Part 5 - The Power Of Doa

34 4 4
                                    

'Setiap kekecewaan dan perpisahan dalam hidup. Mengajarkan aku untuk menghargai kebahagiaan, harapan, dan pertemuan.'

🍁🍁🍁

Setahun berlalu..
.
.

Ya, setahun sudah aku mengakhiri perasaan kecewa itu. Satu tahun pula aku berjuang sendiri untuk melupakannya.

Aku pergi menjauh dari kota indah yang penuh kenanganku dan dia. Berharap, aku dengan mudah untuk menghapus bayangnya.

Tapi, mengapa bayangnya masih melekat dihatiku. Entah tinta apa yang dia pakai untuk melukis dihati dan pikiranku, sampai aku sulit mencari penawar tintanya. Jejak yang telah mati satu tahun yang lalu tidak mau pergi dari ingatanku padahal aku sudah tidak pernah lagi mencari tahu tentangnya.

Setahun aku menghabiskan waktu berada dikota ini, kota yang dingin dan tanahnya yang subur. kesuburannya membuat semua tanaman dan bunga-bunga sangatlah mempesona.

Dikota ini pun aku memulai menata hidupku lebih berwarna. Menghidupkan kembali gambaran yang telah lama pudar.

Dibawah pohon yang rindang, kuhirup udara yang sejuk. Kupejamkan mataku dan kurasakan hembusan angin yang seakan menari disekitarku.

Pemandangan disini cukup memberikan kebahagiaan tersendiri bagiku. Melihat bukit-bukit yang berbaris rapi, burung-burung dengan kicaunya. Dan rumput yang hijau dengan bunga-bunga disekelilingnya.

Selama berada dikota ini, aku memiliki seorang sahabat yang sangat perhatian kepadaku. Sosoknya pula yang mengingatkan aku tentang Kak Adlen yang juga sangat perhatian dan menyayangiku.

Tentang sahabatku itu, akan kukenalkan dia pada seluruh dunia. Bahwa aku bahagia memilikinya. Dia bernama Callista Charlotte. Biasa di panggil icha.
Namanya cukup unik. Seperti ada nuansa nama orang inggris pikirku. Tapi, kalau dilihat dari raut wajahnya malah seperti orang Jawa pada umumnya. Namun, dari cara bicaranya ada logat bahasa melayu seperti Negeri Jiran, Malaysia.

Aku pernah bertanya pada icha, apakah dia memang orang negeri tetangga. Tapi jawabnya malah orang Bandung.

Icha adalah sahabat sekaligus saudaraku satu-satunya di kota ini. Kami berdua sama-sama dari perantaun. Aku pun mengenal icha saat aku mondok disalah satu pesantren di kota ini.

Icha lebih dulu mondok disini ketimbang aku yang berbeda tiga bulan darinya. Icha juga yang banyak mengenalkan aku, tentang hal yang tidak aku ketahui.

Selama aku mondok, banyak sekali ilmu yang aku dapat. Mulai dari aqidah, tauhid, dan ilmu lainnya dari Ustadzah dan semua teman-teman di pondok. Termasuk dari sahabatku icha.

Aku juga belajar bagaimana cara mencintai hamba yang diciptakannya dan juga meraih cinta dari sang pemberi Cinta.

Aku teringat pesan dari Ustadzah Salmi, kajian 2 hari yang lalu dengan Tema CINTA.

"Sungguh, cinta itu adalah Anugerah. Cinta itu Fitrah yang biasa menghampiri siapa saja, bisa menginap dihati tuan yang mana saja. Disukai atau tidak, diharapkan atau malah sebaliknya, ia kadang datang tanpa diminta.

Cinta sebenarnya tidaklah salah, namun banyak orang menyalahkan rasa yang ada.

Cinta sebenarnya itu sesuatu yang indah, namun acap kali hadirnya menyisakan luka, yang membuat si Tuan amat gelisah.

Dear, jatuh cinta itu boleh. Memiliki rasa Istimewa untuk seseorang itu tidak salah.

Kita boleh merasa senang saat melihatnya. Saat mengetahui kabar tentangnya. Dan bahkan ,mungkin berharap dia juga merasakan hal yang sama. Why not?? Itu sah saja.

Tapi, hal yang harus diingat. Cinta juga terkadang bisa jadi bumerang bagi pemiliknya. Bisa jadi senjata setan untuk merusak kesuciannya, menjadi celah untuk berbuat salah tapi seolah benar tanpa masalah. Pacaran berkedok Ta'aruf misalnya.

Namun, jika rasa itu sudah hampir menyeret ragamu. Menjauh dari pemilik rasa Cinta itu sendiri. Maka, sudahlah!
Berhenti dan memperbaiki hati itu jalan yang terbaik. Cukup titipkan cintamu pada Allah. Lalu dengan lirih berdoa."

"Ya Allah, kutitipkan hati dan rasa ini padaMu. Aku pasrahkan ia, sampai nanti kau labuhkan hati itu pada tuan yang semestinya. Amiiinn."

"Hey, saya tengok korang dari tadi temenung je. Muka dah macam baju kusut. Piki pasal ape? Tanya icha sambil menyenggol bahu ku.

"Tidak ada." Jawabku singkat.

"Alaaa. Awak ni, kalau nak bohong pasal apapun tak pandai tipu. Cerita jelah. Macam baru kenal je."

"Hmmm. Saya tau. Awak temenung muka masam. Macam tak ada gairah hidup. Pasti piki dia lagi kan?"

"Tulah, awak kalau tak sanggup kecewa. Janganlah mau bagi rasa sayang dan cinta pada orang yang salah."

"Ini, belum lagi halal. Dah buang-buang rasa cinta tu. Sekarang ape?? Awak kecewa, patah hati, sedih. Esok nak ape lagi? Bunuh diri?"

"Astagfirullah." Kamu ya cha. Ngomongnya macam rem blong. Mana mungkin juga aku bunuh diri hanya karena dia.

"Dosaku aja sebanyak buih dilautan. Ntar kalau aku mati bukannya bahagia. Malah nemanin setan aku di neraka."

"Korang ni cantik, baik. Mestilah banyak lelaki jantan yang suka kan awak."

"Ni enggak, memori di otak korang isinya apa dia semua?

"Nampaknya awak ni saya jodohkan saja dengan anak kiyai. Idola kaum akwat dipondok ini.

"Mau tak?"

"Kamu ya cha, ngeledek aku atau gimana? Mana mungkin mas Ilham seorang ikhwan yang sholeh anak kiyai lagi, mau sama akhwat pendosa seperti aku."

"Kamu lupa, dengan Qur'an surat An-Nuur ayat 23-26. Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula."

"Makanya korang harus sering rayu Allah, dan terus langitkan doa." Kata icha.

"Sudahlah cha, aku pun ikhlas atas takdir yang Allah pilihkan untukku.

"Gaya korang bilang ikhlas, hati gak bisa bohong. Macam mana pula ikhlas tapi asik piki dia yang memilih bahagia dengan yang lain.

Aku terdiam..

"Jom tengok video nih." Kata icha sambil memberikan hp nya.

Tafadhol, dibuka videonya. Semoga memberikan manfaat. Maaf mungkin akan ada data yang terpakai saat memutarnya. Semoga kita semua di limpahkan hidayahnya serta rahmat kasih dan sayang sang penguasa langit dan bumi

Bertemu Dan Berpisah Kemudian SejarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang