agustus 2020

219 13 8
                                    

"Halo, Al?"

"Lo bisa ke sini sekarang nggak bantuin tugas matematika gue? Gue pusing banget sumpah. Sekalian abis itu kita bahas project kita."

"Nanti, ya. Gue lagi jalan sama Vio."

"Oh, oke. Nanti kapan?"

"Nanti malem."

"Siap, bos. Beliin Tebs, ya."

"Iya, Al."

Bersamaan dengan sambungan telepon yang diputuskan oleh Mike, aku mendengar suara ketukan di pintu. Aku menaruh ponselku dan bergegas membuka pintu. Pasalnya, tadi Erlan bilang akan lewat rumah dan mampir kalau sempat.

Benar saja, Erlan sedang berdiri di sana, mengenakan masker dan kacamata, serta membawa kantung plastik di tangannya.

"Hai," sapaku sambil tersenyum manis. Tanganku terulur untuk mengacak rambutnya dengan gemas. Rambutnya Erlan adalah favoritku, apalagi kalau meningat Mike tidak suka rambutnya jadi berantakan karena tanganku yang iseng.

Ah, kenapa jadi Mike, sih.

"Nih," ucap Erlan seraya menyodorkan kantong plastik berisi banyak makanan ringan itu. Aku menerimanya sambil tersenyum dan mengucap terima kasih.

"Aku enggak lama ya, Al," pamitnya.

"Iya, Kak."

Lantas tak lama kemudian, Erlan menghilang dari pandanganku. Namun, senyum yang terukir di wajahku tak kunjung hilang juga.

Kenapa, ya? Kenapa bukan Mike yang ada di posisi Erlan sekarang ini?

Astaga Aluna, Michael, kan, cuma mantan. Tapi gak pa-pa, sih. Mantan masih boleh temenan.

̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̥̊͝▔̊͝

5/5

Mantan Masih Boleh TemenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang