Hari senin.
Hari dimana pekerjaan Park Seonghwa dan anggota Komite Kedisiplinan lainnya menjadi dua kali lipat lebih berat dari hari biasanya. Itu karena di setiap hari senin, selalu ada saja siswa yang melanggar peraturan dan anehnya, semua pelanggaran itu akan terjadi lebih banyak di hari senin.
Hell, apa sebegitu bencinya mereka dengan hari senin? Ayolah, seharusnya mereka menjadi lebih bersemangat pada hari senin karena pada hari tersebut kita bisa kembali belajar dan berusaha keras untuk menggapai mimpi di masa depan. Bukannya bersemangat dalam keburukan seperti melanggar peraturan sekolah.
Seonghwa itu sudah tingkat tiga dan jabatannya sebagai anggota Komite Kedisiplinan akan berakhir sekitar empat minggu lagi, tapi kenapa tugasnya malah semakin menumpuk di akhir masa jabatannya ini, sih?
Seantero SMA Triluna Pertiwi mengenal Park Seonghwa sebagai anggota dari Komite Kedisiplinan galak bertubuh kurus namun memiliki cukup tenaga untuk meneriaki siswa dan siswi yang melanggar peraturan sekolah hampir setiap harinya. Banyak yang menyayangkan kenapa wajah manis seperti itu selalu dihiasi dengan aura masam dan alis yang menukik tajam.
Well, alisnya Seonghwa memang sudah terbentuk seperti itu semenjak ia lahir.
"Hei kau yang disana! Jangan melamun dan kembali letakkan tanganmu di atas kepala!" Itu suara Moonbin, anggota Komite Kedisiplinan dari kelas sebelah kelasnya Seonghwa.
"Aku tahu pahamu memang mulus nona, tapi caramu dengan mengumbarnya dengan rok setinggi 17 centi diatas lutut menurutku bukan ide yang bagus," kali ini Kevin Moon, siswa keturunan Kanada yang sekelas dengan Seonghwa.
Pemuda itu mengernyitkan dahinya melihat siswi tingkat satu yang mengenakan rok super pendek. Sementara gadis tersebut hanya menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah.
"Ma-maafkan aku, Kak..." cicitnya.Saat ini mereka -Komite Kedisiplinan- sedang mengumpulkan siswa-siswi bermasalah untuk ditindaklanjuti.
Pandangan Seonghwa terfokus pada satu titik kepada seseorang yang sepertinya juga melanggar namun tetap bersikap stay cool seolah tidak memerdulikan teriakan-teriakan Komite Kedisiplinan yang berdiri di depan mereka.
Seonghwa berjalan mendekat dan mengernyitkan dahinya ketika mengenali siapa siswa tersebut.
Jung Yunho si Pangeran Sekolah. Tampan, tinggi, kaya, pintar, berprestasi, ramah, tidak sombong, rajin menabung, taat peraturan ( oke, mungkin ini sudah jadi pengecualian) dan segala hal yang diperlukan untuk menjadi boyfriend materials.
Seonghwa mendengus. Pangeran Sekolah apanya? Dalam seminggu ini saja orang itu sudah menghasilkan 17 catatan pelanggaran. Mulai dari terlambat hampir setiap hari, memakai tindik di telinga, mewarnai rambut, menjahili kakak kelas ( ini korbannya Seonghwa sendiri), memutuskan seorang gadis dan membuatnya menangis, lalu yang paling membuat Seonghwa naik pitam yaitu ketika Yunho membawa musang ke sekolah yang membuat heboh seisi sekolah.
Seonghwa tidak mengerti apa yang membuat junior satu tingkat dibawahnya itu menjadi pelanggar peraturan dan bersikap barbar seperti itu. Padahal dua minggu sebelumnya, Jung Yunho masih bersikap selayaknya Pangeran Sekolah.
Semua itu berawal dari Yunho yang terlambat pada hari senin lalu bersama siswa-siswi yang lain. Ketika semuanya menunduk takut mendengar teriakan Seonghwa, Yunho hanya memasang wajah bodoh mengarah ke mesum menatap Seonghwa tanpa kedip. Seonghwa yang ditatap seperti itu hanya acuh dan dengan santainya memberikan hukuman membersihkan toilet lantai tiga kepada Yunho.
Lalu pada hari-hari berikutnya Seonghwa tidak henti-hentinya meneriaki Yunho yang terus berbuat ulah.
Ya Tuhan, tidak bisakah Seonghwa menjalani masa-masa akhir dari tugasnya dengan tenang?