3

56 2 0
                                    

Setelah mandi Regan berniat mengerjakan tugas, tetapi baru saja dia duduk di meja belajar, perutnya tiba-tiba berbunyi "duh, lapar" Regan melangkah keluar dari kamar dengan malas.

Dia melangkah menuju dapur bermaksud mengambil beberapa camilan kesukaannya yang dia stok di kulkas untuk menemaninya belajar. Regan tidak suka belajar dengan perut yang kekenyangan, dia akan merasa tidak nyaman, biasanya Regan lebih memilih ngemil.

Sesampai di dapur, Regan membuka kulkas, menyipitkan mata tidak menemukan apa yang di carinya "haish ... Ini pasti kerjaannya kakak Ra"

Alih-alih kembali ke kamarnya, Regan memilih berbelok ke ruang TV, yang difungsikan juga sebagai ruang keluarga. Dia menemukan mama dan papanya yang duduk berdampingan di 3 seater sofa dan kakaknya yang duduk di single sofa di samping kedua orang tuanya.

Regan mendengus begitu melihat bungkusan biskuit Gery di tangan Kakaknya "udah gue duga, ini pasti kerjaan kakak Ra. Balikin" Regan berdiri di depan Ranti, kakaknya. sambil mengulurkan tangan.

"Ini maksudmu?" Ranti melambaikan kertas plastik berwarna kuning tersebut di depan Regan "nih ... Ambil!"

Regan segera mengambil plastik tersebut "sialan.... Tinggal satu , Re nggak mau tau. Pokoknya kakak Ra mesti ganti"

"Re, itu bad word...." Mama Regan memperingati anak bungsunya.

"Iya .. sorry Ma. Lagian kakak Ra main ngambil aja. Udah tau kalo biskuit itu punya Re, masih aja diambil"

"astaghfirullah.. si bocil. cuman satu bungkus juga. Pelit amat sih.." Ranti berdecak

"Susah tau carinya, kemarin Re beli di swalayan yang di Mall. Di mini market yang dekat varian rasanya nggak lengkap" Regan berdecak "itu udah persediaan terakhir tau. Varian rasa yang paling gue suka, udah gue simpan-simpan malah diembat.

"Hahaha kayak apaan.... save the best for the last gitu yaa.." Ranti tidak bisa menahan tawa mendengar perkataan adiknya

"Ya udah Re, nanti kakak Ra ganti, ya kan kak?" Pak Hadi menengahi perdebatan kedua anaknya

"Iya, tapi Pake duit aja ya Re" Ranti mencoba bernegosiasi

Regan tersenyum, Ranti bergidik melihat senyum itu, pasti si evil merencanakan sesuatu "boleh, tapi satu lembar yang warna pink"

"Matre banget sih kamu dek, kakak cuman makan satu bungkus harga 5 ribu disuruh ganti 100 ribu" Ranti geleng-geleng kepala 'tuhkan udah dia duga'

"5 ribu itu harga kalau belinya di mall, kalo di mini market sini harganya 6 ribu, apalagi kalau di kiosnya mbak Sinta, beuh... harganya dua kali lipat"

"Ya udah.. kakak bayar 10 ribu, cukup kan?"

"Halah ... Kakak Ra sama adeknya aja perhitungan, giliran nongkrong sama teman-teman di coffee shop atau beli lipstick yang harganya bisa buat beli nasi bungkus buat makan orang sekampung biasa aja tuh"

"Hee.. itu beda yaa"

"Lah .. apanya yang beda, sama-sama bayar Pake duit. Katanya kerja di bank itu bayarannya tinggi, ngasih adiknya aja nggak mau"

"Iyalah beda. Bukannya nggak mau yaa... Itu semua kan tergantung skala prioritas. Mana yang lebih penting yang didahulukan"

"Jadi menurut kakak Ra, Re nggak penting gitu. Ouch.. it hurts me so much" Regan memegang dada sambil memandang kakaknya dengan expresi terluka.

Ranti tertawa melihat reaksi adiknya tapi tak ayal bangkit dari sofa melangkah ke kamar. Ranti sebenarnya dengan senang hati akan memberikan uang kepada adiknya, dia hanya senang melihat ekspresi kesal dari adiknya itu.

"Yes!" Regan meninju udara dengan kepalan tangan begitu melihat kakaknya bangkit, mama dan papa mereka hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anak itu.

***

Sepeda Regan melaju melewati beberapa rumah, dia menuju sebuah mini market kecil yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, hanya butuh 10 menit ke sana.

Suasana jalanan masih ramai, maklumlah baru jam 7 malam. Walaupun begitu, lampu jalan tidak cukup menerangi jalanan, beruntung sepeda Regan sengaja dimodifikasi dan di pasangkan lampu sehingga bisa dipakai malam hari.

Regan memarkirkan sepedanya begitu tiba di depan mini market yang di tujunya. "Hatcih... dingin" sambil merapatkan jaket yang dipakainya, Regan mendorong pintu lalu masuk.

Begitu di dalam, Regan bergegas ke bagian rak display yang ditujunya, dia sudah hafal dibagian mana letak biskuit kesukaannya. Regan tersenyum senang begitu melihat semua varian rasa tersedia. Mengisi keranjang yang di pegangnya dengan masing-masing 2 bungkus dari setiap varian.

Puas dengan bagian makanan ringan, Regan beralih kebagian minuman. Dia mengambil 2 renteng Energen coklat dan 5 botol good day mocacinno isi 500 ml. Regan memandangi keranjang belanjaannya, menimbang-nimbang sebentar "oke, kayaknya ini aja dulu" lalu memutuskan ke kasir membayar belanjaannya.

Regan berdiri mengantri karena selain dirinya ada seorang ibu juga yang lagi membayar di kasir. Sambil menunggu, dia beralih membuka ponsel mendapati banyak chat dari wa grup kelasnya. Ternyata anak-anak kelasnya lagi berdiskusi apa yang sebaiknya mereka tampilkan di acara pensi yang akan diadakan sekolah mereka.

"Kak, silahkan" Regan maju selangkah begitu ibu tadi sudah berlalu ketika mengangkat kepala, dia kaget bukan main melihat orang yang sangat dikenalinya duduk di tempat kasir. "What the hell is she doing here?"

***

Buton Utara, 7 September 2020

The Class President's Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang