A/N : Better read 'Mine' first!
___________________________________________
“Seonghwa, Park Seonghwa....”
Bisikan dengan suara yang gelap dan dalam itu terdengar lagi. Menelisik masuk ke dalam indera pendengaran Seonghwa.
Helaan napas menggelitik leher sensitifnya. Hangat dan berat. Jemari panjang yang dingin namun terasa panas, menelusuri wajahnya hingga ke leher. Tangan lain yang bergerak liar, memeluk pinggangnya di bawah sana.
Seonghwa membatu, menahan tubuhnya untuk tidak bereaksi. Jangan sampai si brengsek ini merasa senang karena reaksi yang diberikannya.
Namun, tubuhnya tidak mau bekerja sama. Satiap ototnya merasa tersentak ketika sentuhan ringan itu menyapa kulitnya. Matanya terpejam erat, berharap si vampir sialan menghentikan aksinya. Sayang, harapannya tidak terkabul.
Tiba-tiba lehernya terasa basah. Vampir itu menjilatnya. Napas Seonghwa semakin berat, berusaha untuk mengontrol dirinya. Perasaan muak dan marah bergejolak di dadanya.
Suara kekehan lain terdengar, ringan namun gelap. Lalu, punggungnya bersentuhan dengan dada bidang yang hangat. Lengan berotot itu mengeratkan pelukan pada pinggangnya. Jilatan di lehernya berganti menjadi gigitan-gigitan kecil, membuat rasa panik yang mengancam menjalarinya.
Tenggorokannya tercekat, ketika gigi tajam itu menggigit telinganya. Membuat Seonghwa mengerang.
“Aku tidak akan menyakitimu."
Tubuhnya diputar, membuat Seonghwa berhadapan dengan wajah tampan Jeong Yunho, si vampir bangsawan yang brengsek. Mata Yunho berwarna merah darah, menatap Seonghwa dengan aura dominansinya. Napas hangat Yunho menerpa wajahnya. Membuat rambut halus di wajahnya meremang.
Pandangan Yunho turun ke bawah, menuju sebuah tato berbentuk panah di leher Seonghwa. Sebuah tato yang melambangkan kedudukan klan Park, sebagai hunter terkuat dan terhormat. Mengarahkan bibirnya disana, lalu menggigit lembut pada bagian itu.
Kemudian, belaian demi belaian menelusuri kulit telanjang si hunter, menimbulkan aliran kejut listrik di sekujur tubuhnya. Mata Seonghwa terpejam, meleleh atas euphoria yang dirasakannya. Seonghwa yakin dia tidak menginginkan ini. Dia yakin menolak atas sentuhan dari vampir yang dibencinya ini. Tapi, tubuhnya berkhianat, Seonghwa tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri, mereka bereaksi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Yunho.
Seonghwa tidak mau menyerah terhadap godaan ini, Seonghwa harus bertahan.
Sementara Seonghwa terus berperang dengan pikirannya sendiri, Yunho mengangkat wajah, selesai bermain dengan leher si hunter. Menuju bibir kemerahan yang sedikit terbuka karena meraup pasokan oksigen.
Seonghwa merasa pertahanannya semakin runtuh ketika sesuatu yang lembab dan kenyal itu menyentuh bibirnya. Melumatnya dengan lembut, menghisap belah delima itu bergantian, atas dan bawah.
Seonghwa terbuai akan ciuman memabukkan Yunho. Kepalanya terasa berputar ketika sebuah lidah merangsak masuk. Namun Seonghwa mencoba untuk menolak. Cukup, jangan terlalu jauh, atau dia benar-benar akan jatuh sepenuhnya.
Yunho tidak kehilangan akal, digigitnya sudut bibir yang sedikit membengkak itu untuk memancing Seonghwa.
“Ahk!”
Seonghwa terpekik. Dengan itu, Yunho segera masuk, mengabsen deretan gigi yang tersusun rapi. Sang hunter mengutuk dalam hati, merasakan seringaian Yunho di sela ciumannya.
Seonghwa mengerang. Pikirannya kosong, diselimuti kabut nafsu. Permainan lidah Yunho sangat lihai di mulutnya. Seonghwa ingin menampik, tetapi ia tidak bisa.
Secara naluriah, Seonghwa membalas ciuman vampir di depannya. Mengimbangi setiap permainan yang dikendalikan Yunho.
Seringaian Yunho semakin melebar, tatkala Seonghwa menjadi lebih lunak dari sebelumnya. Tubuh kaku Seonghwa mulai rileks, menyamankan diri dalam pelukan lengan besar Yunho.
“Ya begitu, Seonghwa.”
Yunho melepaskan tautan. Menghapus sisa saliva yang mengalir di sudut bibir merah Seonghwa, kemudian menyatukan dahi mereka.
“Jangan pikirkan apapun. Ikuti apa perintahku. Jangan memberontak. Cukup rasakan semua kesenangan ini. Turuti semua kabut nafsu dalam pikiranmu”
Perkataan Yunho mutlak. Sekali lagi menunjukkan aura dominansinya yang tinggi.
Lalu lehernya terasa panas lagi, mata bulat Seonghwa melebar sesaat. Rasa sakit yang tidak asing itu tetap membuatnya terkejut. Jeritan kesakitan tertahan di tenggorokannya. Refleks, tangan Seonghwa mencari pegangan. Mencakar punggung lebar Yunho sebagai pelampiasan.
Suara tegukan dan darah yang mengalir deras bergema di telinganya. Park Seonghwa semakin melemah di setiap detiknya. Pikiran Seonghwa kosong, pandangannya hampa. Tak mampu berkutik.
The Hunter's already gave up.
Yunho merasa menang. Lidahnya menjilati darah yang tersisa di sudut bibirnya.
“Menyerahlah Park Seonghwa. Tubuh, pikiran, hati dan jiwamu, berikan kepadaku,” Yunho berbisik, rendah dan penuh godaan, “cukup katakan 'ya' sayangku. Dan kau akan sepenuhnya bebas merasakan kesenangan ini."
Yunho tersenyum. Senyum yang manipulatif. Mata merahnya memerangkap iris hitam Seonghwa, membuat si hunter diam tidak berkutik. Tangannya bergerak mendekati mulut, menggigit di bagian pergelangan. Meneguk darahnya sendiri, menampungnya di dalam mulut. Sebelum kembali meraih kepala Seonghwa dan menciumnya. Meminumkan darahnya dengan pelan.
Seonghwa merasakan mulutnya penuh oleh cairan berbau tembaga itu. Perlahan dia meneguknya, mengaliri kerongkongannya dengan darah vampir.
“Kau dan aku telah terikat. Tidak ada yang dapat melepaskannya. Sampai akhir, Aku akan selalu melindungimu, Love.“
Seonghwa memejamkan matanya perlahan. Satu tetes air mata berhasil lolos. Dia benar-benar kalah telak, tanpa ada perlawanan. Tidak berdaya sama sekali.
Ikatan itu telah terjadi, dan janji itu telah terucap.
“Ya....aku mengerti, pangeran Jeong.”
___________________________________________
Sosok langsing berambut abu-abu itu berdiri di atas sebuah gedung tua. Matanya menikmati pemandangan matahari terbit di ujung sana. Jubah coklatnya menari tertiup angin pagi.
Rekannya yang lain menghampiri. Berjalan dengan tenang menuju si surai hitam. Senjatanya telah tersarung rapi di pinggang bagian kiri. Tadi malam, mereka baru saja memburu vampir liar yang menyebabkan kekacauan di sebuah fasilitas umum.
“Huh! Kenapa akhir-akhir ini banyak sekali vampir liar ya? Bahkan kemampuan mereka bisa disetarakan dengan vampir kelas B atau A,” Kevin Moon —rekan Seonghwa— berdiri di samping pemuda itu. Matanya ikut memandang sunrise di sana.
Seonghwa menoleh sebentar, tersenyum simpul. Lalu, kembali mengalihkan pandangan ke depan, “Kau sudah capek memburu vampir liar, heh?”
Kevin mendengus, “Apa kau tidak curiga? Dewan bahkan tidak melakukan apapun untuk mengatasi masalah ini. Kekacauan berada dimana-mana. Membuat kita harus kerja dua kali lipat lebih keras dari biasanya,” hunter dari klan Moon itu berbalik, bermaksud untuk pergi dari sana, “sudahlah! Aku butuh istirahat untuk sekarang. Kau juga harus istirahat, Park.”
“Tunggu,” Seonghwa berbalik, angin yang berhembus kencang menerpa rambutnya, menyingkap poni yang menutupi matanya. Sepasang manik merah darah berkilat oleh cahaya mentari pagi. Senyum licik seribu makna tercipta di bibirnya. Perlahan, kedua taring tajam itu muncul.
“Jangan terlalu terburu-buru, Moon.”
Fin!
Halo!
apakah disini ada rakyat twitter? kalo ada, let's be friend there! oneshoot yunhwa-nya kebanyakan aku post duluan disana. kalo ada yg mau temenan ketuk aja dm @.dhaelnim ya! ❤