Bagian 8

18.4K 2.3K 65
                                    

Cerita lengkapnya bisa di baca di apk Dreame ya teman-teman, Happy reading:)"

Menenangkan pikiran untuk mendapatkan sifat dewasa adalah salah satu cara paling ampun dan terpercaya, dengan pikiran yang tenang dan terkontrol aliran positif sangat terasa dalam setiap deru sel sel tubuh yang ikut rileks dengan caranya sendiri.

Hal inilah yang Nasya lakukan sekarang, ia tidak tau berapa umurnya sekarang apa di dunianya ia sudah bertambah umur? Ataukah justru tidak karna sumpah demi siapapun Nasya sudah merasa satu bulan terlewat saat dirinya mulai tinggal di novel ini.

Kata orang dewasa itu bukan terlihat dari umurmu melainkan sifatmu, namun kini Nasya membuat mottonya sendiri, dewasa itu bukan terlihat dari umur melainkan terlihat dari pengalamanmu mengatasi masalah.

Nasya sudah benar benar akan berteriak histeris pada pengawal pengawal nya yang mengizinkan tamu tidak diundang ini masuk kedalam kediamannya tepat saat sang ayah tidak sedang berada di sana, namun suara seolah tertelan begitu saja.

Tamu tak diundang itu kini terlihat tengah duduk saling berhadapan dengan Nasya tak lupa ditemani dengan 2 cangkir teh yang sudah tersedia di atas meja yang tak jauh dihadapkan mereka.

Mata biru laut kelamnya masih sama dengan mata yang terakhir kali dilihat Nasya, ah ia malah mengingat hal lain.

"Maaf bila saya kurang sopan tuan, tetapi saya hendak bertanya ada apa gerangan ada berkunjung ke kediaman ini?" Nasya mulai membuka suara dengan sebuah pertanyaan.

Ken masih terdiam sebelum akhir menjawab, "Aku ingin melamarmu." tanpa basa basi.

Sudah dikatakan bukan betapa yakinnya Ken bahwa wanita yang tampak biasa saja dihadapannya ini pasti akan mau menerima lamarannya. Tapi tunggu kenapa dia biasa saja?

Mendengar itu seisi ruang tampak terkejut kecuali Nasya. Ia benar benar sudah memikirkan banyak hal sejak semalam termasuk kemungkinan kemungkinan seperti ini, jadi ia sudah tidak kaget lagi.

'Kayaknya feeling gue gak pernah salah dah, gue yakin ni orang punya rencana yang gak baik. Lihat aja masa baru ketemu maen cium cium terus lamar lamar. Dikira gue bego gak tau motif dia, kalau jalur novel ini masih sama berarti motifnya masih sama seperti dulu bedanya dulu itu putri Beatrice yang di tipu sekarang malah gue. ' batin Nasya, meratapi nasib.

"Maaf, bisa kita berbicara secara pribadi tuan?"

' Oke awal awal gue harus nolak ni orang.'

Ken nampak mengangguk ketika pertanyaan itu keluar dari bibir Nasya, beberapa pelayan yang sebelumnya berada diruangan itu mau tak mau undur diri bersamaan dengan jhon asisten kepercayaan Ken yang sebelumnya juga berada disana.

Kini tinggallah kedua insan itu, saling menatap seolah olah dapat berbicara melalui tatapan.

"Soal ucapan anda tadi..." Nasya membuka suara

'Gue gak mau'

"Saya menolaknya." sambung Nasya dengan nada sesopan mungkin.

Ken tidak bergeming ia hanya menatap bosan pada wanita dihadapannya itu. Walaupun sebenarnya Ken sedikit penasaran, bagi Ken ciuman yang ia beri pada wanita ini sudah pasti akan membuat wanita itu tergila gila padanya, oh jangan salahkan ia berpikir begitu semua wanita yang pernah diciumnya selalu merasakan itu.

"Apa itu karna kau mencintai putra mahkota kerajaan ini?" sebuah pertanyaan keluar begitu saja dari bibir Ken.

Nasya yang sebelumnya menunduk hormat mendongak menatap Ken dengan tatapan seolah olah berkata 'Apa anda serius dengan perkataan anda?'

Nasya menghela nafas," Bukan seperti itu tuan, saya hanya sudah tidak mau menikah" jawab Nasya.

"Benarkah? Lalu apa maksud dari rumor yang sering kudengar tentang kau yang memaksa bertunangan dengan putra mahkota. Bukankah hal itu jelas menunjukan kau ingin menikah." untuk pertama kalinya Ken berbicara sepanjang itu, namun dengan ekspresi yang tetap datar.

" Itu hanyalah rumor, Lagi pula saya juga sudah mendengar beberapa rumor lainnya yang mengatakan bahwa putra mahkota telah jatuh cinta dengan putri dari kerajaan tetangga. " balas Nasya sembari tersenyum.

'Mamam tuh, panas kaga lu hah?! Dikate gue kaga tau lu suka sama siape.'

Ken tidak lagi menjawab, tatapannya yang semula datar kini mulai menajam tak hanya itu rahangnya pun ikut mengeras. Segalanya terlihat sangat kentara dalam pandangan Nasya.

"jadi tuan, bila anda menganggap saya hanyalah wanita manja yang hanya menyukai seorang pangeran anda tidak salah, namun satu hal lagi yang harus anda tambahkan tentang saya. Saya tidak bodoh dan saya tau batasan, untuk apa saya menyakiti diri saya sendiri hanya untuk orang yang tidak mencintai saya." ucap Nasya sembari meminum teh jasmine yang menenangkan miliknya itu.

"Hah, baiklah putri Antanasya. kau sudah tau banyak rupanya." tak ada wajah datar disana ketika Ken mengatakan kalimat itu, yang ada justru seringai mengerikan yang sukses membuat Nasya merinding.

Ken ikut mengambil cangkir tehnya kemudian meminum teh itu dengan pandangan yang tak terlepas sekalipun dari Nasya.

"Saya tidak mengerti tuan, maksud anda seperti apa?" Nasya bertanya berusaha meredakan rasa ngeri padanya.

"Sepertinya banyak yang tidak aku ketahui tentangmu putri"

Nasya menatap heran sebelum akhirnya Ken benar benar berdiri kala itu, ia menatap kearah cangkir teh yang sudah kosong itu sebelum akhirnya kembali menatap Nasya yang masih setia duduk dikursinya.

"Aku menikmati teh nya, semoga aku bisa menikmati teh yang sama lagi." ucap Ken sebelum berlalu pergi.

Nasya bernafas lega, ya setidaknya kali ini ia berhasil melawan. Imagenya memang sudah tidak bagus sedari awal jadi dari pada mengubahnya Nasya lebih memilih untuk menambahkan image baru pada dirinya.

Walaupun Nasya nampak tidak mengerti dengan perkataan Ken sebelumnya, ia memilih tidak ambil pusing toh ia sudah tidak punya urusan lagi dengan psikopat itu jadi tidak ada gunanya.

Dunia Novel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang