saya sadar dokter sudah beberapa kali ke kamar saya untuk memeriksa setiap perkembangan keadaan saya,”

“Lalu apa yang dokter katakan padamu?”

“Dokter berkata ingatan saya akan datang seiring masa pemulihan saya”Balas Nasya cepat tanpa sadar karna sudah terlanjur panik, mendongak dengan pelan untuk melihat reaksi Ratu yang mungkin saja memandangnya dengan aneh karna cara ia menjawab Nasya justru terkejut ketika ia malah melihat Ratu sedang tersenyum hangat kearahnya.

“Syukurlah jika keadaanmu semakin membaik nak,”

“Karna ingatanmu akan kembali seiring dengan pasca pemulihanmu aku akan membantu sebisaku, setidaknya kau harus mengingat bahwa denganku kau tidak perlu bersikap terlalu berhati-hati, bagiku kau adalah anak perempuanku” Ucap Ratu tulus sembari tersenyum kembali dengan hangat layaknya mentari

Nasya hanya bisa tersenyum canggung membalas ucapan itu namun kemudian obrolan keduanya mengalir dengan sendirinya,perlahan rasa canggung yang sebelumnya ia rasakan kini perlahan memudar tergantikan dengan rasa semangat menanggapi setiap topik yang keduanya angkat dalam obrolan itu.

Dunia Novel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang