Jeong Yunho waktu itu masih berada di tingkat kedua bangku sekolah menengah atas ketika guru muda manis itu mencuri hatinya.
Seperti biasa, suasana kelas yang berada di ujung lorong lantai dua itu terlihat ricuh. Gadis-gadis sibuk menggosipkan mengenai kehadiran mahasiswa yang akan melaksanakan praktek lapangan kependidikan di sekolah mereka.
"Ya ampun! Kalian lihat yang pakai kacamata tadi? Kayaknya dia lebih cocok jadi model dibandingkan jadi guru deh" gadis berkuncir kuda bertanya dengan heboh kepada temannya.
"Apaan? Dia lebih cocok jadi jodohku tau!" gadis lainnya menyahut dengan tak kalah heboh lalu ditimpali dengan ejekan bernada 'huuuuh' dari perkumpulan di sekitarnya.
Pada saat apel pagi tadi, mahasiswa yang akan melaksanakan praktek lapangan kependidikan, atau bisa disebut juga sebagai guru muda itu dikenalkan secara langsung oleh kepala sekolah. Ada total limabelas orang berwajah muda dan menawan yang berdiri berjajar. Pantas saja, gadis-gadis di sekolah ini jadi heboh.
Yunho berjalan memasuki kelas. Pemuda tinggi itu baru kembali dari klinik sekolah. Alasannya? Perutnya mendadak sakit ketika apel pagi tadi. Alhasil, dia membawa dirinya untuk mencari pertolongan di klinik sekolah dan beristirahat di sana.
"Hei Bro!" sapaan Mingi singgah di telinga. Yunho mengangguk sebagai jawaban. Melanjutkan langkah kakinya menuju bangku di paling sudut.
Mingi berbalik, "Kau sudah oke?"
Yunho duduk, membuka tas, "Oke sih, tapi suster Kim memberi ku obat", Yunho mengeluarkan obat yang dimaksud, "minta minum dong, mau minum obat nih!" ekspresi seperti anak anjing yang terbuang terbit di wajah.
Mingi berdecak, mengeluarkan botol tupperware dari dalam tas lalu menyodorkannya ke Yunho.
"Nih!" Yunho mengambil botol itu, memasukkan obat ke mulut dan langsung menelannya dengan air. Lidahnya sedikit berjengit merasakan pahitnya obat. Yunho memang tidak pernah suka dengan obat.
"Ngomong-ngomong kau sudah tau belum?" Mingi bertanya. Membuat ekspresi penasaran di wajah Yunho.
"Oh guru PL?" Yunho memastikan, membuat Mingi mengangguk, "kenapa memangnya?"
"Tidak kenapa-kenapa sih. Tapi lihat bagaimana hebohnya mereka karena visual dari kakak-kakak mahasiswa itu" Mingi menunjuk dengan dagu ke arah rombongan gadis-gadis di bangku depan yang masih heboh dengan kakak-mahasiswa-ganteng-calon-guru-mereka.
Yunho tergelak, "Ha, biasa Gi. Namanya juga anak perawan. Lihat yang bening sedikit pasti heboh".
Namun Yunho seperti menjilat air ludahnya sendiri ketika pada jam pelajaran ke-2, kakak mahasiswa yang heboh dibicarakan itu masuk ke kelasnya bersama dengan Miss Jessica —guru Bahasa Inggris mereka.
Yunho memperhatikan bagaimana kakak itu memperkenalkan dirinya di depan kelas. Dia terlihat seperti boneka barbie versi laki-laki. Tubuh langsing bak model, rambut hitam legam, bibir merah seperti potongan buah stroberi, dan mata bulat cantik yang terlihat kalem namun berwibawa disaat yang bersamaan.
Yunho belum genap berusia 17 tahun, dia pikir pikirannya sebagai bocah kelas sebelas masih murni dan polos. Tapi jangan salahkan hormon remajanya yang membuat Yunho sedikit memiliki fantasi mengenai kakak kuliahan yang sedang memperkenalkan dirinya itu.
Yunho ingin memukul kepalanya sendiri melihat bagaimana Sir Seonghwa—begitu kakak itu mau dipanggil— terlihat sangat manis dan menawan.
___________________________________________
Park Seonghwa merupakan sosok dengan kepribadian tenang. Sifatnya ini membuatnya dengan cepat menjadi favorit warga sekolah. Cara mengajarnya santai, tidak terlalu menggurui sehingga mereka bisa dengan mudah mencerna apa yang diajarkan Seonghwa.