Part 4- Pada Akhirnya!

39 3 0
                                    

'Ya Allah, saat aku kehilangan harapan dan rencana, tolong ingatkan aku bahwa cinta-Mu jauh lebih besar dari kekecewaanku, dan rencana yang Engkau siapkan untuk hidupku, jauh lebih baik daripada impianku'

(Ali Bin Abi Thalib)


Happy Reading💚

💕
.
💕
.
Brrttt! Brtttt!Brtttt!

Benda persegi itu bergetar seperti ada panggilan masuk.

"Assalamualaikum," jawab Kak Adlen

(Terdengar suara isak tangis)

"Halo, dek." Panggil kak Adlen. Kamu kenapa?? Apa yang terjadi?? Kenapa kamu menangis?

Aku pun tak sanggup berkata dan menjawab pertanyaan kak Adlen. Rasa sesak ini begitu sakit.

Namun, aku tak mampu lagi menyembunyikannya. Ingin aku meluapkan segala apa yang aku rasakan.

"Kak, aku ingin berjumpa dengan kakak sekarang. Apa kakak sibuk?"

"Tidak dek, kamu mau kita berjumpa dimana??

"Taman, kak." Jawabku.

"Kamu baik-baik saja kan?"

Aku pun hanya diam dan tak menjawab pertanyaan kak Adlen.

"Sudah ya kak, aku tunggu kakak ditaman."

Setelah telephon terputus, aku pun segera berjumpa kak Adlen.

Perjalanan 15 menit ku tempuh hingga aku sampai di taman seperti yang ku janjikan pada kak Adlen.

Sesampainya di gerbang taman, aku melihat kak Adlen sudah berada ditempat kami biasa duduk.

Tanpa mengucapkan salam seperti biasa. Kupeluk kak Adlen cukup erat. Aku pun tahu pasti saat ini kak Adlen sangat bingung dengan ku.

Rasa sesak yang tadi kurasakan meluap dalam pelukan kak Adlen. Air mata yang ku tahan tak mampu lagi dibendung.

"Apa yang terjadi dek? Apa yang membuat kamu jadi seperti ini?" Tanya kak Adlen.

"Aku rapuh kak" jawabku dengan suara yang mulai serak karena menahan tangis.

"Menangislah dek, jika itu memberikan ketenangan. Setelah itu kamu ceritakan pada kakak. Apa yang membuat kamu seperti ini?" Kata kak Adlen sambil mengusap pucuk kepala ku.

Setelah aku sedikit tenang, kak Adlen menyuruhku untuk duduk.

Cukup lama aku menangis, menahan sesak ini sendirian. Tapi, tetap saja air bening itu jatuh tanpa permisi.

"Begitu menyakitkannya kah, dek? Hingga sepatah kata pun kamu tak bisa berucap" kata kak Adlen sambil mengusap bahuku dengan lembut.

"Kakak kasihan melihat mu dalam keadaan seperti ini. Ceritakan jika itu mampu meringankan sesak di dadamu."

Dua puluh menit berlalu aku terdiam tanpa berkata. Tak ingin Kak Adlen semakin bingung dengan sikapku. Aku pun mulai merangkai kata.

Bertemu Dan Berpisah Kemudian SejarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang