Jichangjoo present—
Senin berikutnya tetap tidak ada yang berubah pada sosok seniornya itu. Tetap presentasi dengan baik, memberi tugas dengan sangat detail dan selalu tepat waktu.
Sampai Mingyu bingung. Apakah yang ditemuinya kemarin Jum'at adalah ilusi semata. Sesosok makhluk lain. Menyugar pelan rambut ditengah rapat saat Namjoo presentasi itu Mingyu lakukan demi mengenyahkan segala pikiran.
Beberapa jam berlalu rapat itu selesai. Minghao menghampirinya saat mau berbalik jalan ke arah Bagian Dapartement mereka.
"Kau terlihat pucat?" Minghao mengungkap fakta. Bahwa Mingyu sejatinya mengungkap kebenaran.
"Aku?— hah emang banyak yang dipikirkan"
"Kalau begitu bagaimana ke Nb21" sikutan Mingyu beri pada saran absurd milik Minghao bagaimana bisa. Besok itu hari selasa. Bukan minggu. Tidak mungkin mereka ke bar.
"Nggak aku bercanda. Yugyeom mengatakan kalau ada waktu ke apartementnya dia baru pindah"
Kemudian Mingyu mengangguk.
"Kalau kata di grup sih besok lusa"
Oh mengerti. Kata Mingyu dalam hati.
—
Tidak ada yang berarti hari itu bagi Seorang Kim Mingyu, hanya ia yang disuruh Kakaknya. Menjemput Minhee di paud keponakannya itu untuk pertama kali.
"Jam berapa Minhee pulang?"
"Jam 4. Nanti bawa dia dulu bersama mu kemudian antar dia ke rumah ibu"
Mingyu mengerti apa perintah Yuri kakaknya. Maka ia menunggu Minhee ponakan ke dua nya. Di parkiran Paud sekaligus tempat penitipan anak. Yang agak jauh dari tempat orang tua biasanya menunggu. Bagaimana tidak di sana hanya ada ibu ibu yang mengobrol apalagi sesekali melihat ke arah dirinya.
Dan waktu pulang pun tiba satu persatu keluar dari pintu bergambar bunga matahari yang besar itu. Minhee keluar dengan ceria dan melambai pada mingyu dari Jauh.
Namun balasan yang Mingyu beri berupa lambaian tangan itu seakan beku.
Masih jelas ingat dengan wajah Jihan anak seniornya Tempo hari. Gadis kecil itu berdiri mengintip dari balik pintu. Raut wajahnya juga sangat kasihan. Jihan satu Sekolah sama Minhee.
Tarikan pada ujung jas Mingyu membuyarkan perhatiannya. Fokusnya kini teralih sempurna pada sosok Minhee yang menyengir lebar di kakinya.
"Hari ini pulang sama Uncle dulu ya"
Minhee mengangguk ceria dan semangat.
"Baiklah—jagoan. Tapi ada sesuatu yang uncle pastikan dulu di sekolahmu"
"Huh?" Minhee bingung apa yang perlu dipastikan disekolahnya. Ia sudah bersikap baik hari ini tidak menjaili makanan Hyeongjun ataupun yang lain. Dengan enggan anak kecil itu mengikuti pamannya kembali masuk dalam sekolahnya.
Mingyu masuk ke dalam sekolah TK, Paud dan penitipan yang jadi satu itu. Sudah tidak banyak orang.
Wanita paruh baya menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Guru, Minhee tidak nakal hari ini" kata Minhee membela diri dulu.
Wanita itu tersenyum manis. "Iya tidak sayang"
"Anu, apa ada anak bernama Jihan?"
Awalnya wanita itu menyerit. Kemudian bertanya lagi.
"Ada Tuan, ada apa ya?"
"Bisa bertemu sebentar. Saya teman ibunya dikantor. Kim Namjoo"
Maka wanita paruh baya itu menuntun Mingyu dan Minhee kembali ke dalam kelas Penitipan. Gadis kecil itu bermain boneka kelinci sendirian. Tampak asik dan tidak menyadari kalau ia dilihat.
"Uncle ada apa?" Minhee menarik ujung jas Mingyu penasaran.
"Minhee ya tunggu disini sebentar oke"
Maka Minhee hanya menurut dan Mingyu berjalan ke arah pintu warna warni kelas.
"Jihan—a"
Satu panggilan itu mampu membuat Jihan menoleh.
Maka gadis kecil itu berjalan ke arah Mingyu tanpa takut."O—Minhee da" kata Jihan melihat Minhee dibelakang Mingyu.
"Jihan kenal dengan Minhee?" Maka anggukan itu diberikan pada Mingyu.
"Jihan mau main sebentar dengan Minhee?"
Minhee melotot. Ia ingin pulang. Bukan bermain disekolah lagi. Pamannya ini kenapa? Benak otak kecil Minhee berkecamuk.
Anggukan Jihan senang.
Mingyu berdiri "apa tidak apa apa saya menunggu disini bersama Minhee sampai ibu Jihan datang?"
"Tentu saja Tuan. Dan sepertinya Jihan suka kalau ia ada teman main"
Maka setelah itu. Dengan sedikit terpaksa tapi Bahagia juga. Minhee kembali masuk dalam kelas bunga Edelwis itu.
Menyusun balok dan kemudia tertawa. Bermain mobil mobilan dan masak masakan. Empat puluh lima menit berlalu.
Jihan masih asik dengan mainan dan Minhee mengeluh lapar.
"Uncle ayo kita pergi makan? Minhee mau donkatsu"
"O— Minhee lapal. Jihan punya loti" kata Jihan tersenyum cerah.
"Boleh?"
Maka Jihan memberikan Roti strawberrynya pada Minhee. Kemudian bermain bersama lagi.
Dan Pukul enam kurang. Yang ditunggu tunggu Jihan. seseorang mengintip dari balik pintu. Kim Namjoo.
"Jihan—a"
"Eomma" teriak Jihan senang.
kaki kecil yang berbalut kaos kaki berwarna ungu berlari kecil ke arah Namjoo. memeluk ibunya erat yang telah mensejajarkan tubuh dengan Jihan.
sesampainya dipintu keluar setelah pamit dengan pengasuh wanita tadi. Mingyu berjalan keparkiran dengan Minhee yang disampinya dan Jihan yang digendong dengan Namjoo.
"Saya tidak tau kalau kamu anu Minhee itu?" Namjoo sedikit gugup tidak tau mengucap apa.
"Minhee keponakan saya senior" Mingyu mengatakannya dengan jelas.
"Ahh.. kebetulan sekali"
Mingyu mengangguk senang atas pernyataan itu.
Kemudian Namjoo berterima kasih karena telah menemani Jihan bermain. Sebagai imbalannya Mingyu ditawarkan bila ingin makan bersama dengan mereka.
"Terimakasih senior— lain kali saja. Ayo Minhee beri salam"
"Terimakasih. Dadah Jihan"
—
"Uncle kenapa" Minhee bertanya polos pada Mingyu dengan mulut yang masih mengunyah donkatsu. Sesuai permintaannya tadi.
"Tidak. Tidak kenapa napa"
"Uncle terlihat melamun"
Ahh perihal itu. Mingyu merasa sedikit menyesal tidak menerima tawaran tadi. Sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Secret
FanfictionKarena Mingyu Denial dengan perasaan kagumnya maka tuhan menunjukkan sebuah cara. Dalam Persepektif yang berbeda. Mingyu svt Namjoo Apink Jihan Weeekly